"Oke, bisa berangkat secepatnya? Ini Whatsapp saya xxxx-xxxxxxxx tolong kirimi saya no. Rek segera!" balas Mora.
Terimakasih mba/nyonya.
"ini rek saya, terimakasih sekali lagi."
Mora tak membutuhkan waktu lama, ia langsung melakukan transfer online.
"raf, tolong berikan sebagian untuk pak Setyo. Alamat sudah saya share tolong segera datang !" pinta Mora.
"siap mba/ Bu/ nyonya," jawab Rafi dengan bersemangat.
Akhirnya kemacetan pun dapat terurai, Mora pun selera memacu gas nya,
Kringggggg…..
Kringggggg…..
Kringggggg…..
"yah, sebentar lagi gua tiba, lu duluan aja". Pungkas Mora.
"ah lama lu, buruan!" pinta Widia.
"mangkanya di sopirin brondong dong kayak gua, cepet sampai nya." goda Angel ke Mora"
"hahaha.. Gua mandiri nyetir sendiri!" jawab Mora
"alah, bayar sopir ga seberapa, mahalan juga kaos kutang lu!" celetuk Angel. Angel yang memang kalau bicara suka ga dijaga.
"iya iya…, sopir gua udah otw dari kampung" pungkas Mora
"gitu dong!, buruan kesini!" teriak Angel dan Widia di ponsel sehingga memekikan kuping Mora.
tiba di Gloskin Aesthetic Clinic,mereka asik melakukan rangkaian perawatan tubuh, dari sliming injection, dermal filler dan botox cosmetic tidak ketinggalan suntik putih.
Setelah selesai mereka seperti biasa melanjutkan perjalanan ke mall, karena bagi mereka shopping ialah obat menghilangkan penat.
Bukan Mora dan teman-teman nya jika tidak menghabiskan banyak uang jika sudah bersua, saat asik memilih pakaian di store Zara Mall Cassablanka, terlihat sosok laki-laki dibalik ruang ganti.
"gua mau coba dulu!" sembari membawa 2 potong atasan bercorak bunga, Angel bergegas menuju ruang ganti.
"ya" jawab Widia dan Mora dengan kompak.
Saat sedang mengganti pakaian nya Angel mendengar suara sayup-sayup, seperti suara desahan, "ampun deh ga modal banget, gituan di ruang ganti.
"Aghhhh…..Aghhhh…" Suara desahan yang terdengar pelan sekali.
"aduh, najis… " Angel mendadak tidak bergairah mencoba pakaian nya, dan segera keluar dari kamar ganti.
Saat begitu melangkah kan kaki dan berbalik badan, Angel berbarengan dengan orang yang berada dikamar sebelahnya, Anggel mngerenyitkan keningnya kepada pria tersebut.
"tumben cepet banget!" tanya Mora yang berjalan menuju Angel.
"iya, gua ga fokus, jijik ama suara aneh dari kamar sebelah, Sembari menatap sosok pria yang tertunduk.
Pria itu berlahan mengangkat Wajahnya, dan melepas topi berwarna ke biruan dari kepalanya.
"mba Mo...Mora…" Sapa lelaki itu dengan gugup.
"Hmmm…" sembari mengingat dan menatap ke pria itu.
"lu kenal dia?" tanya Angel.
"Engga, ga penting juga! Yuks lanjut" sahut Mora.
"sa...saya Jjjjoe.., yang kemarin tempo ha...hari" jawab Joe dengan gugup dan menyembunyikan selembar pakaian wanita di balik badannya.
"Oh," respon Mora datar.
"Oh tukang paket," Mora mulai mengingat.
"suara apa tadi? Lu nyimpen cewek didalam! Menjijikan! Dasar ga modal!" tuduh Angel.
Joe hanya menatap ke Mora, tanpa mendengarkan tuduhan Angel. Matanya bahkan tak berkedip sekalipun.
"Yuks, Pulang gua mendadak ga mood belanja" ajak Angel kepada Mora dan Widia yang sedang asik bermain ponsel pun ditarik untuk pulang.
Joe, dengan mata yang tak berkedip terus memandangi Mora dari depan dan bahkan walau hanya terlihat punggung nya, dari punggung saja membuat Joe mematung dan tangan kanan seketika masuk ke saku kantung celananya.
"Cantik sekali, sexy, menggoda, Aghhhh payudara penuh padat…. Pasti kenyal sekali". Fikiran kotor menyelimuti otak Joe, Joe yang memang masih berada didepan kamar ganti kembali memasuki kamar ganti.
Dengan menciumi dress wanita yang ditangan nya, Joe membayangkan jika Mora mengenakan pakaian yang ia pilih, bahkan ia menyalurkan Nafsu nya dengan pakaian tersebut.
"Aghhhh….Aghhhh…"
Sembari memegang senjata nya, Aghhhh… Mora… Mora…
Payudara sexy, padat, dan putingnya yang pink merona… Aghhhh…
Aghhhh…
Kan ku kecup bibirnya yang sexy…
Kan ku cupang Kedua payudara nya yang besar berisi dan kenyal dengan tiada ampun,
Aghhhh…
Mo….Mora… Payudara 36B Aghhhh…
jeritan itu semakin menjadi, bahkan sedikit diluar kontrol… akhirnya Joe tidak tahan lagi. Tubuhnya menegang, senjata nya sudah benar-benar on.
Segera Joe mengantri di kasir untuk membayar dress yang sudah kusut diremas-remasnya. Dan kemudian langkah kakinya bergerak dengan cepat menuju toilet mall.
Dengan buru-buru, Joe menerobos lift yang Sebenarnya sudah padat, tanpa menghiraukan jika orang-orang disekitarnya memperhatikan dirinya.
Kaki Joe sedikit gemetar, dan celana bagian bawah Joe sudah terlihat sesak, karena posisi senjata nya yang on.
Bipppppppp….
Tiba di lantai 2, Joe bergegas menuju toilet yang cukup sepi.
Brakkkkk….
Dengan tergesa-gesa Joe membuka dan masuk ke toilet, tak lupa menutupnya,
Aghhhh.. Aghhhh…
Melemparkan plastik yang berisi dress ke sisi kamar mandi.
"Aku tak tahan lagi…" dengan segera membuka resletingnya, karena merasa kurang puas, Joe membuka celana Jins blue dark yang dikenakan nya, dan hanya Menggunakan cd berwarna hitam denga ukuran Xxl, yah Joe memiliki ukuran senjata cukup besar untuk orang Asia.
Dengan nafas tak beraturan, dan suara desahan yang semakin cepat disertai gerakan cepat tangan kirinya meremas remas dan menaik turunkan gerakan tangan nya, senjata nya semakin on on dan on, dengan garang jeritan Joe "auwwww…. Ahhh.. Ahhh…., nikmat". Dengan nada lirih.
Segera tangan kanan Joe membuka pakaian yang ia beli, dan menciumi setiap sudut pakaian tersebut. Membayangkan jika seorang Mora yang montok putih mulus sexy dan cantik mengenakan dress mini yang ia pilih. Dress yang mungkin begitu pas di badan Mora atau bahkan tak cukup untuk menampung payudara Mora yang cukup besar.
Tak habis ide, Joe Menggunakan ponsel nya untuk merekam perlakuannya kepada senjata nya sendiri, Sembari sesekali melihat foto Mora di instagram.
Aghhhh….
Aghhhh….
Mo….Mora, tangan Joe tak berhenti meremas senjata nya, dan bahkan sampai lecet.
Sesekali ia pun memukul senjatanya, semakin kencang maka jeritan Joe semakin menjadi.
Aghhhh…
Aghhhh…
Auwwww….
Sudah 30menit Joe di toilet, ia masih asik meremas pakaian wanita dan memperlakukan senjata nya dengan brutal.
Sampai akhirnya,
"Auwwww… auwwww.. Nikmat".
Croooottttt…..
Akhir Joe mengeluarkan seperma nya yang bertekstur kenyal, berwarna putih susu dan berlendir, sudah tentu mengeluarkan bau khas. Yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata.
Aghhhh… Aghhhh… Joe lemas dan terdiam sejenak sembari bersandar di toilet duduk.
10-15 menit cukup untuk Joe mengistirahatkan tubuhnya. Setelah orgasme, ternyata tak cukup hanya sekali, Joe mengulangi nya lagi untuk mengeluarkan seperma nya yang Kedua kali.
"auwwww…. Auwwww…"
Pakkkk...Pakkkk…. (suara ia menampar senjata nya, dan sesekali ia menggigit bibir bawahnya, sampai bibirnya terasa mati rasa). Setelah benar-benar letih, Joe tak sanggup lagi berdiri kaki nya lemas, matanya sayu, dan mulai mengantuk.
Setelah orgasme 3x, Joe terkulai tak berdaya, dan baru menyadari jika senjata nya dan bibirnya terasa sakit sekali.
Bagaimana tidak sekeliling senjata nya lecet dan berwarna merah ke ungu-unguan dan bahkan mengeluarkan darah sedikit sedikit, "agh, sial…." ucapnya kesal dengan melemparkan tissue ke dalam toilet.
Dengan menahan rasa sakit, Joe berjalan dengan pelan. "auwwww.... Auwwww…. aduh, sakit…." meringis kesakitan.
"Brakkkkk...!"
Joe menendang tempat sampah dengan keras, melampiaskan sakitnya tak tertahan. Lalu Joe bergegas meninggalkan toilet dan membiarkan sampah berceceran termasuk dress yang sudah dipenuhi sepermanya, tanpa terganggu jika baunya kemana-mana.
Sungguh merupakan perbuatan yang buruk dan menjijikan.
Bagi pengidam sadomasokisme, untuk mereka menggapai orgasme adalah kewajiban yang harus terpenuhi dengan cara apapun dan tak bisa ditunda-tunda, termasuk menyakiti diri sendiri atau pasangan, saat orgasme sudah tercapai maka baru mereka merasakan akibat perbuatan nya tadi, tapi apa boleh dikata saat berbuat mereka tak menyadari bahkan yang dirasakan nya hanyalah rasa nikmat. Nikmat nya cairan itu keluar dari kemaluan nya.
Tapi setelah mereka menyadari maka rasa sakit lah yg ia rasakan. Untuk penderita sadomasokisme, mereka tak Butuh waktu lama, jika terangsang maka rasa sakit di tubuhnya hilang Seketika, dan mereka siap melampiaskan nafsunya.
Joe sempat menjalani terapi dan sempat didampingi psikolog, namun itu tak berlangsung lama setelah Seruni meninggalkan nya, Joe semakin menggila dan sulit diatur. Bahkan ibu dan ayahnya pun kualahan menghadapi sikap Joe yang arogant.