Dipepet
Pagi pun tiba, saat Mora membuka mata nya, ia melirik kanan dan kiri dan baru menyadari jika Andre telah tidak ada di tempat.
"Kebiasaan, mas Andre tidak bilang-bilang jika pergi." gerutu Mora.
Hoammmmm…. Huh …. Sembari meluruskan tubuhnya, Mora beranjak dan mendekati meja rias,
Seikat bunga mawar merah, wahhh cantik sekali, Mas Andre selalu saja membuat aku bahagia. "hmmmmmmmmm, harum sekali". Mora menciumi berkali-kali mawar merahnya, dan meletakannya di pojok meja rias.
Semakin cantik dan indah sekali dengan diletakkannya mawar merah, ruang kamar Mora terlihat hidup dan berwarna, dengan cat dinding yang berwarn putih polos sangat serasi.
Hari ini jadwal rutin untuk Mora melakukan perawatan di klinik kecantikan, setelah itu Mora dan teman-teman nya memiliki rencana lain yaitu ingin kuliner di daerah tanggerang.
Jam telah menunjukan pukul 9 pagi,
Mora terlihat sudah bersiap dengan mengenakan dress grey nya, Mora terlihat anggun dan simple. Apalagi ditambah rambut yang terurai dengan indah, semakin memancarkan aura kecantikan nya.
Ini, weekday sepertinya jalanan tak terlalu padat, Mora berniat untuk mengendarai mobilnya sendiri.
Plakkkk…..
plakkkk…..
Suara heels Mora, terdengar dari kejauhan karena cukup keras.
"nyonya, ingin keluar? Mobil sudah siap nyonya" sapa Rafy.
"hmmmmm, mana kunci mobil? Berikan padaku!" Mora dengan nada yang tegas.
"tapi, Bu… eh…. Nyonya….
Bi...biar saya yang mengantar kan!" Rafy sembari menunduk tanda menghormati majikannya.
"ga' perlu, saya... biar bawa sendiri!" jawab Mora dengan ketus.
"Dari ekspresi Wajahnya, seperti nya Bu Mora sedikit kurang rileks, apa sedang ada masalah? Masalah apa tapi? Uang ga mungkin, ah sudah mungkin hanya terburu-buru", fikir Rafy dengan penuh penasaran.
Mora meraih kontak mobil dari tangan Rafy, sopirnya.
Dan melanjutkan langkah kakinya menuju mobil,
Tak…..
Tak…..
Tak…..
Cekrekkkkkk, brmmmmmmmm…..
Mora menyalakan mobil,
Tinttttttt…..tinttttttt...
Rafy segera membuka kan pagar untuk Mora.
"Silahkan nyonya!" tanda membersihkan mobil Mora melaju.
Mora dengan memacu kendaraannya sedikit kencang, tiba-tiba menghentikan mobil nya mendadak.
Triiiiitttt…..
Seperti suara mobil Bu Mora, Rafy segera membuka pagar. Dan benar saja. Kira-kira 10m dari pagar terlihat mobil Bu Mora yang terhenti.
"Ya….Bu…. Ada yang bisa saya bantu?" Rafy dengan mengetuk kaca depan mobil majikannya.
Mora menurunkan kaca mobilnya, "iya, tolong ambilkan handphone saya di dekat meja rias! Bi Siti pasti tahu! Seru Mora.
"Baik, tunggu sebentar Bu!" Rafy langsung berlari masuk kerumah dan mencari keberadaan bi Siti.
"Bi, bi, atau Bu…. Bu…. Bu Siti!!!! " Rafy menaikan volume suaranya.
Di Ruang tengah Bu Siti ga ada, mungkin di halaman belakang, Rafy melanjutkan pencarian nya di halaman belakang rumah,
"Bu…..Bu…. Bu Siti!!!!!, dimana ya…..? Bu….."
Rafy berteriak.
Tapi bi Siti belum juga ditemukan, kemudian Rafy melanjutkan pencarian nya di kolam renang, yah Rafy berharap bi Siti sedang membersihkan kolam renang.
Setiba di kolam renang, Rafy tak melihat keberadaan bi Siti. "aduh, aku harus cari kemana lagi?" Rafy menggelengkan kepalanya.
"Ahaaa…..a" sepertinya Rafy memiliki ide, mungkin saja bibi sedang masak didapur? Yah dapur tidak salah lagi!
Brukkkkk…...
Rafy berlari ke arah dapur, karena mendengar suara gaduh di dapur.
"Bi... bi... bi Siti... apa itu bi Siti?" Rafy sambil menelisik ke dapur.
"hmmmmm….. Tidak ada orang, ternyata hanya panci yang berukuran sekitar 24 cm yang terjatuh." Rafy berinisiatif mengembalikan panci ke tempat semula nya.
Kringggggg.....
Kringggggg.....
Kringggggg.....
"Haduh, Bu Siti dimana yah? Kasian Bu Mora terlalu lama menunggu," Rafy terlihat mondar mandir kebingungan mencari keberadaan bi Siti.
Srrrrghhhhhhhh….
Suara keran,
"Bu, Bu Siti…..?" sembari mengetuk pintu kamar mandi yang berada tak jauh dari tempat Rafy berdiri.
"seperti ada yang memanggil, " Gumam bi Siti.
Krekkkkk…..
"Eh, Rafy. Ada apa? Maaf Ibu dari kamar kecil." papar bi Siti.
"huh, pantas saja aku mencari Ibu kemana-mana," pungkas Rafy.
"ada apa?" dengan mengelisik.
"Oh, ya, Bu, Bu….. MORA….. minta tolong diambilkan Handphone nya yang tertinggal di kamarnya!" papar Rafy.
Bi Siti pun bersegera menaiki anak tangga mencari keberadaan Handphone Bu Mora. "Aduh dimana yah?" Bi Siti sedikit kebingungan. Sembari menyingkapkan sprey tidur dan bantal, tapi Handphone Bu Mora belum di temukan.
"hmmmmm," gumam Bi Siti.
"Bu.... Bu….. Apakah sudah ketemu?" tanya Rafy.
"belum Raf," dengan terus berusaha mencari keberadaan handphone Bu Mora.
"Bu..... Bu... Maaf saya lupa, kalau handphone nya di dekat meja rias!" teriak Rafy dari balik pintu kamar.
Dengan bersegera bi Siti menggapai handphone di meja rias, dan menemukan nya. Dan dalam hitungan menit Rafy berlarian menghampiri mobil Bu Mora.
"Bu.... Bu... Maaf, lama" sembari menyodorkan handphone.
"ya sudah, thanks."
Mora langsung memacu gas mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.
"aduh, 15 menit terbuang." Mora mendumel.
Lampu merah,
Mora harus berurusan lagi dengan kemacetan kota metropolitan. Benar-benar sesuatu yang menyebalkan bagi setiap orang. Selain polusi kemacetan sudah tentu membuat perjalanan terkendala dan membuat waktu terbuang.
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Mora meraih handphone nya, dan terlihat 17x panggilan tak terjawab.
Sudah tentu telpon itu dari Angel, Widia atau Risa.
"Hai, kemana aja sih ga ada kabar?" tanya Risa.
"maaf, tadi handphone gua ketinggalan, kalian udah pada kumpul?" Mora menyahuti Risa dengan riang.
"putar balik ya! Anak-anak lagi pada di rumah!" ajak Risa.
"begitu deh, ga ngabarin dari pagi! Kalau tahu gitu kan gua ga akan kejebak macet separah ini!" Mora sedikit kesal.
"gua udah ngabarin tau, dari jam 8, gua yakin lu pasti lagi dandan. Sampe handphone aja ga dilirik!" pungkas Risa.
"hahaha,... Masa??? Tapi kay@aknya bener, gua tadi lagi sibuk parah." jawab Mora.
"udah sih ga usah cantik-cantik, nanti laki gua kecantol!" goda Risa.
"bisa aja lu, ya udah gua otw, udah lampu orange!" Mora sembari memasukan gigi mobilnya.
Tinttttttt..... Tinttttttt...….
Klakson mobil yang berada di belakang Mora terdengar menjengkelkan. Mora pun semakin memacu kendaraannya sedikit lebih cepat.
Terlihat sebuah mobil Honda Civix tipe R memepet mobil Mora. Sehingga Mora semakin terdesak ke bahu jalan, dan memilih menghentikan laju mobilnya.
Tinttttttt...…
Mobil itu pun berhenti tepat di depan mobil Mora, Mora hanya tersentak dan membuka pintu mobilnya, berniat bertemu dengan pemilik mobil yang ingin memepet mobilnya.
Sebelum Mora melangkah kan kaki nya keluar dari mobil, ada sesosok pria dengan baju kaos polos berwarna putih serta memakai topi kecoklatan menghampiri Mora.
"hmmmmm, siap? Yah???" tanya Mora dalam dada.
"Hai, ada sesuatu yang terjatuh!" ucap sosok pria bertopi.
"huhhhmmmmmmmm," Mora hanya tertegun, dan tangan kanan nya terus memegangi pintu mobil.
"Ini, " menyodorkan benda kecil sekitar segenggam tangan.
"apa? Ini bukan milik ku!" pungkas Mora dengan tugas.
"Ini milik mu, tadi terjatuh" menyodorkan kembali.
Mora yang bingung kemudian mengambil benda tersebut, dengan begitu ia berfikir bisa segera melanjutkan perjalanan nya.
"Aku Joe. Senang berkenalan dengan anda, Bu Mora." pungkas lelaki bertopi itu.
"hhhmmm," Mora hanya terdiam dan tanpa mengingat jika ia sudah beberapa kali bertemu dengan Joe. Tapi bagi Mora tak penting mengingat orang yang tak terlalu dekat.
Tak penting