ekspresi Andre
Ting…..nong...
Ting…..nong...
Ting…..nong...
"sebentar, "
Cekrekkkkk….
"Tuan, silahkan tuan! Sini biar saya yang bawakan! Ada lagi pak?" Bi Siti dengan sigap membawakan tas dan beberapa paper bag di tangan kanan dan kiri Andre.
"Engga bi, oh ya Mora mana? Tumben sekali dia tidak menyambut dan membuka kan pintu?" Andre penuh tanya.
"ada tuan, nyonya diatas, sebentar lagi juga turun. Sepertinya nyonya sedang dandan untuk menyambut kepulangan tuan" pungkas bi Siti dengan senyuman.
"hehe…. Bibi bisa saja, Mora sudah cantik sangat cantik, tidak dandan saja cantik apalagi berdandan." Andre dengan senyuman khasnya, dan beranjak meninggalkan bi Siti menuju kamar tidurnya.
"Sayang….. Sayang..., aku pulang!" teriak Andre sembari membuka pintu kamarnya.
"eh, mas" Mora beranjak dari tempat tidurnya dan mencium pipi Andre.
Tumben sekali Mora tidak menyambut kepulangan ku. Dan ditambah lagi dia tidak berdandan untuk ku. Yah, Mora terlihat polos dengan alis tipisnya tetapi semakin terlihat cantik.
"kamu cantik sekali sayang, emmmmmmuaccchhh" Andre mengecup kening Mora. Dan memeluk Mora beberapa detik, meluapkan rasa rindu yang dipendam setelah 2 hari tak bertemu.
"Mas, bau..." Mora menggoda Andre sembari menutup hidung mancungnya,
"huh…., ya sudah mas mandi dulu. Kamu tidak ingin berdandan untuk mas? Tapi tak masalah kamu selalu terlihat cantik sayang" puji Andre sembari mencubit pipi yang kemerah-merahan dan kenyal.
"Mas... sakit….. Ahhh…." Mora memegangi pipi nya yang habis dicubit Andre, Rasanya seperti digigit semut. Huhhh….
Andre segera mandi dan meninggalkan Mora, sementara Mora terlihat termenung di hadapan kaca riasnya. "Astaga, aku terlihat kucel sekali, tidak ini bukan Mora….bukan.." Mora segera membuka laci rias nya, dan mengeluarkan skincare andalannya, yah Mora terlihat lihai sekali mengaplikasikan make up di Wajahnya, pertama tentu ia mengukir alisnya supaya terlihat karena memang alis Mora sangat halus. Dilanjutkan dengan bulu mata, dengan lincah nya Bulu mata Mora dalam sekejap terlihat lebih lentik dan tebal, dan Mora tak melupakan lipstik pink yang menjadi warna kesukaannya.
"Huh cukup, sekarang aku terlihat fresh dan cantik". Mora bersiap mengganti pakaian nya, semula Mora memilih dress hitam kensi untuk dikenakan makan malam bersama Andre, tapi bukan cewek jika tidak bolak balik menghampiri kaca untuk memastikan pakaian mana yang cocok dikenakan.
Mora berputar-putar dihadapan kaca, dan merasa dress hitam kurang cocok karena terlihat terlalu gelas. Mora pun kembali membuka lemari nya dan kali ini ia memilih long dress pink, yah warna yang senada dengan lipstik yang ia gunakan. "Sudah lama sekali aku tidak mengenakan baju ini, sepertinya ini lucu dan simple" Mora pun memastikan nya dengan menghadap kaca, Mora memperhatikan tampilannya di hadapan kaca, "omg… baju ini terlihat sangat lawan, dengan belahan samping kanan yg sampai ke paha, sedikit berlebihan jika dikenakan di makan malam dengan Andre, apalagi makan malam nya hanya dirumah." celoteh Mora.
Mora pun kembali ke lemari pakaian nya dan mengambil dress berwarna cream, dress yang terlihat simple dan memiliki lengan pendek. "terlihat simple dan elegant." Mora menjatuhkan pilihannya kepada dress cream tersebut. Dan mengambil ikatan rambut karena merasa sedikit gerah.
Cekkkkklekkkk....
Pintu kamar mandi terbuka,
"Mas,.. Mas….Wangi sekali…." goda Mora kepada Andre sembari menatap lembut.
"Hehehe… kamu suka? Sayang? Wah kamu terlihat sangat cantik...!" Andre mendekati Mora dan memegang pinggang Mora.
"Mas, mas, ah….. Jangan goda aku… saja lekas berpakaian, aku tunggu dibawa ya sayang…. Emmmmmmuaccchhh" Mora memberikan ciuman manja di dada Andre.
"baiklah, tapi… setelah makan malam kamu temani mas yah….! Mas menginginkan mu malam ini!". Andre dengan sorot mata tajam nya dan mengelus rambut panjang Mora.
"hahahha…., ya sudah aku tunggu di meja Makan!" Mora berlari kecil menuruni anak tangga.
Kringggggg...
Kringggggg...
Kringggggg...
Suara telpon berbunyi,
Mora menghentikan langkahnya, dan berbuat kembali ke kamar untuk mengangkat ponsel nya yang berbunyi.
Cekkkkklekkkk…
"Mas…. Telpon Siapa?" Mora mendengar jika Andre sedang berbicara dengan suara pelan di ponsel nya. Seperti berbisik-bisik.
"Aku kira ponsel ku yang berdering, ternyata ponsel mas Andre" sembari meraih ponselnya, Mora beranjak hendak ke meja makan kembali.
"Sayangggg…. Hei…. Sayang…." Andre memanggil Mora yang terlihat hendak menutup pintu kamar.
"eh, mas…. Maaf aku kira handphone ku yang berbunyi. Telpon Siapa? Keliatannya penting sekali sampai takut terdengar oleh Siapa pun." sindir Mora.
"hmmmmmm…. Iya sayang dari rekan bisnis mas, karena ini menyangkut kesalahpahaman jadi mas harus sedikit menurunkan intonasi mas untuk memaparkan semuanya agar tidak salah paham dan, supaya jelas." papar Andre.
"Oh gitu, semoga bisnis mas lancar ya sayang, amin." Mora menanggapi Andre dengan santai.
"auwwww….. Aduh…." Mora memegangi perutnya.
"kenapa sayang? Kamu ga apa-apa?" terlihat panik Andre memegang perut Mora.
"sakit perut mas, perut aku seperti melilit, mungkin gejala mau datang bulan. Huhhh" Mora menenangkan Andre.
"hmmmmm, mas kira kamu kenapa! Ya sudah istirahat sebentar! Sebentar mas kebawah dan mas panggilkan bi Siti! Untuk membantu mu sayang" Andre memapah Mora ke tempat tidur.
"ga usah mas, aku ga apa-apa, mas duluan kemeja makan! Aku cukup pakai minyak angin dan sebentar juga menyusul!" mendorong bahu Andre dengan lembut, dengan maksud menyuruh Andre ke meja makan.
"hmmmmm, ada yang bisa mas bantu?!" pungkas Andre
" ga ada mas, mas ke meja makan sekarang aja! Aku udah siapin menu kesukaan mas, spesial " Mora dengan senyum lebarnya.
"waw…. Kamu baik sekali sayang" Andre mencium Mora kesekian kalinya, sesuai mencium kening Mora kali ini Andre mencium bibir tipis Mora dengan penuh Nafsu, tanpa menghiraukan Mora yang terus merapatkan bibir nya, dan berusaha menjauhkan Wajahnya dari Andre. Tapi Andre terus memegangi bagian belakang kepala Mora dan terus menciumi bibir Mora.
"mmmmmmmmm, hufffffft... mmmmmmmmm…
Mas...
Mas... Aghhhh…" Mora dengan usaha nya berhasil melepaskan ciuman Andre.
"kenapa sayang?" Andre bertanya.
"tuh kan, lipstik ku habis." Mora dengan wajah cemberut nya, tetapi terlihat semakin lucu dan imuct.
"hei, kamu semakin cantik jika cemberut seperti itu sayang," goda Andre.
"Mas, ga lucu! Lekas keruang makan!" gerutu Mora.
Andre pun memilih mengalah. Dan menuju ruang makan. Sementara ponsel Andre terabaikan di atas kasur tidur.
Aroma yang khas dari Pindang ikan gabus, semakin membuat langkah kaki Andre melangkah dengan cepat, "wahhhhhh… Sudah ku duga!" Andre dengan terus mengendus endus aroma Pindang, dan terlihat tidak sabar ingin menyantap hidangan di atas meja.
Sementara bi Siti terlihat sibuk menyiapkan buah potong dan makanan penutup.
"Bi, tolong bawakan jus alpokat!" seru Andre.
"iya, tuan. Segera bibi buat!" sahut bi Siti.
Andre dengan ekspresi santai nya tak menghiraukan jika ada sesuatu yang berbeda di meja Makan nya, yaitu seikat bunga mawar pink yang hadir di meja Makan nya.
"Mas, hayu kita makan!?" ajak Mora.
Andre terlihat tak sadar jika Mora telah hadapannya, karena Andre menikmati segelas jus alpokat yang segar buatan bi Siti.
"Sayang, mas sampai tak menyadari kamu sudah disini, yah karena ditemani segelas jus ini" pungkas Andre sembari memegangi tangan Mora.
"iya aku ga apa-apa," Mora terlihat cekatan mengambilkan makanan untuk Andre suaminya,
Setelah mengambikan makanan untuk Andre, Mora baru merasa kan ada yang berbeda di meja Makan nya, yah di sebelahnya persis disitu ada seikat bunga mawar pink, sontak saja mata Mora terbelalak.
Andre terlihat santai dan melanjutkan makan malamnya, tanpa menanyakan perihal mawar pink yang berada di meja Makan nya.