Chereads / THE ROOMMATE 2 : SIDE STORIES (21++) / Chapter 44 - 43 ARINA & LEO : MARISKA CHESHNOVKA (2)

Chapter 44 - 43 ARINA & LEO : MARISKA CHESHNOVKA (2)

#MARISKA POV#

Aku dan Leo adalah pasangan paling ideal.

Setidaknya itulah yang kukatakan pada diriku berulang-ulang sejak pertemuan kami untuk pertama kalinya sejak 18 tahun yang lalu. Waktu itu aku berusia 5 tahun ketika kedua kaki mungilku menjejak untuk pertama kalinya ke dalam bangunan luas nan megah ini. Dalam tatapanku sebagai seorang anak kecil, aku sangat terpesona pada keindahan bangunan ini. Pilar-pilarnya, lampu –lampu kristalnya, seluruh perabotannya yang sangat elegan, jumlah pelayan dan pengawal yang dipekerjakan di dalamnya. Jumlah mereka banyak sekali!!

Puluhan…bukan, mungkin ratusan setiap harinya!!!

Serta taman dan lapangan rumput hijau yang terbentang luas. Bahkan mungkin sangat cukup untuk 3 kesebelasan nasional bermain bola di dalamnya. Semua hal yang terdapat di dalam rumah besar ini, benar-benar beberapa kali lipat dari semua yang kumiliki di rumahku sendiri!!

Dan aku langsung bertanya-tanya, siapakah orang beruntung yang tinggal dan memiliki semua kekayaan ini??

Pertanyaanku terjawab beberapa menit kemudian.

Aku dan ayahku sedang menunggu dengan sabar di ruang keluarga ketika seorang pria dewasa sebaya dengan ayahku, lalu datang menghampiri kami berdua dengan wajahnya yang simpatik sambil tersenyum ramah. Pria itu tidak terlalu tinggi. Mungkin hanya sekitar beberapa belas centimeter lebih tinggi dariku. Tapi ia ramah. Sangat ramah.

Tanpa sungkan, ia menyambut dan menyalami kami berdua dengan hangat. Sementara di belakangnya, seorang anak laki-laki tampan bertubuh jangkung bermata sayu juga ikut menyambut kami berdua. Tapi bedanya, tatapan mata anak laki-laki itu terlihat datar tanpa emosi. Ia seperti patung hidup.

Tapi kemudian, pria itu lalu mengenalkannya kepada kami.

"Leonard Levy. Ini anakku…"

Anak laki-laki tersebut lalu bereaksi. Dengan kaku, ia lalu menjulurkan tangannya untuk mengajakku bersalaman.

"Halo, apa kabar? Namaku Leo..."

Aku menyambut uluran tangan anak laki-laki tersebut dan menggenggamnya dengan erat.

"Aku Mariska Cheshnovka. Kau bisa memanggilku Mariska…"

"Baiklah…" kata Leo lagi sambil tersenyum kecil.

Dan saat itu, aku langsung terhipnotis dengan senyumnya.

Dimulai dari hari itu, aku sering sekali berkunjung ke tempat ini. Waktu itu namanya belum Rose Mansion. Tapi masih The Levys. Rumah besar ini seakan-akan sudah menjelma menjadi area bermain sekaligus rumah keduaku dan aku bertugas untuk menemani Leo sehari-harinya. Karena ia memilih program homeschooling dan tidak pergi ke sekolah swasta, maka kehadiranku sedikitnya bisa membantu Leo untuk beradaptasi karena usia kami sebaya.

Sepulang sekolah, aku pasti langsung dijemput oleh supir pribadi dari The Levys dan langsung menuju ke sini. Membaca buku, menonton film, membahas hal-hal yang dilakukan di sekolah dan sebagainya. Walaupun pemurung, Leo tergolong anak yang sangat cerdas dan tampan. Dan aku sangat menyukainya. Leo si introvert dan aku si ekstrovert.

Kami sangat bertolak belakang tapi saling melengkapi. Dan, kehadiranku, terbukti membuat Leo lebih ceria saat menghadapi hidup. Ayahnya sama seperti ayahku. Mereka berdua sama-sama pekerja kerja keras dan jarang di rumah. Kedua orangtuaku sudah bercerai tapi ibunya Leo sudah meninggal dunia dari sejak ia lahir. Mungkin hanya itu satu-satunya perbedaan diantara kami berdua.

Kami bertumbuh besar bersama. Aku tetap memilih untuk bersekolah di sekolah swasta khusus untuk anak-anak konglomerat sementara Leo tetap bersikukuh untuk tetap bersekolah dengan program homeschoolingnya sampai ia lulus program menengah atas. Waktu itu ia juga mulai menemukan dan mematenkan beberapa hak cipta untuk formula-formula dasarnya yang terbukti sangat terpakai dalam dunia medis.

Aku selalu berpikir bahwa hubungan kami berdua akan tetap sama dan tidak berubah. Ketika aku memutuskan untuk berkuliah ke negara Amora dan Leo akhirnya diterima di Universitas Rotteo, aku selalu berpikir bahwa pada akhirnya kami berdua akan baik-baik saja.

Bahwa kami pasti akhirnya pasti berakhir sebagai sebuah pasangan sejati seberes aku menyelesaikan kuliahku di Amora. Tapi siapa sangka…..

Setelah aku menunggunya begitu lama selama 18 tahun, di waktu aku kembali pulang ke rumahku untuk menjenguk ayahku, aku mendapat sebuah kejutan.

Sebuah kartu undangan.

Sebuah pesta pertunangan dengan cap meterai lilin berwarna merah dan lambang mawar di atasnya. Dengan tangan bergetar, aku lalu membuka isi amplop tersebut.

Di sana…bagai disambar halilintar, aku membaca nama itu.

"...…menghadiri pesta pertunangan Leonard Levy dan Arina Morgan yang akan dilaksanakan ...."

Tek....

Surat itu langsung terjatuh dari atas tanganku. Tubuhku bergetar hebat seperti baru saja dihantam sekaligus oleh sebuah truk raksasa. Airmata bercucuran dengan derasnya dari kedua mataku.

"Ti…ti..dak mungkin...."

Hatiku menjerih. Aku merasa kalau seseorang baru saja menghujamkan belati ke dalam jantungku secara bertubi-tubi dari belakang. Lagi. Lagi.. dan lagi. Sampai aku tak punya kekuatan untuk berdiri. Tubuhku langsung merosot lemas dan jatuh berlutut di atas lantai.

Para pelayan yang melihat keadaanku, langsung berteriak kaget dan cepat-cepat menopang tubuhku. Aku sendiri masih terhuyung bingung. Kepalaku serasa berputar-putar saat kalimat tadi terus terngiang di dalam benakku.

Pesta pertunangan?

Kenapa?

Bagaimana bisa?

Kenapa bukan namaku yang ada di sana?

Kami baru saja berpisah kurang lebih setahun dan tiba-tiba sudah ada seseorang yang berani menggantikan posisiku di sampingnya???!!!

Pelacur jahanam itu!!!

Pasti ia yang menggoda Leo habis-habisan!!!!

Dengan amarah yang menggelegak hebat di dalam hatiku, aku datang. Memenuhi undangan yang ia berikan padaku.

............…..

Mariska berjalan cepat ke arah mereka berdua. Kedua sorot matanya memancarkan hawa pembunuh yang luar biasa. Leo langsung siaga dan menarik Arina mundur ke belakang tubuhnya. Ia tahu betul siapa Mariska. Selama 18 tahun, ia banyak menghabiskan waktu bersama dengan wanita ini dan ia sangat paham betapa terobsesinya Mariska pada dirinya. Ia juga tahu sepak terjang Mariska di belakang layar untuk menjauhkan semua gadis yang berpotensi besar untuk bisa menyingkirkan dirinya sebagai calon pendamping dirinya.

Secara tak langsung, Mariska sudah menganggap kalau hanya ia-lah yang berhak untuk mengklaim Leo sepenuhnya. Barulah setelah mereka berdua lulus dari program menengah atas, Leo bisa bernafas lega setelah Mariska memutuskan untuk berkuliah ke luar negeri. Dan mungkin, di dalam hatinya, wanita itu berpikir kalau "posisinya" sudah aman di mata Leo.

Sayangnya, ia juga tak tahu kalau Leo juga bersandiwara selama 5 tahun belakangan ini. Ketika Mariska tidak sengaja keceplosan bicara dan berkata kalau ia akan menjadi salah satu wanita paling bahagia di dunia jika menikahi Leo yang sangat-sangat kaya dan memiliki pengaruh besar, Leo tiba-tiba merasa jijik dan muak padanya. Tapi, Leo cukup pintar untuk tetap diam dan bersikap seolah-olah tak ada apapun yang terjadi.

Dan kini, ia berhasil menampar wanita tersebut dengan telak melalui sebuah undangan. Pesta pertunangannya dengan seorang wanita lain yang disukainya secara tulus. Tanpa kepalsuan atau modus embel-embel harta di belakangnya.

Tanpa mengetahui siapa Leo yang sebenarnya. Dan hal ini benar-benar membuat Leo sangat nyaman berada di sisi Arina. Siapapun atau apapun masa lalu gadis tersebut.

..........

Mariska sampai di depan pasangan tersebut. Tanpa ragu lagi, ia langsung mengangkat tangannya dan menampar wajah Leo dengan keras di depan semua orang.

PLAKKKKKK!!!!!!

"Leonard Levy!!!!"

"Teganya kau…."desis Mariska geram dengan mata berkilat marah.

Sementara Leo hanya terdiam saja saat menerima tamparan tersebut.

Tangan Mariska terangkat sekali lagi dan sebelum tangan yang sama menyentuh wajah mulus Arina yang sedang berdiri di sebelah pemuda tersebut, sebuah tangan lain menahan tangannya.

"Cukup, Mariska…."

Mata Mariska langsung mendelik.

"Kau…. kau membela pelacur murahan ini ???!!!"

.