Ketiga pria itu maju bersamaan dan langsung mengepung Arina dari tiga arah yang berbeda serta langsung menyasar bagian vital gadis tersebut tapi dengan sangat mudahnya, Arina menghindari semua serangan mereka seperti sebuah hembusan angin kosong. Rick dan Hayden langsung menyerang lagi dengan membabibuta. Seakan-akan Arina adalah salah satu musuh bebuyutan mereka dan harus ditumpas malam itu juga.
"Make it real…." kata Arina sebelum mereka berpisah siang itu dan kedua pria itu hanya mengangguk dengan patuh.
Karena itulah, malam ini mereka berdua langsung menyerang gadis mungil tersebut dengan kekuatan penuh. Tanpa ragu lagi. Hanya Sante yang terlihat enggan saat ia kembali melancarkan serangannya. Berjuta pertanyaan masih terus membayangi pikirannya.
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa harus seperti ini, Arina?
Tapi pertanyaannya terjawab dengan sebuah bogem mentah yang langsung mengenai wajahnya dengan telak. Sante langsung terpental beberapa meter ke belakang. Tapi seketika itu juga tubuhnya langsung terjilat oleh panasnya kobaran api yang menandai area pertarungan mereka. Kaosnya langsung terbakar dan ia langsung melepas bajunya secepat mungkin.
Sekarang, tubuh mereka bertiga sudah banjir keringat dan Arina kembali menatap mereka dengan tatapan sedingin es. Tatapan Sang Dewi Kematian.
......................................
"Aku akan sedikit mengalah di ronde kedua…"
"Dan aku akan memprovokasi Sante supaya ia menyerangku…"
"Ketika aku menghindar dari pukulannya, kalian harus langsung mengalahkanku.."
"Mengerti??"
Kata-kata Arina kembali terngiang di dalam benak Hayden dan Rick. Mereka lalu menatap mata dingin Arina sebelum suara gadis itu kembali terdengar.
Begitu tajam dan lantang. Bagai belati tak kasat mata yang langsung mengiris jiwamu.
"Sante, biar kuberitahu satu hal padamu. Sesuatu yang membuatku tidak bisa memilihmu sebagai pasangan yang pantas untukku…"
"Kau tahu kenapa?"
"Karena kau…"
"Lemah…"
Mata Sante langsung berkilat tajam saat ia mendengar kata terakhir yang diucapkan oleh Arina dengan sangat entengnya. Kedua sorot matanya dipenuhi amarah yang menggelegak naik langsung ke ubun-ubunnya.
Apa tadi gadis itu bilang?
Lemah????
LEMAH????
Jika dibandingkan dengan serangan Arina, ia masih kalah dalam masalah kecepatan dan akurasi pukulan. Tapi jika dibandingkan dengan daya rusak dan tenaganya, ia sama sekali tak kalah dari Dicky!!! Dan sekarang, di depan semua orang, gadis yang ia sukai mati-matian berani mengejeknya secara terang-terangan???!!
Baiklah, akan ia tunjukkan seperti apa yang disebut LEMAH itu…
"HYAAAAAAAAAA....!!!!"
Sante kembali menyerang balik. Kali ini, ia tak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan seluruh kekuatannya. Dalam kondisi marah besar seperti ini, daya rusak yang dikeluarkan oleh tinju Sante sama sekali tidak main-main. Dulu, sebuah batu besar seukuran rumah kecil langsung hancur berantakan saat terkena tinju Sante. Sekarang….
Semua anggota geng langsung menahan nafas. Mereka sama sekali tidak berani untuk membayangkan apa yang mungkin terjadi nanti ke depannya.
Sante langsung berlari dengan kecepatan tinggi. Maju lurus. Tepat ke posisi Arina. Di titik gadis itu sedang berdiri dengan senyum mengejek.
Hayden dan Rick juga. Mereka bertiga…bergerak maju bersamaan….sekali lagi….
Tapi Arina tak bergeming.
Sampai kemudian, Sante mendadak sampai di hadapannya dengan kemarahan berkilat tajam di kedua sorot matanya. Bertatapan langsung dengan pandangan Arina yang masih datar sedingin es.
Ini saatnya…..
Tinju Sante turun. Melesat ke arah Arina yang langsung menghindarinya dengan sekali lompatan mundur ke belakang. Tapi angin tajam berhasil merobek sedikit area kaos yang dipakai gadis itu. Zrtttt…..
Semua orang masih menahan nafas. Ketika samar-samar kobaran api dan asap sedikit menganggu arah pandang mereka. Kena kah?
Tinju Sante menembus ruang kosong tapi dengan daya ledak yang sama, tinju itu mendarat di atas permukaan tanah.
BLARRRRRR!!!!!
Sebuah suara dentuman maha dahsyat terdengar sementara lantai langsung merekah hebat bak kawah gunung berapi meletus dengan puluhan ribu kerak dan serpihan batu yang terbang ke mana-mana. Tubuh Arina langsung terpental keluar area.
Uhuk!
Seteguk darah segar langsung termuntah keluar dari mulut mungil gadis itu.
Dengan suara keras, tubuhnya terbanting jatuh dalam posisi telentang menghadap langit hitam membentang di atasnya. Pandangannya mengabur. Ia tidak bergerak.
Sante yang tiba-tiba tersadar saat melihat retakan maha besar di bawah kakinya, langsung panic!
Apalagi saat ia mendengar suara benda jatuh di luar arena sesaat setelahnya. Ekspresi wajahnya dipenuhi oleh rasa ngeri dan horror. Ketakutan membayangi benaknya. Semua amarahnya lenyap seketika. Berganti rasa cemas tak terkira.
Astaga…..
Ia kebablasan. Tenaganya keluar terlalu besar….
Sekarang…
Gadis itu…..
"A..ri..na…." bisiknya.
Kakinya mulai memburu kencang. Menuju lokasi di mana tubuh gadis itu berada.
"ARINA!!!!!!!!"
Seiring langkah cepat larinya, sungai kecil mengaliri kedua pipinya.
.