Chereads / THE ROOMMATE 2 : SIDE STORIES (21++) / Chapter 41 - 40 ARINA & LEO : KEGEMPARAN DI ROSE MANSION

Chapter 41 - 40 ARINA & LEO : KEGEMPARAN DI ROSE MANSION

Sebulan berlalu….

Arina mendapat kabar kalau Sante dan teman-temannya sudah mendapat lokasi yang cocok untuk dijadikan sebagai markas besar mereka yang baru. Dibantu Rogard, semua persiapan sudah dibereskan sehingga mereka bisa mulai menempati markas tersebut secepat mungkin. Arina sendiri sudah mengambil cuti dari kampusnya untuk memfokuskan dirinya pada kelas kepribadian Judy Marlow dan membereskan pelajaran menyebalkan tersebut secepat mungkin.

Leo juga terlihat jauh lebih tenang sekarang. Tapi hampir setiap malam, ia diam-diam menyelinap masuk ke dalam kamar Arina melalui sebuah pintu rahasia dan tidur bersama gadis tersebut tanpa sepengetahuan Kakek Dom. Tentu saja ditambah dengan bumbu sesi percintaan liar nan panas yang dilakukan oleh mereka berdua. Subuhnya, Leo akan kembali ke kamarnya sendiri dengan menggunakan pintu rahasia yang sama.

Pagi itu, Arina sudah bersiap seperti biasa bersama dengan Judy Marlow. Selama satu setengah bulan ia melatih Arina, Judy harus mengacungkan 2 jempol untuknya. Perkembangan Arina sangat pesat. Ia bahkan mampu mengingat setiap detil dalam kelas manner yang diajarkannya. Mulai dari cara berjalan, duduk, bersikap, berbicara dan sebagainya. Walaupun tatapan matanya masih tajam seperti biasa, tapi ketika orang luar melihat Arina untuk pertama kalinya, mereka akan melihatnya dengan tatapan yang berbeda. Seorang wanita berkelas. Seorang bangsawan ningrat dengan tata krama yang sempurna. Anggun dan berwibawa.

Hari itu, Judy sedang mengajarkannya table manner ala Inggris. Arina sedang duduk tegak sambil mendengarkan penjelasan Judy ketika tiba-tiba rasa mual yang luar biasa hebat menyerangnya. Wajahnya berubah pucat dan tanpa sempat meminta ijin, Arina langsung berlari kencang masuk ke dalam kamar mandi dan memuntahkan seluruh sarapan paginya ke dalam lubang toilet.

"Hoekkkkkkk….hoekkkkkkk….."

Judy yang merasa aneh, hanya mengikuti langkah gadis tersebut ke dalam kamar mandi. Tapi begitu ia melihat tingkah Arina, kedua matanya langsung melotot lebar-lebar dan dengan sigap, ia lalu membantu mengurut tengkuk leher Arina dengan lembut supaya Arina bisa leluasa memuntahkan isi perutnya.

Dengan nafas terengah-engah, Arina lalu menekan tombol flush dan mengambil selembar tissue untuk mengelap bibirnya. Ada sedikit rasa asam yang masih tersisa di dalam tenggorokannya tapi ia sudah merasa jauh lebih baik.

"Terima kasih…" bisiknya lirih sambil duduk di atas tutup toilet duduk. Rasa mualnya masih berasa tapi tidak sehebat barusan.

"Arina, apakah kau sudah menstruasi baru-baru ini?" tanya Judy curiga.

Tubuh Arina menegang kaku. Ia lupa kapan terakhir kali ia menstruasi karena ia sangat sibuk akhir-akhir ini.

Mungkinkah???

..........

BRAKKKKKK!!!

Judy membuka pintu ruangan kerja Kakek Dom ke arah dalam dengan suara keras. Pria tua itu sampai terlompat dari kursi saking kagetnya. Tidak berhenti sampai di sana, Judy langsung menghampiri Kakek Dom dengan langkah cepat sambil menatap pria tua tersebut dengan tatapan yang sangat serius.

"Kita harus mempercepat pernikahan mereka berdua!!!"

"Si…si…apa maksudmu?"

"Kau tahu kan aku bicara tentang siapa sekarang?"

Kedua mata Kakek Dom membulat lebar-lebar. "Maksudmu? Dia…mereka…"

Judy tidak mengatakan apa-apa lagi tapi ekspresi wajahnya sudah memberitahukan semuanya.

Kau-Tahu-Maksudku….

.........….

BRUAKKKKKK!!!!!

Kakek Dom membanting pintu kamar Leo keras-keras ke arah dalam di saat pemuda itu sedang asyik mempelajari rumusan formula pupuk tanaman terbarunya di dalam laptopnya.

"LEO!!!!!"

"DASAR KAU BAJINGAN KECIL!!!!"

"Sudah dimulai ya?" tanya pemuda itu tenang tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar laptopnya.

"KAU!!!!"

"JADI KAU SUDAH TAHU???" tanya Kakek Dom kaget.

"Kalau melihat dari waktunya, harusnya sekarang ia sudah menunjukkan gejala-gejala tersebut…"

Kedua mata Kakek Besar sekarang hampir copot dari rongganya. Wajahnya merah padam karena marah. Tapi sebelum pria tua kembali berbicara, Leo menyela.

"Ayah, tahukah kau kenapa aku mengambil sumpah untuk hidup melajang?"

"Karena aku sudah menitipkan benih di dalam rahimnya…"

Sekarang, Kakek Besar benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi.

.........

Arina tidur telentang sambil menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Ia sekilas seperti mayat hidup yang sudah mengembara sengsara selama berhari-hari.

Satu jam sebelumnya….

Kakek Dom tiba-tiba memanggil dirinya dan Leo ke ruang keluarga secara mendadak. Ketika Arina sibuk bertanya-tanya kenapa, ia melihat kalau Kakek Dom, Judy dan Leo sudah menunggunya di dalam ruangan. Wajah Kakek Dom terlihat sangat kusut. Sementara Leo hanya menarik sebelah tangannya untuk langsung mengajaknya duduk di sebelahnya.

Begitu pantat Arina menyentuh tempat duduk, Kakek Dom tidak menahan dirinya lagi.

"Kalian!!!!"

Ia menarik nafas panjang sebentar untuk menenangkan dirinya dan memijit keningnya keras-keras.

"Bulan depan, kalian berdua harus menikah!!!"

"Ehhhhhhh????? Kenapa???" protes Arina sambil langsung berdiri dari sofa. Ia paling alergi dengan kata itu! Menikah baginya adalah sebuah belenggu seumur hidup sementara ia pencinta kebebasan mutlak. TIDAK MAU!!!

"Tidak ada protes lagi. ITU SUDAH KEPUTUSANKU!! TITIK!!!"

Selesai mengucapkan kalimat terakhir tersebut, Kakek Dom langsung berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut sambil membanting pintu dengan suara keras.

Wajah Arina terlihat sangat sedih ketika ia kembali duduk dengan sikap pasrah. Kedua matanya berkaca-kaca. Hiks….

Hiks…Hiks….

Setelah Kakek Dom meninggalkan ruangan, Judy lalu bertanya," Leo, Arina, sewaktu kalian melakukannya, apakah kalian selalu memakai pengaman?"

Keduanya menggeleng.

Judy menghela nafas panjang dan melanjutkan," Arina, kemungkin besar…tidak, sangat mungkin kalau kau saat ini sedang hamil…"

"Ada seorang Levy yang sedang bertumbuh di dalam perutmu…"

Hamil?? Astaga!! Arina menutup mulutnya sendiri karena kaget.

"Tapi apakah kami harus menikah??? Bukankah banyak perempuan lain yang juga bisa melahirkan di luar garis pernikahan??" protes Arina dengan nada tak rela.

"Jika Leo adalah pria biasa dan kalian berdua memang tidak menginginkan pernikahan, bisa saja. Masalahnya, Leo adalah satu-satunya pewaris tunggal klan dan juga, jika ia tidak menikahimu, maka ia akan memilih untuk melajang seumur hidup. Jadi…"

"Maaf, Arina. Kau tidak punya pilihan lain…."

"Lagipula ini juga demi nama baik kau sendiri…"

Tubuh Arina langsung merosot lemas di atas sofa sementara Leo sibuk mengacak-ngacak rambutnya dengan gemas.

"Kau baru saja membuatku menjadi pria paling bahagia di dunia, Sayang…"

Arina tidak mengatakan apapun tapi ekspresi wajahnya benar-benar suram. Tatapan matanya ketika menatap Leo seakan-akan seperti bisa memakan pemuda itu saat ini juga.

Dan kau baru saja membuatku jadi perempuan paling malang sedunia!!!

DASAR BRENGSEKKKKKK!!!!

..........

Ia masih berusia 21 tahun!!!

Masih banyak yang ingin ia lakukan tapi kini kakinya sudah terpasung beban tak kasat mata. Pernikahan…

Oh, shitttttttt...…

Kata tersebut seperti mimpi buruk untuknya….

Arina benar-benar ingin meratapi dirinya sekarang…..

Semesta, cobaan ini terlalu besar untukku…hiks…hiks..hiks…..

.