Sajian istimewah untuk suami
"La..la...lalala.."
Mora terlihat happy menanti kepulangan suaminya, dan. Sudah mempersiapkan segala sesuatu nya, baik dari menu makan malam dan air mandi Andre.
"Bi, menu yang saya minta sudah siap? Jangan sampai mengecewakan! Tapi sejauh ini selama hampir 10 tahun masakan bibi tidak mengecewakan. Thanks bi Siti!" puji Mora sembari menebarkan senyumnya kepada bi Siti.
"insyaalloh sudah siap Non. Menu telor Padang dan Pindang ikan gabus serta tumis pucuk pepaya sudah tersaji" Bi Siti dengan penuh keyakinan.
"terimakasih bi!"
Walaupun Mora dan Andre tergolong orang yang berada, namun mereka tetap mencintai masakan Indonesia, sudah tentu Andre yang orang tua nya asli dari Pulau Sumatera, ya, ayah Andre asli Sumatera Barat, dan ibu Andre asli Palembang. Sudah tentu menu makanan mereka kaya akan rempah dan cita rasa khas.
Di dukung oleh Bi Siti yang memang Asli dari sumatera, Bi Siti cukup lama tinggal di Padang walaupun asli Palembang, karena Bi Siti dibesarkan oleh neneknya di Padang.
Jadi bagi bi Siti tidak sulit atau bahkan mudah sekali mensajikan menu kesukaan Mora dan Andre,
"Bi, karena….. Hmmmmm… hari ini sedikit berbeda aku ingin membuat nya lebih spesial, jadi aku saja yang mensajikan semua ini ke meja makan!" pinta Mora.
"apa Non? Tapi Non,ini kan pekerjaan saya…" jawab bi Siti pelan.
"saya serius bi," Pungkas Mora.
"biar saya saja Non, ini kan banyak sekali Non!" jelas bi Siti.
"ga masalah, jika saya kesulitan pasti saya akan meminta bantuan bibi!" Jawab Mora enteng.
"Hmmm, Non…" Bi Siti sedikit mengkhawatirkan keingin Mora.
"bibi istirahat dulu deh, Biar saya yang menyatakan!"
"ta….tapi.. Non…" Bi Siti menundukkan pandangannya.
"Bi….bibi…" sembari memelototkan matanya, dan menggerenyitkan darinya Kepada bi Siti,Mora terlihat yakin dengan percintaan nya.
"ba...baiklah Non. Saya akan tetap disini menemani Non!" Bi Siti mengalah.
"Engga, saya yakin bisa Bibi please istirahat dikamar!" perintah Mora.
"Non yakin?" tanya bi Siti dengan ekspresi khawatir.
"yeah, tentu" Mora dengan meyakinkan dan sangat yakin.
Terlihat seperti chef handal Mora membawa hidangan pertama yaitu Telor Padang dan sambal terasi di mangkuk kecil, diletakkan di tengah-tengah meja makan yang berbentuk persegi panjang, Mora pun kembali kedapur dan mengambil menu Kedua yaitu Pindang ikan Gabus yang tentu saja dari aroma nya sudah menggugat selera.
Bagi orang Palembang ikan gabus itu sangat trrnding dan harganya cukup mahal, apalagi jika ukuran nya besar, semakin besar semakin mahal. Untuk menu Pindang kepala nya menjadi bagian yang paling enak dan lezat disantap.
Mora dengan hati-hati membuka panci yang sedang beruap-uap karena baru saja matang, dan mengambil sendok sayur serta mangkuk sup yang cukup besar, "waahhh…. Wangi sekali, pas-pas Andre akan lahap sekali," Mora melanjutkan ayunan sendoknya, dan mengambil kuah Pindang serta daun-daun salam untuk memperhias bagian atas Pindang.
Tinggal satu menu lagi yaitu tumis bunga pepaya, "ahgmmmm sedaapppp", Mora mengambil piring yang berbentuk daun dan mensajikan daun pepaya dengan telaten dan tak lupa menambhkan sedikit hiasan dipiringnya agar terlihat semakin cantik.
"hmmmmm" bolak balik terus capek, Mora sedikit merasakan lelah, dan merasa mampu membawa dua menu sekaligus ke meja makan, pertama tangan Mora memegang mangkuk besar dengan Kedua tangannya, "agh… panas" Mora membatalkan niatnya membawa Kedua menu sekaligus, dan memilih mengantar Pindang ikan gabus ke meja makan.
Dengan mengelap keringat di kening, Mora bersegera mengambil menu terakhir yaitu tumis bunga pepaya, dengan santai Mora membawanya.
Selesai, dengan senyum lebar Mora memuji tatanan makanan di atas meja, "saatnya dandan!" Sudah tentu tampil cantik mempesona dan perfect sudah menjadi rutinitas wanita dalam menyambut suami nya pulang kerja.
Plakkkk….plakkkk….
Sendal Mora terdengar dari kejauhan, Mora yang sedang menaiki anak tangga menuju kamar nya.
Ting…..nong...
Ting…..nong...
Ting…..nong...
Langkah Mora terhenti,
"sebentar..... Sebentar…." Mora mempercepat langkah kakinya, "paket...?" Mora terlihat heran karena ia tak merasa memesan barang apapun.
"iya, mba Mora. Ini ada paket untuk mba Mora" tukang paket menyodorkan seikat bunga ke harapan Mora.
"ha…
saya…?" Mora terlihat sedikit heran, karena jika memang bunga yang selama ini ia terima hanya dari satu laki-laki yaitu Andre, "apa mungkin ini dari Andre!?", Mora bertanya dalam hati nya.
"silahkan mba, tolong tanda tangani bukti penerimaan barang ini!" menyodorkan secarik kertas dan pulpen.
"it's Okey, makasih" Mora bersegera menutup pintunya. Dan dengan menciumi terus seikat bunga mawar pink, "Tumben sekali mas Andre memilihkan mawar Pink? Biasanya merah merona, Aghhhh… mungkin mas Andre ingin terlihat sedikit berbeda!" Mora mencoba berfikir positif.
"wangi sekali mawar ini" Tak henti-hentinya Mora menciumi mawar pink yg terikat dengan rapi, dan Mora meletakan mawar pink itu diatas kasur tidurnya.
30 menit berlalu, Mora sudah berbalut handuk putih dan meraih mawar pink yang berada di atas kasurnya, saat diangkat tiba-tiba….
Secarik kertas jatuh,
"apa ini?" Mora berjongkok dan mengambil secarik kertas memo itu,
Wajahmu..
Mata mu…
Hidung mu…
Dagu mu...
Bibirmu…
Suara mu….
Payudara mu…
Pinggul mu….
Aroma tubuh mu…
Semua nya indah…
Dan… aku tahu ukuran payudara indah mu 36B dan...
Hanya untukku seorang…
Dari pengagum mu…
Mata Mora terbelalak membaca kata-kata yang menjijikan baginya, ia segera meremas-remasnya kertas itu dan membuangnya di toilet kamar mandi, tak hanya itu Mora segera menjauhkan mawar pink itu dari nya.
Sedikit cemas Mora dengan wajah nya yang memerah, segera berpakaian. Mora terlihat sedikit panik, karena memang hal ini cukup mengganggu nya. Sehingga ia melupakan make up dan dengan tanpa make up ia berlari kebawah membawa mawar pink misterius itu, dengan niat ingin dibuang.
"Bi,....bi..." Mora sedikit berteriak.
Seperti nya ada suatu hal yang penting, Rafi menghampiri Mora, "Bu, maaf ada yang bisa saya bantu? Dengan nada pelan Rafy menawarkan bantuan.
"hmmmmm, bi Siti mana? Kok ga terlihat?", dengan muka memerah dan rambut diikat diatas kepala, wajah cantik polos Mora melirik ke Rafy.
"Bi Siti sedang kedepan Non, sepertinya menyapu halaman depan. Apa ada yang bisa saya bantu?" Rafy menatap Mora dengan tatapan dalam, tak heran lelaki manapun pasti akan melakukan tatapan yang sama, bagaimana tidak wanita cantik putih sexy seperti Mora ditambah lagi dengan wajah no make up nya, kecantikan Mora semakin terpancar alami.
"Tolong buang ini! Sekarang! Buang sejauh mungkin!" perintah Mora dengan tegas.
Rafy mematung, dan tak mengiyakan perintah Mora, Rafy hanya terpaku dan matanya menatap wajah Mora.
"hei…..hei….., RAAAAAFYYYYYY!!!! Kamu dengan saya?" Mora berteriak sekantong mungkin.
"i...iyaya Bu…., maaf….maa… af," menunduk
Plakkkk…..
Mora melemparkan seikat mawar ke hadapan Rafy, sontak saja Rafy kaget dan bingung. Karena ia tidak sama sekali mendengar perintah Mora.
Mora yang kesal lantas langsung pergi meninggalkan Rafy, tanpa mengulangi perintah nya.
"Aduh, mati gua…. Non Mora kenapa yah? Bunga secantik ini dibuang-buang?" apa maksudnya diletakkan di meja makan atau di ruang tamu???" Rafy bertanya tanya perihal perintah Bu Mora.
Dengan inisiatif Rafy meletakkan bunga Mawar pink tersebut di ruang Tamu, sedikit memandangi dari kejauhan. Sepertinya bagus diletakkan disini.
Rafy memuji pekerjaan nya.
"Bi...bi… tunggu!" Rafy menahan bi Siti yang baru saja melintas dihadapan nya,
"yah, ada apa?" vi Siti berhenti dan meladeni Rafy.
"Bi biasanya bunga mawar begini Bu Mora letakkan dimana ya? Soalnya tadi seperti nya terjatuh dari genggaman Bu Mora!" papar Rafy.
"Oh, biasany diletakkan di kamar tidur, Hmmm… tapi sepertinya malam ini spesial jadi coba diletakkan di ruang makan saja!" ide bi Siti.
"Oh begitu, baik bi!" Rafy mengambil dan memindahkan bunga mawar pink tersebut ke meja makan.
"Trlihat indah bukan?" Rafy sembari memandangi mawar pink yang ia letakkan di sudut meja makaan