Chereads / Istoria De Eclaite / Chapter 60 - Leveling 2

Chapter 60 - Leveling 2

"Hyaa!"

Berteriak penuh semangat bertarung, aku menusuk dada Treople dengan Bleed Fair. Dan Treople jatuh ke tanah setelah aku mencabut Bleed Fair dari tubuhnya. Dia tidak akan pernah bergerak lagi.

Treople yang lemah dan lambat dapat dikalahkan dengan mudah. Aku bisa langsung membunuh mereka dengan satu serangan jika aku menghancurkan Magic Stone yang ada ditubuh mereka. Tentu, menyerang Magic Stone yang tersembunyi didalam tubuh seekor Monster bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Aku bisa melakukannya berkat Skill - Mana Perception. Skill ini membuat aku bisa melihat Mana yang ada di sekitarku. Baik Mana yang ada di udara, tubuh, benda, dan lainnya. Aku juga bisa membedakan mereka menggunakan warna.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Semua ini sangat bodoh!!"

Teriakan penuh amarah Ruciel membuat aku melupakan penjelasan soal Mana Perception. Melirik, aku bisa melihat sumber teriakan itu. Si sumber adalah Ruciel. Saat ini dia menghindari serangan beberapa Treople sambil memberi serangan balasan. Dia dapat dengan lihai menembakkan anak panah menggunakan busur dari jarak dekat untuk mengalahkan para Treople yang mendekatinya. Terkadang, dia menggunakan anak panah bagaikan pisau untuk menusuk kepala Treople.

Saat bertarung Ruciel terlihat begitu indah dan gagah. Dia begitu bersin-

"Ouch!!"

Rasa sakit merasuk ke pinggang bagian kiri tubuhku. Rasa sakit ini berasal dari pukulan salah satu Treople yang mengepungku.

"Jangan terus melihatku sambil melamun saat bertarung!. Bertarunglah dengan serius!. Apa kau ingin mati?"

"Maaf nona Ruciel!"

Balasku dengan segera dan penuh hormat pada Ruciel yang sangat marah. Dia begitu menakutkan, teriakannya barusan bahkan bisa membuat bulu kudukku berdiri.

Tidak ingin membuat amarah Ruciel lebih membara dan tidak ingin mendapatkan teriakan menakutkan lagi, aku kembali fokus dengan para Treople yang aku lawan.

Aku kembali mengayunkan Bleed Fair, menggunakan berbagai jenis Technique, dan mengucapkan bermacam Spell untuk mengalahkan para Treople di sekitarku.

Waktu berlalu dan asap kuning dari bom yang aku lempar mulai menghilang. Menyadari hal itu, aku kembali mengambil bom kuning dari dalam tas. Saat mendapat kesempatan, aku kemudian melemparnya ke depan Mother Seed. Bom meledak dan asap kuning kembali menyelimuti para Treople.

Cara berburu yang aku gunakan membuat kami bisa mendapatkan Exp yang banyak dalam waktu singkat.

Seperti di dalam game, Mother Seed tidak ikut bertarung bersama para Treople. Dia berdiri diam di kejauhan, fokus untuk melahirkan para Treople. Jadi, bom yang aku lempar di depat Mother Seed membuat para Treople yang mendekati kami keracunan, menjadi lemah.

Jika Mother Seed tidak bertindak seperti didalam game dan ikut bertarung. Aku akan langsung menggunakan jurus kaki seribu.

Sedangkan untuk sekarang, saat Mother Seed tidak bertindak. Aku dapat mengalahkan Treople sebanyak mungkin tanpa sedikitpun merasa kuatir.

[ Level Up. 13 to 14 ]

Oh!! Level-ku akhirnya naik. Jika terus seperti ini, aku mungkin bisa mencapai Level lima belas dalam waktu beberapa jam.

Hal ini membuat aku sangat bersemangat.

Menggenggam Bleed Fair lebih erat, aku memperbaharui semangatku untuk memburu Treople. Aku terus menusuk dan memotong mereka.

Perburuan terus berlangsung dan…

"Eclaite!, Kita harus pergi dari sini sekarang!"

Ucap Ruciel dengan tegas.

"Kenapa?"

Tanyaku pada gadis cantik itu.

"Jangan bertanya kenapa padaku!. Kita sudah memburu Monster ini selama beberapa jam!. Apa kau tidak pernah berfikir kita bisa mati saat kehabisan tenaga di tengah pertarungan!?. Apa kau begitu bodoh hingga tidak mengerti hal sederhana seperti ini!!?"

Sangat tidak sopan. Gadis itu mengatai aku tanpa menahan diri. Tentu aku tahu, seseorang bisa mati ketika bertarung melawan Monster saat dia kehabisan tenaga.

Sekarang. Ada baiknya aku mendengar nasehat Ruciel. Tubuhku kini di penuhi berbagai jenis luka. Tidak hanya merasa sakit, tubuh ini juga sudah terasa berat dan cukup sulit untuk digerakkan. Sudah saatnya aku mengakhiri perburuan ini meski aku belum mencapai Level lima belas.

"[Gather Mana]"

Mengucapkan Spell, aku mulai mengumpulkan Mana di tangan kananku. Sedangkan tangan kiriku sibuk mengayunkan Bleed Fair untuk menusuk, memukul, dan menyayat para Treople yang menyerang aku.

"Kenapa kau masih bertarung melawan mereka!!. Bukankah sudah aku bilang kita harus segera pergi dari sini!"

"Lima menit Ruciel!, Biarkan saya memburu mereka selama lima menit"

"Apa kau tuli!"

"Saya mohon Ruciel, hanya lima menit. Setelah itu kita langsung pergi"

"Aaaah lima menit. Lebih dari itu aku akan pergi dengan atau tanpa kau. Mengerti!?"

"Sangat dan terimakasih"

Dan pertarungan kembali berlanjut. Aku kembali mengalahkan beberapa Treople. Tiga menit kemudian, saat Mana yang aku kumpulkan cukup banyak.

"[Respecalypse]"

Bleed Fair yang aku genggam mulai diselimuti cahaya merah. Tidak lama kemudian, tombak itu bergetar.

"[Sword of Light]"

Menggunakan Mana yang terkumpul di tangan kananku, aku membuat pedang cahaya sepanjang lima meter. Pedang ini tidak berat, dia begitu ringan. Karenanya aku bisa mengangkatnya tanpa susah payah. Dan…

"[Heavy Swing]"

Sword Technique yang aku gunakan merupakan ayunan pedang yang kuat secara horizontal. Jadi, saat aku menggunakan Technique itu menggunakan Sword of Light raksasa, aku berhasil memotong belasan Treople dalam sekali serang.

Tidak ada lagi Treople yang bergerak di sekitarku. Hal ini membuat aku dengan leluasa mengambil sikap melempar tombak. Tidak hanya itu, aku juga mendapat cukup waktu untuk membidik sumber Mana ditubuh Mother Seed. Saat aku yakin serangan ku tidak akan meleset, aku melemparkan Bleed Fair sekuat tenaga.

WUSHHHH!!

Bleed Fair melesat dengan cepat kearah Mother Seed, sesaat kemudian…

BLARRR!!

Bleed Fair menusuk Mother Seed dengan sangat keras. Serangan itu juga membuat sebuah kawah yang cukup besar di batang pohon Mother Seed.

VRROOOO..!!

Mother Seed membuat suara aneh yang nyaring untuk beberapa saat sebelum akhirnya tidak lagi bergerak.

[ Level Up. 14 to 15 ]

"Oh!! Saya naik satu level lagi!"

Teriakku penuh kebahagiaan.

"Jangan berteriak seperti orang bodoh dan cepat bergerak. Kita harus segera pergi dari sini saat kesempatan terbuka lebar"

"Tapi saya baru saja mengalahkan mother seed. Kita akan meraih kemenangan setelah mengalahkan Treople yang tersisa"

"Kau sudah berjanji dan lima menit sudah berlalu, kita pergi dari sini sekarang!. Tidak ada protes!"

"...baik, saya mengerti"

Dan akhirnya kami pergi meninggalkan tempat perburuan. Taktik mundur kami mendapat kesulitan. Kami harus berusaha keras untuk menyingkirkan para Treople yang mengejar, kemudian kami harus berusaha mengecoh mereka agar kami bisa lolos dari kejaran mereka.

Pada akhirnya, setelah beberapa waktu berlalu, usaha kami membuahkan hasil. Kami akhirnya berhasil lolos. Para Treople tidak lagi mengejar kami. Dan…

"Saya kembali meninggalkan Bleed Fair"

Dengan perasaan sedih, aku melihat kearah Mother Seed berada. Aku berharap Bleed Fair tidak hilang.

Tidak!.

"Saya harus kembali untuk mengambil Bleed Fair"

Dengan ide itu, aku berbalik ingin melihat dan mendapatkan persetujuan Ruciel. Namun, tubuhku malah tersentak dan aku juga hampir melompat. Hal ini jerjadi karena aku terkejut saat mengetahui Ruciel sangat dekat berdiri di belakangku. Wajah marahnya juga membuat dia menjadi lebih menakutkan.

"A ada apa Ruciel?"

Aku menyuarakan pertanyaanku dan Ruciel menggenggam kedua bahuku dengan kuat.

"Jangan mengatakan ada apa padaku. Katakan kau meminta maaf. Katakan kau menyesal menyeretku kedalam kegilaanmu. Tidak tahukah kau betapa takutnya aku saat bertarung tadi, tidak tahukah kau betapa besarnya aku berputus asa untuk bertahan hidup, untuk bisa menyelamatkanmu. Kau harus menyadari semua itu, meminta maaf kemudian menyesal. Aku tidak ingin jadi gila sepertimu!"

Keluh atau mungkin protes Ruciel padaku dengan suara nyaring sambil mengayunkan tubuh kedepan dan kebelakang dengan kuat.

"Kau sungguh diluar nalar!!"

Tambah Ruciel yang memperkuat tenaganya untuk mengayun-ayunkan tubuhku.

"Maaf, saya minta maaf, maafkan saya"

Dengan panik aku langsung meminta maaf saat menyadari Ruciel meneteskan air mata.

"Apa kau kira semua hal bisa diselesaikan dengan meminta maaf, ak aku.. hiks"

Tidak lagi bisa berbicara dan menahan diri, Ruciel menangis. Air mata mengalir deras di pipinya. Aku bisa melihat rasa takut mewarnai matanya.

Tangisan itu membuat aku mengingat pertarungan melawan Wielth the Giga Plant. Ruciel menangis disana, dia kehilangan teman satu Party. Mereka pergi meninggalkan Ruciel sendiri.

Penyesalan menyelimuti tubuhku. Tanpa sadar aku membuka trauma Ruciel. Aku benar-benar bodoh.

Aku memeluk Ruciel.

"Maaf Ruciel"

Ucapku saat memeluk dia dengan erat. Masih menangis, Ruciel juga memelukku dengan erat.

"...aku tidak ingin kehilangan kamu"

Bisik Ruciel dengan suara lembut.

"Saya tidak akan mengulangi perburuan seperti ini lagi. Mulai sekarang, kita akan berburu seperti para Adventure lainnya. Saya tidak akan membuat keputusan yang sembrono. Saya berjanji"

"Kamu harus menepati janji itu, jangan sekali-kali mencoba untuk mengingkarinya. Aku akan membenci kamu jika kamu melanggar janji ini"

"Tentu saja, saya tidak ingin dibenci oleh Ruciel"

"..."

Terdiam, Ruciel memperkuat pelukannya. Beberapa menit kemudian.

"Mau aku buatkan sesuatu saat kita istirahat siang"

"... Vegetable Soup"

"You got it, Ruciel"

Dan setelah kami melepas pelukan, kami memutuskan untuk beristirahat. Sesuai janji yang aku buat, aku memasak sup sayuran. Kemudian, kami makan siang bersama.

Saat makan siang, aku ingin mengucapkan keinginanku untuk mengambil kembali Bleed Fair, namun. Aku mengurungkan niatku. Aku tidak ingin mengucapkan keinginan egois ini, jika aku akan kembali menyakiti hati Ruciel. Aku tidak ingin membuat Ruciel mengingat kembali trauma yang dia miliki. Namun diluar semua itu, diluar perkiraanku. Ruciel sendiri malah mengusulkan agar aku mengambil Bleed Fair yang tertinggal.

Aku mengucapkan 'aku baik-baik saja meninggalkan Bleed Fair', Dan hal ini malah membuat Ruciel marah.

Aku mengira dia tidak ingin aku kembali untuk mengambil Bleed Fair, namun sekarang dia marah karena aku tidak ingin mengambil senjata itu. Aku benar-benar bingung dengan jalan pikir gadis ini. Aku sama sekali tidak bisa memahaminya.

Pada akhirnya, kami mengambil Bleed Fair. Kami juga mengambil Magic Stone dan bagian-bagian tubuh Treople dan Mother Seed yang berharga.

Kemudian, di hari-hari selanjutnya kami berburu dengan cara normal. Kali ini kami tidak berburu dengan sembrono yang mengabaikan keselamatan diri sendiri. Kami bermain aman.

Bahagianya, selama dua hari berburu, aku kembali naik satu Level dan ini adalah Statusku.

Name : Eclaite

Race : Beastkin (Two Tail Fox)

Gender : Female

Age : 20

Level : 16 / 20

+ HP : 167 /167 + MP : 82/ 82 + SP : 74 / 74

STR : 59+3 AGI : 80 LUCK : 5

END : 33 DEX : 20

[ Skill ]

- Heart of Monster, - Divine Beast Blood, - Upgrade Hearing, - Upgrade Smelling, - Natural Mana Circulation, - Poison Resistance [ 3 ], - Paralyze Resistance [ 1 ], - Strength Up [ 3 ]∆, - Body Reinforce [ 2 ], - Regeneration [ 3 ], - Mana Perception [1], - Heat Perception [ 2 ], - Water Magic [2], - Light Magic [2], - Mana Manipulation [3], - Fighting [ 2 ], - Spear Mastery [ 4 ]∆, - Sword Mastery [ 2 ], - Rush [ 3 ], - Paralyze Claw [ 1 ], - Poison Claw [ 1 ]* - Poison Bite [ 1 ], - Scales Armor [1] |

Aku lebih kuat dari sebelumnya. Aku yakin, aku bisa mengalahkan Araya sekarang.

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, aku pergi ke Colosseum untuk mengikuti turnamen Gladiarush. Aku terus bertarung melawan para Gladiator dan Adventure yang berpartisipasi. Aku dapat meraih kemenangan disetiap pertandingan dan akhirnya. Aku berhadapan dengan Araya. Seorang Gladias dan War Slave yang aku inginkan.

"Jangan menahan diri nona Araya"

"Tentu saja, aku akan bertarung dengan seluruh kemampuanku agar dapat memastikan apakah kau layak untuk menjadi Master-ku"

"Saya yakin saya layaknya"

"Pertandingan antar Adventure Eclaite dan Gladiator Araya akan dimulai dalam, tiga, dua, satu!"

Dan pertarungan diantara kami resmi dimulai.