MENYEBALKAN !!!
Berisi:
Mora….
Si bidadari tak bersayap ku,
Wanita tercantik
Wanita idaman
Wanita ku…
Mora bibirmu yang merona,
Pipimu yang kemerahan
Dan tubuh mu..
Dan buah dada mu..
Oh, semua terasa
Semua tergambar
Semua terekam jelas
Disini!!
Diingatan ku…
I Love You!!!
Tertulis ; pengagum mu..
Mora Seketika mensobek-sobek kertas itu, dan melemparkan mawar ke sudut tong sampah besar yang berada tak jauh dari dekatnya berdiri.
"Bi… bi… bi Siti!!!!!!! Kemari cepat!!!!" Mora berteriak sangat sangat kencang.
Bi Siti yang sibuk menyikat kamar mandi di lantai atas tak mendengar teriakan Mora, ia nampak serius melakukan pekerjaan nya.
Sementara Mora yang berteriak ke sekian kalinya merasa jengkel. Dan berupaya mencari keberadaan bi Siti,
Dapur menjadi tempat pertama yang dituju Mora,
"Bi…bi.. Bi… Siti!" seru Mora.
Bi Siti pun tak ditemukan di dapur, Mora melanjutkan langkahnya ke kamar bi Siti yang berada dekat dengan bagasi mobil. Tapi hasilnya nihil, Mora tampak sangat jengkel dan semakin menjadi karena Bi Siti tak ditemukan.
Rafy yang sedang memanaskan mobil, menghentikan pekerjaan nya, dan mencabut kontak mobil.
Suara Mora terdengar sudah mengecil, tapi Rafy masih penasaran.
"sepertinya Bu Mora, ya seperti suara Bu Mora!" Rafy masuk kedalam rumah dan mencari keberadaan Bu Mora.
Ruang televisi menjadi tempat Mora duduk, dan termenung sembari menutupi rasa takut nya, akan pengagum rahasia nya itu.
Toktok…..
Toktok…..
Toktok…..
"Bu, Bu, Bu, ini saya Rafy! ada yang bisa saya bantu?" Rafy menawarkan bantuan dari balik pintu.
Mora tak menghiraukan, Mora malah asik melihat beberapa katalog tas branded di atas meja.
Yah, katalog baru..
Tas berinisial "LV" , tentu tak asing lagi dikuping orang-orang kebanyakan,
Sedikit sejarah nya:
Brand ini merupakan tas branded yang sangat populer di dunia selama lebih dari satu dekade, merek Louise Vuitton pertama kali dibuat pada tahun 1837, oleh seorang pria Prancis bernama Louise Vuitton yang berasal dari Kota Anchay, Prancis. Dan pertama membuka toko nya di Paris.
Brand ini menduduki peringkat pertama sebagai brand mewah dengan harga selangit dibandingkan tas brand lainnya, selain LV mempertahankan kualitasnya, LV juga sengaja dibuat menggunakan tangan dan mesin jahit Biasa yang tentu keawtannya sangat terjaga.
Selain bahan yang digunakan bagus, berkualitas dan juga kedap air, Brand LV juga hanya membuat tas beberapa pcs saja atau akrab disebut Limited edition. Sehingga membuat brand ini menjadi rebutan orang-orang kaya.
Mora telah menjatuhkan pilihan nya di tas LV yang berwarna coklat tentunya, ini adalah warna kesukaan Mora. Terlihat dari koleksi tas dikamar nya.
Tidak hanya tas, terlihat juga dari High heels. Dan pakaian Mora.
Mora sedikit rileks dan melupakan kartu ucapan misterius itu.
Kalau sudah berbelanja atau perawatan tentu masalah apapun akan cepat hilang dari ingatan Mora.
Kringgggg...
Kringgggg...
Kringgggg...
Telpon berbunyi.
Mora segera mengangkat nya, tapi setelah Mora angkat tak terdengar satu kata pun dari sang penelpon.
"menyebalkan!" ujar Mora.
Telpon berbunyi kembali dan Mora enggan mengangkat telpon. Ia tak mau ambil pusing.
Tiba-tiba,
Terdengar ada yang mengetuk pintu.
Toktok… toktok…
"Bu, Bu, Bu, ini saya bi Siti! Ada telpon untuk Bu Mora!!!" ucap bi Siti.
Cekrekkkk,
"hmmmmm… Bibi.. Giliran saya nyariin ga ketemu!" Mora yang nampak cemberut.
Bi Siti pun meminta maaf kepada Mora, Sembari memberikan telpon ke Mora,
Ternyata… "Hmmm, mamah… Maaf, aku kira ta…. Tadi" Mora yang gugup.
Telpon pun dimatikan Seketika,
Telpon itu berasal dari orang tua Andre. Alias mertua Mora.
Yah, mertua Mora terlihat lembut, baik dan juga ramah tapi sayang itu hanya berlaku jika di depan Andre.
Jika tak ada Andre, ibu mertua Mora malah bersikap dingin dan juga kasar.
Memang sejak awal Mora dinikahi Andre, raut wajah mamah Andre memang memberikan gelagat keberatan.
Sudah tentu karena status sosial Mora dan Andre yang jauh berbeda, Mora hanya berasal dari keluarga biasa dan bahkan orang tuanya pun hanya tamat Sma.
Berbeda dengan orang tua Andre, yang sudah merasakan bangku kuliah.
Orang tua Mora juga hanya berprofesi sebagai tukang service Elektronic, dan ibu Mora ialah IRT sejati.
Sedangkan mertua Mora ialah pengusaha besar. Pengusaha yang handal, dan tak diragukan lagi, bahkan sekarang perusahaan milik orang tua Andre merupakan perusahaan terbesar ke tujuh di Asia. Di Asia Loh.
"Jangan - jangan sedari tadi yang menelpon mamah??" Mora sembari menepuk jidat nya, tanda bahwa ia merasa bersikap salah, dan takut mertua nya semakin ilfeel terhadap nya.
Mora nampak bingung ingin menguhubungi kembali mertua nya atau hanya menunggu telpon agar berbunyi kembali?!.
"Aduh, aduh, aku kira si peneror itu yang telpon. Ternyata mamah!" Mora terlihat mondar mandir sembari memegangi telpon genggam.
Sudah sekitar 10x Mora bolak balik kesana dan kemari sambil menanti harap-harap cemas jika mertua nya menelpon kembali.
"apa aku hubungi mas Andre? Tapi kan dia sedang marah padaku?" Mora benar-benar bingung.
"apa aku minta saran kepada Widia atau Angel atau Risa?" Mora berfikir keras.
Untuk urusan mertua sepertinya Widia sangat handal, karena Widia sangat dekat dengan mertua nya.
Seketika Mora langsung mencari kontak Widia, untuk meminta saran.
Tuttttt… Tuttttt…..
Tuttttt… Tuttttt…..
Tak ada jawaban,
"kemana ya Widia?" Mora bertanya dalam hati.
Mora kembali mencoba menguhubungi Widia, berharap ada jawaban kali ini. "ya, coba sekali lagi!"
"please angkat Widia!" seru Mora.
"hallo…. Dengan siapa ini? " tanya seseorang di ujung telpon.
Terdengar suara seperti anak-anak remaja yang mengangkat telpon Mora. Yah, itu seperti suara Meisya, anak Risa yang berusia sekitar 14tahun, yang duduk di bangku 2 SMP.
"Hai, keisya cantik! Apa kabar sayang? Apa mamah ada?" Mora bertanya kepada Keisya dengan beruntun.
"Aku, baik tante alhamdulillah, Keisya juga sudah naik kelas loh… tante Mora kok sudah lama tidak kesini?" tanya Keisya
"hehe, Mora menjawab kembali pertanyaan Keisya,dan Mora tak sabar meminta Keisya memberikan telpon nya ke Widia, ibu Keisya.
"sebentar ya tan, mamah sedang memakai masker. Jadi kata mamah tolong hubungi sekitar 10 menit lagi!" jawab keisya.
Mora memastikan telpon nya. Dan menantikan 10 menit berlalu.
"Sudah 10 menit, yah aku coba menguhubungi Widia lagi!" Mora bergegas menelpon kontak Widia.
Tak lama telpon Mora terliha diangkat oleh Widia.
"Hai, Mor, why cantik?" jawab Widia.
Mora menceritakan jika mertua nya terlihat ilfeel padanya, ditambah lagi Mora yang tak mengangkat telpon nya, "please, gua mesti gimana Widia?"
"aduh, lu apa-apa aja sih, kalau kata gua lu tebelin muka aja, orang tua marah kan wajar! Anggap aja dia sayang sama lu, perhatian, dan kita sebagai anaknya memaklumi itu!" saran Widia.
"makasih ya sayang, lu mau dengerin curhatan gua, makasih juga sarannya! Lu memang kayak kakak gua sendiri! Thanks Wid!" Mora memuji saran dari Widia.
Akhirnya Mora memberanikan diri menelpon mertuanya, "Bismillah, semoga mamah tidak marah padaku, aminnn…." doa Mora.
Tuttttt…
Tuttttt…
Tuttttt…
Mora dengan raut wajah khawatir, menantikan telpon nya, berharap mamah nya mau mengangkat telpon darinya.
Tak ada jawaban di ujung telpon.
"hmmmmm, Mora mengelah nafas….! Huh, mamah please angkat, maaf tadi Mora salah sangka!." Mora yang terus berusaha menelpon mamah mertua nya.
Ini ke 3x nya Mora kembali mencoba menelpon mertuanya,
Dan, akhirnya ada seseorang di ujung telpon menjawab salam nya, yang berarti….
APAKAH, mertua Mora marah terhadap Mora????
Atau itu hanya kekhawatiran Mora semata???? Atau sebaiknya??? mertua Mora yang mengkhawatirkan Mora, karena telpon nya tak diangkat???
Yuks lanjut di bab berikutnya, selamat membaca sahabat sekalian.