Pagi yang sunyi dan terasa udara sangat dingin sehingga membuat Mora bersembunyi dibalik bad cover tebal. Hanya terdengar suara ayam berkokok, Mora masih terlelap dalam tidurnya, seakan tak merasa terganggu dengan suara itu. Beselang sepuluh menit, suara alarm berbunyi dengan keras. Sehingga membangunkan Mora dari tidurnya.
Masih enggan membuka matanya, Mora hanya meraba-raba keberadaan Jam bekernya, yang biasanya terletak tepat di meja lampu tidurnya yang terletak di sisi kanan atas tempat tidurnya.
Dengan segenap usahanya tak juga berbuah manis.
Brakkkkk....
"adeh," dengan merasa terganggu akhirnya Mora terpaksa bangun, ternyata ia menjatuhkan foto pernikahan. "Sial" dengan nada kesal sambil mngucek-ucek Kedua matanya, tanpa bangkit dari tempat tidur. Tangan kanan Mora pun langsung meraih jam beker dan mematikannya.
"dari tadi kek," menggeliat sebentar sembari menarik bad cover nya, dengan niat melanjutkan tidur nya. Saat menoleh ke sisi kiri, "kok Andre ga ada ya?" merasa heran, ah mungkin sedang mandi. Melanjutkan tidurnya.
Karena masih pukul 5 pagi, Mora pun asik melanjutkan tidurnya, tanpa sadar jika Mora semalam hanya tidur ditemani bantal guling.
Saat Mora sudah terlelap, tepatnya pukul 2 pagi Andre bergegas meninggalkan Mora. Tanpa memberitahu apalagi meminta ijin kepada Mora.
Kringgggg...
Kringgggg…...
Kringgggg…...
Ponsel Mora berbunyi,
Mora berusaha menutupi kupingnya dengan bantal, tapi suara Ponsel itu semakin kencang.
"Siapa sih pagi-pagi telpon" cetus nya dengan jengkel.
Saat ingin diangkat, telpon itu pun terputus, "Sial" saat ingin kembali ke posisi tidurnya, "Loh mas Andre kok ga ada? Apa sedang mandi?" Mora penuh tanya dan segera mencari keberadaan Andre.
"Mas….Mas…. Ada didalam" teriak Mora ke arah toilet,
Setelah beberapa kali memanggil Andre dan tak juga ada respon Mora pun kesal, dan mencari ke sekeliling rumah. Andre tak kunjung ditemukan.
Dengan menaruh curiga Kepada Andre, "apa selama ini Andre mempunyai wanita lain?" sembari menuju lantai dua, langkah Mora terhenti ketika melihat pintu ruang kerja Andre terbuka.
Berjalan dengan santai sambil melamun Mora menuju ruang kerja Andre, "Mas… mas," dengan penuh harap menemukan Andre, ternyata setelah mengintip tidak terlihat Andre, hanya ada Jas abu-abu yang menutupi sandaran kursi nya.
Mora melangkah maju dan masuk ke ruang kerja Andre, saat ingin menutup pintunya, secarik kertas jatuh dari laci. Mora mengambil kertas kecil itu dengan berjongkok.
" apa " dengan nada kaget, ini kan struk nonton Bioskop. Mas Andre pergi ama Siapa ya? Dengan penuh penasaran.
Mora pun menggenggam struk Bioskop itu sambil meremas-remasnya, tapi karena Mora termasuk orang yang jaim, sehingga Mora tak ingin terlihat cemburu kepada Andre.
Kembali ke kamar,
Sudah pukul 7 pagi, Mora bergegas mandi dan berdandan secantik mungkin, tanpa menghiraukan ponsel nya sedari tadi subhu.
Dengan mengenakan dress pendek berwarna merah menyala, dan high heels setinggi 5cm, ia berjalan dengan lihai nya, tak ketinggalan juga tas Chanel yang baru dibelinya. Mora pun menggenggam kunci mobil untuk bersiap ke klinik kecantikan.
"Aku harus terlihat cantik sangat cantik!" Mora berfikir untuk mengatasi agar suaminya tidak main gila dengan perempuan lain. Schedule hari ini, pertama aku harus ke klinik kecantikan dan makan diluar serta diakhiri ke mall untuk sekedar belanja. Untuk perawatan memang Mora rutin melakukan nya seminggu 2 sampai dengan 3 kali.
Kringgggg…..
Kringgggg…..
Kringgggg…..
"Aduh, Siapa sih, ga tau orang lagi ribet apa ya?" dengan kerepotan Mora mengambil handphone nya yg berada cukup dalam, serta menghentikan langkah nya.
"Ya, Ris. Kita ketemu di tempat biasa aja yah!" pinta Mora.
"gua ga bisa Mor. Suami gua mendadak minta ditemenin ke Singapore" jawab Risa dengan nada sumbringan.
"yaampun, jangan bilang lu mau bulan madu," goda Mora.
"hahaha…. Bisa aja lu, tapi gpp gua mau bikin tim kesebelasan di rumah" menimpali Mora.
"Hmmm, ya udah good luck ya, semoga bisnisnya lancar. Padahal gua pengen cerita ni!" pungkas Mora yang sedikit bernada lirih.
"Tenang, kan ada Widia ma Angel, mereka bisa diandalkan untuk masalah apapun, mereka udah banyak makan asem garem dunia. Hahaha….. nanti kalau gua udah ada waktu longgar gua bisa dengerin lu curhat seharian penuh." Risa mencoba menenangkan Mora.
"baiklah,"
Saat melihat Whatsapp, Astaga Mas Andre,
"Sayang, mas semalam terpaksa pergi. Dan tak tega membangunkan mu, mas mau bilang kalau mas ada tugas mendadak keluar kota. Mungkin mas akan pulang malam nanti, jaga kesehatan mu! Love u".
"huh, hampir saja aku berfikiran buruk dengan Mas Andre" menarik nafas panjang, akhirnya aku legah.
Lalala..
Lalala..
Morapun kembali tersenyum dan melanjutkan langkah nya dengan ringan. Legah, aku yakin jika mas Andre sangat mencintai ku. Mana mungkin ia main gila dibelakang ku! Aku cantik sexy dan menggoda.
Semua gaya pun aku bisa, Sebenarnya aku sanggup berapa round pun, Hahaha… tertawa geli.
Mora pun memacu gas mobilnya dengan kecepatan 80km perjam, karena jalanan padat merayap ia pun terjebak macet.
"begini lah cobaan di kota metropolitan, sepertinya aku butuh sopir lagi!" sambil mencari kontak sopir lamanya.
"nah, ini dia pak setio"
"hello, ini pak Setio?
"Assalammualaikum, Non Mora. Benar Non ini saya Pak Setio. Maaf Non ada yang bisa bapak bantu?" tanya pak Setio.
"Waalaikumsalam, yah pak, saya butuh sopir lagi nih. bapak bisa ke Jakarta segera?" uang ongkos dll akan saya kirim sekarang juga!" Mora sedikit memaksa.
"Alhamdulillah, jika Non masih mempercayai saya, terimakasih Non. Ta...tapi, mohon maaf bapak se...sedang sakit seka...karang." sambil terbatuk-batuk pak setyo berusaha menjawab telepon Mora.
"Hmmm, padahal saya membutuhkan bapak!"
"ma...maaf sekali No...non, tapi jika Non membu...utuhkan sege...gera saya mempunyai keponakan Non, dia Kebetulan sedang cuti kuliah". Memberikan solusi ke Mora.
"hmmmmm.., saya fikirkan dahulu"
"ba….baik Non, uhukkkk….
Uhukkkk…., maaf no….non" jawab pak setio dengan lemah.
Mora merasa kasihan dengan pak setyo, Seketika Mora berubah pikiran dari yang ragu untuk menerima keponakan pak Setyo sampai akhirnya mau.
"Pak, boleh.., segera kabari saya jika keponakan bapak bersedia menjadi sopir, untuk ongkos transportasi jangan khawatir"
"Bi...bisa Non, so...ore ini pun bisa uhukkkk…
Uhukkkk… Hmmm. Bisa be...ra...rangkat Non!" Suara pak Setyo makin mengecil.
"tolong sms saya untuk no. Rekening nya, terimakasih pak Setio, semoga lekas sembuh"
Tak lama berselang, terdengar getaran Handphone Mora.
Bippp….Bippp….
Maaf, mba atau Nyonya, saya rafy keponakan pak Setio. Saya bersedia menjadi sopir mba atau nyonya. Maaf jika saya lancang atau tidak sopan. Isi sms yang Mora terima.