Rose Mansion, seminggu kemudian….
Hari itu Rose Mansion tampak sibuk sekali. Banyak mobil-mobil mewah yang datang dan terparkir rapi di halaman mansion maupun di area bawah tanah. Hampir semua tamu yang datang adalah orang-orang berkuasa di partai politik, pejabat, para konglomerat bisnis dan juga anggota-anggota inti dari klan sendiri.
Ruangan aula mansion juga sudah didekor dengan sangat glamour dengan penataan floral stall di beberapa titik ruangan dan menggunakan bunga mawar putih segar yang didatangkan langsung dari Italia. Tim penyelenggara yang ditunjuk secara resmi juga berperan penting dalam mengatur arus keluar masuk para tamu sehingga susunan acara tetap tertata rapi dengan sempurna.
Di hari itu, Kakek Dom juga terlihat sangat terhormat dengan jas mahal handmade yang dibuat khusus untuknya. Tubuhnya memang pendek tapi dengan penampilan yang berbeda, ia terlihat sangat berwibawa.
Sementara Judy, sikapnya sempurna seperti biasa. Ia mengenakan dress berwarna biru tua ditambah dengan sebuah bros berbentuk burung phoenix yang dihiasi dengan Kristal Swarovski. Ia terlihat sangat anggun dan terhormat. Ekspresi wajahnya datar seperti biasa. Posisi berdirinya tegak. Mencerminkan status dan profesinya sebagai pengajar untuk anak-anak dari kelas terhormat. Beberapa tamu yang anak-anaknya pernah diajar secara langsung oleh Judy, langsung mengajaknya untuk mengobrol sambil berbasa – basi.
Suasana pesta pertunangan tersebut terlihat meriah. Para pelayan juga mondar-mandir untuk berkali-kali membawakan gelas sampanye dan mengisi food stall yang sudah disediakan. Kakek Dom lalu melirik jam tangannya di sela-sela obrolannya dengan para koleganya.
Pukul 18.00.
Setengah jam lagi, acara pertunangan ini secara resmi akan dimulai oleh MC.
.........
Di dalam salah satu ruangan, Arina sedang duduk dengan tenang sembari sang makeup artist menorehkan sentuhan terakhirnya di wajah cantik gadis tersebut. Arina hanya menurut saja ketika wajahnya dipulas dengan berbagai macam kosmetik untuk pertama kalinya. Sementara untuk malam itu, fashion stylistnya sudah memilihkan sebuah gaun panjang berwarna merah menyala yang sesuai dengan karakternya. Sepasang anting cantik berhias batu rubi juga sudah tersemat di kedua telinganya. Melengkapi penampilannya malam itu. Anggun dan berkelas. Bagaikan sekuntum mawar raksasa yang tengah merekah sempurna.
"Ok, Arina. Buka matamu sekarang…" perintah sang makeup artist dengan lembut kepada gadis itu. Perlahan, Arina membuka kedua matanya dan ia langsung melotot kaget sejadi-jadinya!
Di depannya, dalam bayangan cerminnya, ia melihat seorang wanita cantik yang sangat mempesona. Gaun serta makeup yang digunakannya saat itu sangatlah serasi. Saling melengkapi dalam satu kesatuan yang utuh. Pulasan makeupnya pun terlihat natural sehingga lebih menonjolkan pesona warna kulitnya yang seputih susu.
"I…ini aku??" bisiknya tak percaya.
Arina merasa takjub dan aneh sekaligus. Itu adalah pantulan dirinya sendiri tapi di saat yang sama, ia merasa sangat asing.
"Sudah siap??" tanya Leo yang tiba-tiba memasuki ruangan dimana ia berada dan turut mengamati bayangan Arina melalui cermin di hadapannya.
"Cantik. Bagus sekali…" kata Leo sambil tersenyum.
Leo sendiri malam itu terlihat sangat tampan dengan rambut coklatnya yang disisir rapi ke belakang. Pemuda itu juga mengenakan sebuah tuksedo putih yang dijahit pas dengan tubuhnya. Dengan celana kain rancangan desainer ternama, mereka berdua tampak serasi sekali.
"Ayo…." kata Leo sambil menyerahkan lengannya untuk digamit oleh Arina. Arina tersenyum dan langsung bangkit berdiri sambil menggamit lengan pemuda tersebut. Tanpa menunda lagi, mereka berdua langsung turun ke lantai aula.
Di area aula, obrolan para tamu langsung terhenti ketika mereka melihat pasangan menawan tersebut. Leo dengan jas putihnya terlihat sangat dewasa dan berwibawa. Arina sendiri terlihat sangat segar dan memikat dengan long dress merahnya. Kakek Dom dan Judy lalu menatap pasangan tersebut dengan bangga ketika mereka berdua menuruni tangga pelan-pelan. Senyum lebar tak lepas dari wajah Leo dan Arina.
Begitu mereka sampai di area aula, semua tamu langsung mengerumuni mereka dan mengucapkan selamat kepada pasangan yang baru saja bertunangan tersebut.
Tapi, ketika Leo dan Arina sedang meladeni para tamu, tiba-tiba terdengar suara ban mobil berdecit dari luar aula dan suara mobil menggerung kencang. Pihak panitia yang sedang berjaga di dalam aula langsung bersiaga penuh sementara para pengawal yang bertugas di luar terlihat panik luar biasa!!
Seorang wanita muda berambut pirang yang sangat cantik dan warna mata berwarna biru cerah langsung melangkah masuk ke dalam ruangan aula dengan sikap pongah. Ia mengenakan sebuah long dress yang menampilkan semua lekuk tubuhnya secara memikat. Tak lupa, bagian atas dressnya juga berbentuk V dengan belahan yang cukup rendah sehingga semua orang bisa melihat lekukan payudaranya yang cukup menggoda.
Pandangan matanya menusuk tajam dengan ekspresi kesal. Tanpa sungkan, ia langsung berjalan kea rah Leo dan Arina dengan langkah tegap dan mantap sambil tersenyum mengejek.
Leo langsung menggeser posisi Arina untuk sedikit mundur ke belakang tubuhnya. Bersikap protektif, Leo tahu betul siapa ini.
"Tunangannya".
Seseorang yang memang dipersiapkan oleh pihak klan sebagai pasangan dalam pernikahan politiknya. Seseorang yang dianggap wajar dan pantas untuk menduduki posisi sebagai seorang ratu di sisinya oleh semua orang. Sayangnya, Leo tak pernah setuju akan perjanjian ini.
"Siapa dia?" bisik Arina pelan kepada Leo yang tiba-tiba mengeraskan rahangnya saat melihat sosok wanita ini berjalan mendekat menuju ke arah mereka.
"Mariska Cheshnovka…"
.