Putar Balik
Warna kulit Bu Mora sangat putih, seperti kapas, dengan badannya yang ideal, dan tak ada kerutan apalagi lemak di tubuh dan di Wajahnya.
Mata Rafy tak berkedip memandang Bu Mora, seakan ia melihat keindahan dunia.
"Raf…. Hello…. Raffy!!!! Tolong bantu bi Siti!" Mora menepuk bahu kiri Rafy.
Rafy kaget dan tersadar,
Dan segera membantu bi Siti untuk berdiri, dengan memapah tangan kanan bi Siti.
Mora bergegas meninggalkan bi Siti, karena merasa sudah aman ada Rafy yang membantu Bi Siti.
Mora berlari kearah pintu kamarnya.
Brakkkkkss….
Handuk Mora terkait ujung gagang pintu, dan semakin membuat handuk Mora semakin pendek.
"huhhhmmmmmmmm!" menghelak nafas.
Rafy menyempatkan melirik kejadian yang menimpa Bu Mora, bahkan kejadian itu membuat Rafy terhenti dan membuat mata Rafy gagal Fokus.
Bi Siti segera di bopong menuju kamar bawah, dan Rafy kembali ke lantai atas untuk membersihkan makanan yang berserakan,
Saat Rafy memunguti sedikit demi sedikit pecahan piring, terdengar….
Suara merdu,
Dari balik pintu kamar Bu Mora.
"ternyata suara Bu Mora begitu indah, seindah Wajahnya," puji Rafy.
"Ussssttttt, tidak-tidak tidak sopan, Bu Mora majikan yang baik," Rafy menepis fikiran kotor nya.
Rafy memilih mempercepat pekerjaannya membersihkan makanan di lantai.
Tak ketinggalan Rafy terlihat sibuk mengepel setiap lantai agar terlihat bersih kembali.
Akhirnya, butuh waktu 1 jam untuk Raffy mengerjakan semuanya.
"Finish, " Rafy mengepaskan Kedua tangannya, dan beranjak membersihkan diri di toilet bawah.
Sementara di Jogja,
Pagi ini terasa begitu sejuk, dengan angin yang bertiup lembut, Andre yang berdiri di depan jendela Hotel, menikmati setiap hembusan angin.
Seakan angin mampu meluluhkan dan menyejukan fikiran nya yang tengah penat.
Bagaimana tidak, untuk seorang pengusaha sukses dan besar seperti Andre, sulit sekali memiliki waktu ulang untuk sekedar refreshing atau bersama istrinya.
Mungkin hanya waktu bulan madu Andre dan Mora memiliki waktu bersama, tepatnya 2 tahun lalu, tunggal 28 Mei 2018.
Bali, menjadi pilihan banyak orang untuk berlibur atau berbulan madu, sama seperti Mora dan Andre yang memilih pulau Dewata Bali. Sebagai tempatny memadu kasih, indahnya malam pertama.
Hotel milik sahabat nya menjadi pilihan Andre dan Mora saat itu, yah sebuah hotel mewah dengan fasilitas lengkap dan juga dengan pemandangan menawan.
Pemandangan yang menghadapkan langsung pandangan ke arah bibir pantai, selain itu tempatnya yang strategis, membuat Hotel tersebut semakin mahal.
Tapi untuk seorang seperti Andre tentu tak masalah, uang ataupun harga baginya tak masalah, asalkan istrinya dan keluarga nya bahagia.
Tampak beberapa ekor burung merpati melintas di hadapan Andre, mereka berterbangan berbincang, seperti remaja yang sedang Kasmaran
Seekor burung merpati berwarna putih polos dan 3 lainnya berwarna coklat, ada yang coklat full dan ada juga perpaduan coklat dan putih.
Saking asiknya memandangi kota Yogya dari balkon, Andre lupa jika harus bersiap meeting.
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Ponsel Andre berbunyi,
Tapi Andre malas mengangkat nya,
Sampai akhirnya Bela terpaksa menghampiri Andre,
Yah kamar 216 yang berada di lantai 16 yang menjadi tujuan Bela.
Bela yang menginap di hotel sebelah tempat hotel yang di sewa Andre, karena Andre sayang akan mengeluarkan badget untuk Bela.
Kecuali jika mengeluarkan badget untuk seorang yang cantik seperti Cantika.
Yah, Andre lebih dulu mengenal Cantika dibandingkan Mora,
Cantika adalah mantan pacarnya saat duduk di bangku 2 Smp.
Dari dulu Cantika memang sudah terlihat cantik, tapi sayang Jodoh berkata lain.
Cantika memilih melanjutkan sekolah menengah atas nya di Australia, dan melanjutkan kuliahnya di Singapore.
Sehingga Andre bertemu jodohnya yaitu Mora.
Tapi waktu mempertemukan mereka kembali, sudah 5 tahun Cantika menjadi sekretaris Andre.
"meeting akan dimulai pukul 10.00 pagi pak".
Teriak seseorang di balik pintu.
Andre menoleh,
Kuping serasa bengap mendengar suara cempreng itu. "Bosan, tak ada auranya sama sekali!" Andre bergumam.
Bagaimana tidak, seorang Andre yang terbiasa melihat wanita -wanita cantik disekelilingnya,
Di rumah ia disuguhkan pemandangan indah dan cantik yaitu istrinya Mora, dan di kantor biasanya ia melihat Cantika yang tak kalah cantik.
"Berbeda sekali dengan Bela, membosankan!" Andre bergerutu tiada henti.
Memang sejauh ini Andre adalah laki-laki yang setia, setia kepada Mora.
Tapi belakangan ini hubungan Andre dan Mora sedikit renggang, sudah tentu karena kiriman bunga mawar yang terus ditemukan oleh Andre.
"Menjijikan." tutur Andre.
"Pak, sudah pukul 09.00 tepat, waktunya Sarapan! Bapak sudah siap?" teriak Bela dari balik pintu Hotel.
Andre tetap terlihat enggan menjawab Bela sekretaris nya,
Dia membiarkan Bela, berteriak dibalik pintu, tanpa memperoleh jawaban.
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Ponsel Andre berbunyi,
"Cantika,"....
Andre terlihat bersemangat mengangkat telpon dari Cantika,
"Hai, apa kabar? Bagaimana sudah baik? Aku membutuhkan mu secepatnya!" tutur Andre bersemangat.
"Hai Ann, iya gua udah baikkan, secepatnya Ann. Gua juga ga betah dirumah mulu bete" jawab Cantika.
Memang sejauh ini, Andre dan Cantika hanya berhubungan erat sebagai teman jika diluar Kantor, dan jika di kantor mereka cukup profesional sebagai rekan kerja.
Tapi entah mengapa, Andre sangat tidak menyukai Bela. Dari pertama melihat Bela, Andre sudah tak memiliki nyawa dalam bekerja.
"Pak, Pak, Pak Mario sudah otw dari hotelnya! Sekitar 30 menit lagi ia akan tiba di Cafe! Cafe tempat kita meeting!" Bela berteriak ke sekian kalinya dari balik pintu.
Krekkkk,
Andre akhirnya membuka pintunya. Dengan raut wajah yang sinis.
"maaf pak jika saya mengganggu, tapi, saya hubungi telpon bapak, saya selalu tak mendapatkan balasan!" papar Bela.
Andre tak menghiraukan Bela yang meminta maaf padanya, ia berlalu menuju Loby hotel.
Bela terus mengikuti Andre dari belakang, dengan membawa beberapa berkas dan bahan meeting di tangan nya.
"Pak, bapak tak mau Sarapan dulu?, semua sudah saya booking di meja Makan! Mari pak kita ke….."
Berisik!!!!!
Andre memotong pembicaraan Bela, dan memilih menaiki mobil.
Bela tak menghiraukan jika ia selalu dibentak oleh Andre, baginya itu hal biasa saja.
Bela ikut menaiki mobil dan duduk di sebelah sopir.
"Pak ke Cafe kopi yah!!!" Bela memberikan Alamat kafe tujuan nya kepada sopir.
"Baik, Bu!" jawab sang sopir.
"Ibu? Padahal usia ku baru 21 tahun! Apa aku terlihat setua itu?" Gumam Bela dalam hati.
Pritttttt….
Seorang petugas memberhentikan mobil Andre.
"Maaf jalan ditutup, harap putar balik" ucap seorang polisi lalu lantas.
"Apa? Kalau boleh tahu ada apa ya pak?" tanya Bela.
Terlihat di depan ada mobil terbalik, tak salah lagi benar ada kecelakaan lalu lintas, sepertinya mobil mini busui dan busui pariwisata saling bertabrakan.
"ini kelalaian mu! Seharusnya kamu sudah memperhitungkan segala sesuatu atau kemungkinan nya!" bentak Andre.
"ta….tapi pak!" Bela membela diri.
Andre tak membiarkan Bela berbicara, Andre terus mencecar Bela,
"saya tak mau sampai terlambat! Apalagi ini urusan bisnis!" ucap Andre.
Bela menahan tangisnya, dengan mata yang berlinang. Bela mengambil tindakan. Segera, ia turun dari mobil dan membawa berkas-berkas penting, menuju Kafe.
"Berenti pak! Disini!" seru Bela.
Sopir mobil mengikuti perintah Bela,
"tolong antar bos saya ke kafe, saya tunggu segera, semoga jam 10 bapak sudah disana!" tutur Bela.
Sopir mobil mengiyakan seruan Bela,
Bela memilih melanjutkan perjalanan nya menggunakan Ojek.
Di tapi jalan,
Tak terlihat ojek yang melintas, yang banyak terlihat ialah becak.
Bela berfikir ragu menaiki becak, ia takut akan terlambat sampai kafe.
Tapi tak ada pilihan lain untuk Bela, becak transportasi yang paling banyak ia temui di Sepanjang jalan.
"Pak!!!! Tolong antarkan saya ke kafe…. Ini, bisa cepat??? Saya ada keperluan!!!" tanya Bela pada seorang bapak tua,
"Bi….bisa! Insyaalloh " jawab bapak tua dengan suara yang sudah bergetar.
Bela ragu dan…..