Chereads / THE ROOMMATE 2 : SIDE STORIES (21++) / Chapter 38 - 37 ARINA SIDE STORY : PERTEMPURAN BESAR TERAKHIR (3)

Chapter 38 - 37 ARINA SIDE STORY : PERTEMPURAN BESAR TERAKHIR (3)

2 minggu kemudian…

Di sebuah pabrik gula tua yang sudah tak terpakai lagi…

Lampu berwarna kekuningan menyala temaram di ruangan luas tersebut. Menerangi seluruh area yang dipenuhi oleh berbagai macam orang bertubuh tegap. Semuanya berdiri tegak sambil memegang senjata mereka masing-masing. Aura tegang yang luar biasa terpancar di dalam gedung tua tersebut diselingi bau manis gula yang tersamar. Mereka semua adalah sekumpulan penjahat berbahaya yang terkenal beringas dan kejam. Tapi kini, di malam kelam tak berawan tersebut, semua pandangan mereka hanya bertumpu pada satu arah. Sudut ruangan.

Pria tua itu bersidekap dengan mata yang memicing tajam. Wajah tuanya tertutup bayangan sehingga tak seorang pun bisa melihatnya dengan jelas. Tapi aura pembunuh yang dipancarkan dari dalam tubuhnya luar biasa pekat dan mengerikan. Membuat semua penjahat tersebut tidak bisa melakukan apapun kecuali tunduk dan patuh. Hanya ada rasa segan dan hormat di dalam sorot mata mereka saat memandang sosok misterius tersebut. Dan mereka semuanya hanya memiliki satu nama panggilan untuknya. Titan.

Sekumpulan bajingan itu lalu menunggu sosok itu bersuara. Memberikan komando. Memberikan perintah. Lalu, mereka semua langsung bergerak maju. Cepat. Ringkas. Tanpa menunggu dua kali.

Cukup 1 kata.

.........................................

Dua sosok misterius berjalan mengendap-endap di belakang barisan para bajingan tersebut dengan langkah yang sangat hati-hati. Tanpa suara.

"Bagaimana?" bisik sosok pertama sambil merunduk dengan perasaan was-was yang luar biasa di dalam hatinya. Sementara partnernya sedang berdiri di ujung belakang barisan dan mengamati kondisi musuh dengan kacamata infra red khusus yang sengaja digunakan untuk melihat dengan jelas di dalam kegelapan.

"Itu Titan…." bisik si pengintip dengan suara berbisik yang sangat pelan.

"Sialan!! Sudah kuduga itu pasti dia!!" bisik si sosok pertama tadi dengan nada jengkel. Mereka berdua adalah anggota intel rahasia Klan Levy yang sudah bertugas untuk mematai-matai seluruh pergerakan Titan sejak lama. Dan kini, mereka berdua akhirnya mengetahui siapa dalang dibalik afiliasi para geng besar yang berkumpul malam ini. Mereka berdua jugalah yang menyampaikan laporan secara terperinci mengenai rencana konspirasi tersebut kepada Kakek Dom, Leo, dan Arina.

Josh dan Sharen Levy. Pasangan mata-mata kembar senior di Klan Levy yang sudah mengabdi di bagian intelijen pusat sejak mereka masih remaja sampai sekarang. Mereka tetap melanjutkan tugasnya.

"Cepat…"

"Beritahu Kakek Dom sekarang!!" bisik Sharen kepada kakaknya yang langsung mengetik dan mengirim pesan kilat kepada Kakek Dom. Sialnya, pijakan kaki Sharen tiba-tiba tergelincir sedikit dan menimbulkan suara gemerisik pelan. Tapi terdengar cukup keras di tengah keheningan yang mencekam tersebut.

"Si..alllll…"

Semua mata serentak langsung menoleh ke belakang dimana asal suara tersebut berasal.

"Si..alll…" bisik Sharen lagi sambil mengambil ancang-ancang untuk kabur secepat mungkin. Ia langsung menggandeng tangan Josh.

"SIAPA DI SANA?!!"

Berikutnya bumi di bawah kaki mereka mulai bergetar karena semua gerombolan penjahat langsung berlari ke belakang. Ke arah mereka.

"LARIIIII…SEKARANG!!!!"

Josh dan Sharen langsung kabur sekuat tenaga dengan langkah pontang-panting. Diikuti oleh ribuan orang yang sedang mengejar mereka berdua dengan sangat beringas.

.................................…..

"Hosh…hosh….hosh…hosh…hosh…"

Nafas mereka berdua tersengal-sengal. Keringat bercucuran deras di dahi dan tengkuk mereka. tapi langkah mereka tidak berhenti. Malah semakin lama semakin cepat. Mereka tidak boleh sampai tertangkap! Malam ini…nyawa mereka adalah taruhannya. Mereka berbelok, berputar arah, menyelinap masuk diantara sudut dan celah gelap yang mungkin memberikan peluang sekecil apapun untuk bisa kabur secepatnya dari tempat itu.

PERCUMA!!!

Mereka kalah jumlah.

Dua orang melawan ribuan bajingan kotor yang tengah berkumpul di satu tempat.

DOR!!!

"ARGHHH!!"

Josh tiba-tiba tersungkur jatuh. Darah mengucur deras dari pinggangnya.

"JOSH!!!" teriak Sharen kaget sambil langsung berlutut memegangi saudara kembarnya yang tengah meringis kesakitan akibat luka tembakan barusan.

Brengsek!! Desisnya geram.

Wajah Josh sudah berubah pucat pasi sementara genangan darah di bawah tubuhnya sudah semakin melebar. Sial! Salah satu organ dalammnya pasti juga terkena tembakan tadi.

Mata Sharen berkaca-kaca. Sejak dari lahir, mereka sudah bersama-sama dan sekarang, malam ini merupakan penugasan terakhir mereka berdua sebelum cuti panjang. Josh sedang menantikan kelahiran anak ketiganya dalam waktu beberapa hari ini!

Dan Sharen ingin sekali menjadi salah satu orang yang berada di sisi saudari iparnya untuk menemani dan menggendong keponakannya tersebut di dalam dekapannya setelah Josh.

Dasar apes!!

Josh sudah berjanji untuk pulang ke sisi Caroline malam ini dan menunggu di rumah sakit bersama-sama sampai kelahiran anak mereka. Tapi, kelihatannya….

Malam ini, mereka tidak akan bisa memenuhi janji tersebut…

Airmata sudah mengalir kencang di kedua pipi Sharen sementara kedua tangannya terus memeluk tubuh Josh erat-erat di dalam pelukannya. Nafas Josh sudah melemah. Kedua kelopak matanya sudah hampir menutup. Untuk menarik udara masuk ke dalam paru-parunya, Josh harus mengerahkan seluruh tenaganya. Pandangannya mulai buram.

Satu…. Ia melihat wajah Sharen yang tengah berseru memanggil namanya.

Dua…. Pandangannya mulai mengabur.

Tiga…. Wajah Caroline yang sedang tersenyum bahagia terbayang di depan matanya.

Empat… semuanya gelap.

Josh sudah berpulang. Dalam pelukan Sharen.

"JOSHHHHHHHHH!!!!!! ARGGGGGHHHHHHH….."

"BANGUN…BANGUN!!! BUKA MATAMU!!!" teriak Sharen histeris saat tubuh Josh terkulai lemas di dalam pelukannya.

"JANGAN MENYERAH!!!!"

DOR!!

Sharen merasakan sengatan rasa sakit yang tajam di dada kanannya. Darah mengucur deras dari sana. Membanjiri wajah Josh yang tak lagi bernyawa.

"Tikus-tikus Levy…"

Sebuah suara membuat bulu kuduknya meremang ketika matanya merekam sesosok pria tua yang tengah menggenggam sebuah pistol di tangannya sambil tersenyum keji ke arahnya. Pembunuh Josh dan dirinya.

Mata itu. Begitu dingin. Seperti sebuah kuburan.

Sharen merasa kesadarannya melemah dan nafasnya semakin lama semakin pendek.

"Ti…tan…." bisiknya lemah.

Tubuh Sharen seketika roboh. Menimpa Josh yang sudah duluan berpulang ke alam baka.

Suasana kembali hening. Darah pertama sudah tertumpah sebagai penanda peperangan besar yang akan mereka semua lakukan bersama.

"Pergi…" kata Titan pendek.

Dan genderang perang pun ditabuh.

.