Konflik
Aroma masakan bi Siti tercium sampai ke hidung Mora,
"Sepertinya sedap,"
Kriukkkkkk….. Perut Mora keroncongan,
Mora tetap tak ingin makan dan memilih ke kamar tidur nya.
Di lain sisi,
Andre yang sibuk dengan rutinitas pekerjaan kantor nya. Kembali disibukkan dengan meeting keluar kota secara dadakan.
Secara tak disengaja,
Ini menambah keruh masalah rumah tangga Andre dan Mora, dimana Andre yang sedang terbakar amarah nya karena beberapa kali mendapati kiriman bunga mawar untuk istrinya. Mora.
Dan sekarang keadaan seakan membuat Andre menjauh atau menghindari masalah nya dengan Mora, karena ada kesibukan yang mengharuskan ia ke Jogja.
Kringggggg….
Kringggggg….
Kringggggg….
"Hallo, assalammualaikum. Dengan kediaman pak Andre Sanjaya, ada yang bisa saya bantu!" Bi Siti mengangkat telpon dengan cepat.
"Bi, ini saya, Tolong beritahu Mora saya akan pulang besok siang, karena besok pagi sekali saya harus sudah di Jogya, jadi sekarang saya langsung kesana!" ucap Andre yang terburu-buru.
"baik, pak, ada lagi pak?" tanya bi Siti.
"hmmmmm, handphone saya lowbet, bilang Mora makan yang banyak, dan ucapkan saya sudah tidak marah padanya!" tutur Andre.
"baik, pak, jaga kesehatan bapak." nasehat bi Siti.
"Mas, Mari kita berangkat!"
Suara lembut seorang wanita terdengar di ujung telpon.
Ssssstttttt,
Terdengar seseorang memberikan kode, untuk diam.
Bi Siti hanya mendengarkan, dan tak berani menanyakan suara siapa yang barusan berbicara.
"ya sudah bi,"
Klekkkk, telpon dimatikan.
"Aku sudah bilang tak usah memanggil ku dengan sebutan itu! Aku ini atasan mu!" bentak Andre.
Bela, terdiam mendengar bentakan Andre. Seketika mata nya berkaca-kaca.
"A...aku hanya bermaksud agar kita lebih akrab, maaf jika aku salah!" Bela dengan mata yang berkaca-kaca.
Karena ini sudah bukan jam kantor, itu sebabnya Bella memanggil Andre dengan sebutan "Mas" , dan karena panggilan itu, sekarang Andre terlihat menjaga jarak.
Bella gadis muda yang sederhana dan manis, ia berprofesi sebagai sekretaris Andre, yang baru saja beberapa bulan atau tepatnya genap 2 bulan menggantikan posisi Cantika.
Cantika adalah sekretaris utama di kantor Andre, tapi karena Cantika baru saja melahirkan anak pertama nya. Jadi membuat ia harus mengambil cuti yang cukup panjang.
Dan terpilih lah Bela, Bela gadis yang baru saja tamat kuliah dengan jurusan Administrasi Bisnis.
Andre pun tak mengerti kenapa bisa, seorang gadis yang berotak standard dan penampilan biasa saja yang terpilih.
Padahal dari 28 orang kandidat yang terpilih, banyak yang lebih kompeten, dan lebih cantik dari Bela, lebih tinggi, lebih modis, dan yang pasti sedap di pandang mata.
"Besok akan ada Meeting besar-besaran, tolong siapkan bahan meeting dengan bagus! " Andre dengan tegas memerintah Bela.
"Siap pak," Bela menjawab singkat.
Di Rumah …
Sudah pukul 23.00 malam,
Mora tak sadar tertidur di sofa kamar nya, terlihat dari raut Wajahnya Mora keletihan dan seperti banyak fikiran.
Toktok…. Toktok….
"Bu, Bu, Bu, ini saya Bi Siti" tolong buka pintunya Bu!
Ini sudah ke 4x Bi Siti mengetuk pintu Bu Mora, dipercobaan pertama pada pukul 9 malam dan sekarang sudah 2 jam berlalu, tapi Bu Mora belum juga keluar.
Bi Siti semakin panik, bi Siti ingin memaksa masuk tapi ia segan denga Bu Mora.
Tapi satu sisi bi Siti sangat khawatir dengan keadaan Bu Mora, apalagi Bu Mora sejak siang tidak memakan apapun.
"semoga ibu tidak apa-apa, semoga ibu hanya sedang istirahat." Bi Siti berdoa dalam hatinya.
Krekkkk….
Suara pintu terbuka,
Bu Mora dengan wajah lesuh dan raut muka yang kusut membuka pintu dengan tangan kanan nya.
"ada apa bi???" tanya Mora.
"Ibu tidak apa-apa? Saya sangat khawatir ibu kenapa-kenapa. Ayo Bu makan dulu! Sejak tadi siang ibu tidak memakan apapun!" seru bi Siti.
Mora tak mengiyakan ajakan asisten rumah tangga nya.
Mora melirik ke kiri dan kanan dari depan pintu.
"Ibu mencari pak Andre?" tanya bi Siti.
Mora hanya menggelengkan kepalanya ke arah kiri dan kanan. Karena Mora gengsi jika terlihat mengkhawatirkan Andre.
Padahal itu sesuatu yang wajar, wajar bagi seorang istri mengkhawatirkan suaminya yang belum pulang.
"Bu, saya ingin menyampaikan pesan pak Andre," Bi Siti memaparkan
Belum selesai bi Siti berbicara, Mora terlihat enggan mendengar kan,
"Bu, Bu, pak… pak.."
"Sudah," Mora semakin enggan mendengarkan bi Siti berbicara, Sembari menutupi Kedua kuping kiri dan kanannya.
"Bu, saya ma….mau bilang, ka. Kalau… bapak…" tutur bi Siti.
Brakkkkk….
Mora menutup pintu kamarnya Seketika,
Belum sempat bi Siti berbicara, tapi Mora enggan mendengarkan nya.
Bi Siti bingung, ingin berusaha menyampaikan amanah pak Andre atau membiarkan Mora menenangkan fikirannya terlebih dahulu.
"Benar-benar bingung. " tutur bi Siti.
Bi Siti seperti paham akan dilema yang dirasakan oleh Bu Mora, sehingga bi Siti berinisiatif membawakan makan malam ke kamar Bu Mora.
Menu makan malam kali ini ialah, ikan gurame bakar saus kecap, perkedel jagung dan juga capcay bakso.
Bau wangi dari ikan gurame bakar sudah tercium kemana-mana, bahkan seisi ruangan, dan disiram oleh saus kecap yang ditaburi cabe rawit hijau diatasnya, sudah tentu membuat yang melahap nya semakin bergairah.
Ditambah lagi dengan hangat nya saat memghirup kuah capcay, pasti sangat lezat.
Bi Siti mempersiapkan segelas air putih dan teh hangat untuk menenangkan Bu Mora.
Tapppp…. Tappppp….
Bi Siti menaiki anak tangga dengan pelan karena membawa cukup banyak piring di nampan nya.
5 anak tangga lagi, akan sampai ke lantai dua,
5,4,3…
Bruuukkkkk….
"auwwww, Braalakkkk…"
Suara seseorang atau mungkin benda terjatuh,
Mora yang sedang berada di toilet, segera mematikan kerannya dan memakai handuk putih untuk membalut tubuhnya.
Suara apa itu,
Krekkkk,
Mora membuka pintu kamarnya,
Terlihat beberapa lauk berserakan di lantai, "ha… ada apa ini???" Mora tampak panik.
Dan melihat ke arah tangga,
Terlihat bi Siti yang sibuk memunguti makanan yang berjatuhan.
"Bibi tidak apa-apa? Ada yang sakit??" tanya Mora yang terlihat khawatir.
Bi Siti menunjukan bahwa keadaan nya baik, dan tak ada bagian tubuh yang sakit.
"ga apa-apa Bu, hanya saja makanan nya yang terjatuh." papar bi Siti.
"Kok bisa sih bi? Syukurlah kalau bibi ga kenapa-kenapa!" ujar Mora.
Bi Siti sedikit meringis kesakitan, kesakitan di arah tumit kakinya, "Auwwww"
"Ada apa bi? " Mora tampak panik dan bingung ingin membantu bi Siti tetapi tak tahu caranya.
Mora berteriak, " Raf…. RAFYYYYY " teriakan yang sangat keras.
Mora tak menghiraukan jika ia hanya Menggunakan handuk, dan terlihat juga masih terdapat beberapa busa di bagian bahu belakang Mora.
"Bi, bibi tidak apa-apa? Ada yang sakit? Dimana?" Mora yang semakin panik sembari memegangi bahu bi Siti.
Takkkkkk…..
Takkkkkk….
Rafy berlarian menuju sumber suara,
"Sepertinya dari lantai atas, dan terdengar seperti suara Bu Mora." ujar Rafy.
"sebentar Bu!"
Rafy menaiki tangga dengan langkah besar, Kedua anak tangga mampu di loncati oleh kaki panjang Rafy.
Ketika tiba di puncak tangga, Rafy…
Rafy terdiam, saat melihat Bu Mora yang hanya mengenakan handuk putih pendek, yang terlihat sangat sexy.
Warnanya….