Raut wajah Leo menggelap. Ia marah besar.
Seberes ia mengantarkan Arina kembali ke kamarnya, raut wajahnya langsung berubah jelek. Mariska!!! Perempuan keparat itu!!!
Sudah membuat kerja kerasnya sejauh ini menjadi sia-sia. Melihat raut wajah Arina tadi setelah pulang dari Sotheby's Hall, Leo langsung tersadar kalau Arina saat ini sedang berada di dunia lain. Hati dan pikirannya kembali mengembara kepada sosok cinta pertamanya kembali. Dicky Valdez.
Leo bukan orang bodoh. Ia tahu benar untuk siapa dan kenapa Arina menyanyikan lagu tersebut. Ia lalu menghela nafas panjang. Berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Rasa cemburunya kini mulai menggelegak naik sampai pada level yang mengkhawatirkan. Rasa posesifnya hampir tak bisa ditahan lagi. Ia mau Arina hanya memikirkan dirinya dan membuat gadis tersebut menjadi miliknya!! Sepenuhnya!!!
Hati, jiwa, roh dan tubuhnya….
Sekarang, ia hanya berhasil menguasai fisiknya saja.
Mariska Chesnovka!! Perempuan bajingan itu!!
Jika saja wanita itu tidak membuat pertandingan piano konyol tersebut, masalah ini tidak akan pernah terjadi!! Besok malam….
Ia sudah membuat langkah terakhir untuk membalas dendam pada mereka berdua. Ayah beranak itu…
Sebuah senyum keji muncul di wajah tampannya.
............
Keesokkan malamnya...
Mariska dan Gustav Chesnovka sudah hadir di sayap utara Rose Mansion. Salah satu area paling cantik dan megah yang dirancang sendiri oleh Leo setahun sebelumnya. Mariska sendiri sangat senang ketika ia mengetahui kalau acara makan malam tersebut akan diadakan di area sayap utara yang merupakan salah satu lokasi favoritnya.
Leo juga terlihat sangat berbeda pada malam itu. Ia terlihat sangat formal, ramah dan bersahabat. Ekspresi datar dan tidak peduli yang seringkali diperlihatkannya sama sekali tidak muncul. Ia benar-benar menjadi seseorang yang belum pernah Mariska temui sebelumnya. Lalu, menu makan malam yang disediakan juga merupakan menu kelas atas yang tidak bisa dihidangkan sembarangan. Bahkan, Leo sendiri memanggil salah satu koki terbaik di negara Dunia Pertama untuk memasak bagi mereka bertiga mala mini.
Arina sendiri, tidak menampakkan diri sama sekali. Hal ini membuat Mariska tersenyum senang di dalam hatinya. Ia berpikir kalau Leo memang sudah membuat keputusan untuk mengeyahkan wanita kampung itu untuk selamanya.
"Aku benar-benar harus berterima kasih pada Anda, Leonard Levy. Makan malam hari ini sangat luar biasa…" puji Gustav Chesnovka sambil menepuk perutnya yang kekenyangan.
"Anda terlalu memuji, Tuan Gustav…." Balas Leo dengan sangat sopan.
"Pertanyaan saya adalah apakah makan mala mini ditujukan untuk memperbaiki hubungan kerjasama diantara kedua perusahaan kita? Karena, kalau iya, Anda harus memenuhi persyaratan yang kami ajukan…." kata Gustav lugas.
Ia lalu menepuk punggung Mariska dengan lembut.
"Menikahi putri saya, Mariska Chesnovka…"
"Bukan pilihan yang sulit kan? Mengingat kalau kalian berdua sudah saling mengenal dalam waktu yang lama…."
Mendengar kata-kata ayahnya, Mariska langsung tersipu malu.
Kedua sudut mulut Leo lalu naik ke atas. Ia memajukan tubuhnya sedikit sambil mengatupkan kedua tangannya dengan wajah serius.
"Melakukan rekonsiliasi bisnis dengan sebuah pernikahan politik. Bukankah hal itu terdengar sangat klise, Tuan Chesnovka?"
"Sayangnya, hal itu tidak akan pernah terjadi…" kata Leo sambil kembali bersandar ke kursinya. Kedua tubuh Gustav dan Mariska langsung menegang kaku.
Ini… ini apa.. maksudnya??
Sebuah firasat buruk membayangi wajah cantik Mariska. Ada yang tak beres di sini!!
"Saya mengajak Anda berdua untuk makan malam karena ada maksud lain…."
"Membiarkan kalian berdua untuk tertawa sebentar sebelum hancur berkeping-keping…."
Muka Gustav langsung menegang marah. Matanya berkilat karena emosi sambil bangkit berdiri.
"KAU!!! APA MAKSUDMU!!!"
"Tuan Gustav Chesnovka yang terhormat, tidakkah kau menyadari kalau akhir-akhir ini ada hal aneh yang sedang terjadi di dalam perusahaan Anda?"
"Saham perusahaan Anda terus turun bahkan cenderung terjun bebas. Lalu, hampir semua staf ahli dari perusahaan Anda mengajukan pengunduran diri secara mendadak. Baik yang di kantor pusat maupun kantor cabang…."
Gustav terdiam. Pemuda itu benar. Tapi diselidiki sedalam apapun, ia sama sekali tidak bisa menemukan masalah apapun. Akan tetapi jika kondisi ini terus berlangsung, bisa dipastikan perusahaannya akan langsung jatuh bangkrut dalam waktu 3 bulan ke depan.
"KAU!! APA YANG KAU LAKUKAN!!!" bentak Gustav galak pada pemuda saat ini sudah kembali pada ekspresi wajarnya. Dingin dan datar seperti patung es.
"Tidak ada. Hanya sedikit menggeser pion catur untuk mengambil sang ratu…." Kata Leo lagi dengan nada santai.
"Dengan seenaknya, Anda memutuskan kerjasama bisnis kedua perusahaan kita yang sudah berjalan selama puluhan tahun hanya karena ingin mengikuti keinginan egois putri Anda yang manja itu. Jadi, apa salahnya kalau saya sekarang melakukan hal yang sama?"
Leo terkekeh sambil membuka topeng iblisnya.
"Ayah, ayah, apa maksudnya?? Apa maksud Leo, ayah?? Beritahu aku sekarang!!" desak Mariska panic.
"Saham perusahaan kita sedang menurun drastic, Ka. Jika dalam beberapa bulan ke depan, keadaan ini tetap berlangsung, kita pasti dinyatakan bangkrut oleh pihak negara dan harus menutup perusahaan…" keluh Gustav dengan tampang lesu kepada putri tunggalnya tersebut.
"APA KAU YANG MENYOGOK SEMUA ORANG AHLI DI PERUSAHAAN KAMI??" tanya Gustav lagi dengan nada galak.
"Betul! Seratus poin untuk Anda…"
"Lalu, satu lagi. Pernahkan Anda mendengar tentang Kawani Corp?"
"Perusahaan telekomunikasi baru tersebut?"
Leo mengangguk. "Saya ingin memperkenalkan Anda pada seseorang…"
Sesosok pria lalu keluar dari arah belakang Leo. Melihat kehadiran pria tersebut, ekspresi Gustav langsung seperti orang yang tersambar petir.
"Ka…Kau…Marcello???"
Marcello Rinaldy. Pria ini adalah salah satu kepercayaan dan tangan kanannya di Cehsnovka Corp. Hampir semua urusan perusahaan dipegang olehnya. Sekarang, kenapa orang ini ada di sini?
Apakah..jangan-jangan…
"Sekarang ia bekerja untukku…" kata Leo lagi dengan santai sambil menyesap winenya.
HABISLAH IA….
Semua rahasia perusahaan…
Semua asetnya….
Ada di dalam tangan pria ini….
Gustav kehilangan pion terakhirnya di dalam permainan ini dan langsung tersungkur jatuh. Dadanya terasa sesak mendadak. Ia tak mampu bernafas. Kesadarannya mulai melemah.
Melihat kondisi ayahnya, Mariska langsung panic dan memapah papa kandungnya tersebut.
"Ayah, astaga!! Kenapa? Kenapa begini?? Ayah…!!"
"DASAR BRENGSEK KAU, LEO!!!"
Mariska bergegas menuju kea rah Leo tapi keburu dicegah oleh para pengawal pribadi pemuda tersebut yang berjaga dari tadi di sekitar mereka.
"Lepas!!! Lepaskan aku!!! Dasar pria bajingan!!! Sialan…." Teriak Mariska marah sambil berusaha melepaskan diri dari jepitan tangan para pengawal Leo.
"Aku belum selesai, Mariska…" kata Leo sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung jasnya. Sebuah tempat cincin yang terbuat dari beludru berwarna hitam polos.
Mata Mariska melotot sejadi-jadinya saat melihat tempat cincin tersebut. Tapi ia lebih terkejut lagi ketika melihat kedatangan Arina setelahnya.
Gadis itu sedang bersiap untuk tidur dan hanya mengenakan piyama biasa. Ekspresi wajahnya terlihat sangat mengantuk.
"Leo, kenapa? Kau memanggilku?" tanya Arina bingung.
"Ya…" kata Leo sambil tersenyum dan kemudian, pria itu langsung berlutut di depan Arina. Tepat di hadapan Mariska yang dipaksa untuk menonton seluruh adegan tersebut.
Dan dengan sangat jelas, Leo lalu mengucapkan kata-kata berikutnya.
Sebentuk cincin mungil dengan mata berlian berwarna biru tampak berkilauan di bawah sinar bulan purnama.
"Arina Morgan, will you make me the happiest man in the world and marry me?"
Arina terlihat salah tingkah saat Leo terkesan untuk memaksanya memberi jawaban di depan Mariska yang sedang menonton mereka berdua dengan mata berkaca-kaca dan hati hancur.
"Answer me, Sweetheart…" desak Leo tegas.
"Yes, I do….."
Lagi-lagi Arina tak punya pilihan dan Leo langsung memasangkan cincin tersebut ke jari manis gadis tersebut.
"NOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!" teriak Mariska patah hati. Seluruh kekuatannya hilang seketika dan tubuhnya langsung merosot jatuh ke atas lantai. Ia bergetar hebat. Otaknya masih belum bisa menerima kenyataan yang baru saja terjadi di hadapannya.
Leo miliknya!! Selalu miliknya!!! Selalu….
Semenit kemudian, Mariska lalu tertawa keras – keras sambil memegangi perutnya. Bunyinya seperti suara melengking roh jahat di tengah malam. Membuat semua orang bergidik ngeri saat mendengar suara tawa tersebut.
"Singkirkan pria tua dan wanita gila itu…" perintah Leo sambil menggandeng Arina kembali masuk ke dalam Rose Mansion.
Malam itu, balas dendam Leo telah tercapai. Ia sukses menghancurkan sebuah perusahaan multinasional raksasa, mengirim satu orang ke rumah sakit karena stroke dan seorang lagi ke rumah sakit jiwa. Sekali tembak, ia berhasil membunuh tiga burung. Itulah bukti kejeniusannya sebagai seorang Levy.
.