Rose Mansion, seminggu kemudian….
Judy Marlow menyesap tehnya di patio sambil memijit keningnya dengan ekspresi rumit dan menghela nafas panjang. Wjah Kakek Dom juga sama saja. Kali ini Leo benar-benar sudah membuat masalah besar. Chesnovka Corp. adalah salah satu mitra bisnis terbesar klan selama 20 tahun terakhir ini dan karena masalah ini, dengan sepihak, mereka memutuskan semua hubungan kerjasama dengan Levy Corp. Sekarang, Levy Corp, bagaikan seekor burung yang kehilangan sebelah sayapnya karena Chesnovka Corp. memegang hampir 60% jaringan telekomunikasi dari perusahaan mereka.
Dengan tidak menikahi Mariska, bisa dipastikan kalau sebentar lagi Levy Corp pasti akan tamat riwayatnya.
"Bagaimana iniiii???" keluh Kakek Dom pusing tujuh keliling.
Ia benar-benar tidak punya energi untuk bergerak hari itu karena sibuk memikirkan masalah itu. Belum lagi seputar tantangan terbuka yang diajukan oleh Mariska kepada Arina di depan banyak orang. Sebenarnya, Kakek Dom sudah memberitahu agar jangan memberi undangan kepada Mariska tapi tetap saja anak itu bandel sekali. Sekarang, ia seperti didorong paksa ke depan gerbang neraka tanpa ada jalan kembali.
Leo!!
Anak itu benar-benar pembawa masalah!!
"Sebenarnya kau tidak perlu terlalu kuatir akan masalah itu, Ayah…" kata Leo secara mendadak dan kehadirannya mengagetkan Kakek Besar sampai tubuh pendeknya hampir terjatuh dari kursi yang sedang ia duduki sekarang.
"AIYOOOOOO….OMAMAMA…"
"LEO!!! Kenapa kau tiba-tiba bisa berada di sini?" tanya Kakek Dom panic. Kakek Dom sama sekali tidak mendengar suara langkahnya saat masuk tadi. Lebih parahnya, kenapa kelihatannya anak ini bisa menebak pikirannya kalau ia sedang kepalanya sedang pusing memikirkan masalah pemutusan kerjasama secara sepihak ini.
"Iya, omong-omong, apakah kau tahu tentang Kawani Corp.?" tanya Leo tenang sambil duduk di hadapan kedua orangtua tersebut.
"Iya, kalau tidak salah, mereka baru berdiri dua tahun yang lalu bukan?"
"Betul, nah…. pertanyaan berikutnya adalah…. siapa pemilik sesungguhnya dari Kawani Corp?"
"Marcello Rinaldy??"
"Dia wakil CEO, Ayah. Jangan pernah lupakan itu…"
Kening Kakek Dom berkerut bingung. Ia memang pernah mendengar kabar kalau pemilik sebenarnya dari Kawani Corp belum diketahui tapi selama 2 tahun ini, performa Kawani Corp sangat luar biasa. Bahkan bisa dipastikan kalau dalam 3 tahun ke depan, ada kemungkinan mereka bisa berdiri sejajar dengan Chesnovka Corp dalam bidang inovasi teknologi jaringan telekomunikasi yang punya sejarah panjang selama puluhan tahun. Bahkan, sebenarnya, secara diam-diam, Kakek Dom sudah berencana untuk memborong 50% saham mereka kalau saja tidak ada insiden ini.
"Siapa?? Tanya Kakek Dom penasaran.
"Siapa pemilik asli dari Kawani Corp?"
Kedua sudut mulut Leo lalu terangkat naik dan ia tersenyum jahil.
"Aku…."
"KAMUUUUU????" tanya Kakek Dom tak percaya.
"Iya…"
"Dan sebenarnya adalah, sejak 5 tahun yang lalu, Kawani Corp sudah berdiri dan memiliki daerah operasionalnya sendiri. Tapi, mereka masih berada di bawah bayang-bayang Chesnovka Corp. Lalu, aku mulai merekrut beberapa staf ahli dari Chesnovka Corp dengan bayaran beberapa kali lipat lebih tinggi dan tunjangan berlimpah. Termasuk diantaranya adalah Marcello Rinaldy. Mantan CEO dari Chesnovka Corp. "
"Mengenai masalah pemutusan kerjasama tersebut, ayah juga tak perlu kuatir karena kami sudah mengembangkan jaringan teknologi komunikasi yang sama persis seperti yang mereka miliki sebelumnya. Bahkan, lebih jauh dari itu. Apakah ayah pernah mendengar tentang teknologi virtual hologram 4D?"
"Ya, tapi itu semua masih dalam tahap riset bukan? Belum ada yang benar-benar mengembangkannya secara sempurna sampai sekarang?"
Leo terkekeh geli. "Nanti di hari pernikahan kami, aku akan mempersiapkan sebuah kejutan special untuk para tamu kita…."
"Kejutan special? Apa itu?" tanya Kakek Dom dengan kening berkerut bingung.
"Kita lihat saja nanti…"
"Yang pasti, ada baiknya ayah menghubungi Marcello sekarang dan mengadakan janji temu untuk membuat kesepakatan kerjasama yang baru dengannya. Akan kupastikan kalau ayah tidak akan pernah menyesal dengan perjanjian ini…" kata Leo sambil bangkit berdiri dan melengos pergi dari ruangan tersebut.
"Jangan kuatir. Aku tidak akan pernah membuat masalah yang tidak akan kubereskan sendiri…"
Begitu suara langkah kaki Leo menjauh, Judy Marlow tersenyum kecil.
"Sepertinya nona cantik dari Chesnovka Corp baru saja membuat sebuah kesalahan besar, Dominic.."
"Maksudmu?"
"Maksudku, ia baru saja membangunkan seekor macan tidur, Dom."
"Kalau aku jadi gadis itu, lebih baik aku melangkah mundur daripada terang-terangan mengancam "miliknya"…"
"Arina?"
Judy mengangguk. "Yup! Leonard Levy jauh lebih berbahaya dan mengerikan daripada yang kau atau aku kira sebelumnya. Ia keras kepala dan sangat terobsesi terhadap semua hal yang ia sukai dan miliki. Ia tidak akan segan-segan untuk menghancurkan siapapun yang berani menghalangi jalannya. Atau menghina apapun yang dimilikinya. Gengsinya sangat tinggi dan jalan pikirannya tak tertebak sama sekali…."
"Mariska Chesnovka….."
"Gadis malang itu….."
"Baru saja menggali lubang kuburnya sendiri…"
............…
Arina sedang bersantai di area ruang keluarga sambil bermain puzzle. Ketika Leo datang dan tiba-tiba menggandeng tangannya.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Arina kaget sekaligus bingung.
Leo tidak menjawab dan hanya terus menggandeng tangan mungil Arina di dalam genggaman tangannya sambil setengah menyeretnya.
Lalu, begitu mereka sudah sampai di dalam kamar tidur Leo, pemuda itu tiba-tiba memepetnya ke dinding dan melumat bibirnya dengan sangat ganas. Seperti orang kehausan yang sudah berhari-hari tidak minum air.
"Le….hmmmmphhhhhhh…"
Arina tidak mampu bersuara. Pelan, ia akhirnya hanya membiarkan dirinya untuk dibuai dalam ciuman yang memabukkan ini sampai akhirnya Leo melepaskan pagutannya dan kedua nafas mereka tersengal-sengal akibat kabut gairah mereka berdua tadi.
"Arina…."
"Aku rindu sekali padamu…" bisik pemuda itu parau di telinga Arina sambil merangkul pinggangnya dengan erat. Arina hanya tersenyum kecil sambil balas mencium ceruk leher pemuda tersebut.
"Aku juga..." bisiknya lembut.
"Ayo, temani aku main baduk sekarang…" kata Leo sambil setengah menyeret Arina.
Arina menurut saja ketika kemudian Leo mulai mengeluarkan permainan tradisional tersebut dan menerangkan cara bermain dengan sangat sabar kepadanya.
Ketika mereka berdua sedang asyik bermain, sebuah notifikasi pesan lalu masuk ke dalam ponsel Leo. Pemuda itu lalu mengecek ponselnya dan tersenyum kecil.
"Kenapa, Leo?" tanya Arina penasaran.
"Tantangan pertama sudah diberikan…."
"Menerjemahkan salinan teks kuno dalam Bahasa Pagania…"
���Itu bahasa ibumu bukan, Arina?"
.