Dhifa melihat ada banyak bazar di aula sekolahnya. Semua siswa yang mengenakan baju kaos putih dengan lambang dua bintang berwarna hitam yang di susun tidak sejajar. Bintang pertama di sebelah kanan, dan bintang kedua di bawahnya bergeser agak ke kiri.
"Kahf! Liat! Itu seragam yang di bilang anak Osis." Seru Dhifa.
Kahfi yang agak malu karena di perhatikan oleh orang-orang di sekitar nya. Ada beberapa sekolah yang menjadi tamu undangan sekolah mereka. Dan yang mengenakan baju kaos putih dengan lambang bintang di sisi kiri adalah sekolah sang tuan rumah. Dan siswa lain yang mengenakan baju olahraga yang beraneka warna adalah para tamu.
Dhifa bergegas berjalan memasuki aula. Ia melihat ada banyak bazar disana. Dan salah satu kedai makanan, di jaga oleh Adinda sahabatnya.
"Dinda!!" Panggil Dhifa.
Adinda melambaikan tangan. Dan Dhifa menghampiri nya disusul Kahfi yang sedari tadi menunduk di tengah kerumunan.
Aula yang sangat ramai. Dan suara bising dari atas panggung, karena para petugas penyelenggara sedang mengecek mic.
"Yang lain mana?" Tanya Dhifa dengan volume suara yang agak di besarkan.
Adinda yang saat itu mengenakan kaos putih seragam dengan yang lain, juga mengenakan apron berwarna hitam dengan pin bertuliskan Adinda dengan tulisan barista di bawah nama nya, pin tersebut ia dapat dari anak Osis.
"Eca sama Embun di kelas, Rey mungkin juga disana. Anak-anak kelas kita yang lain ada beberapa yang pake kostum, soalnya mereka di tugasin buat drama sama peragaan busana contoh sastra. Gue disini kebagian jaga stand. "
Dhifa naik keatas menuju kelas, meninggalkan Kahfi di stand yang di jaga oleh Adinda. Ketika sampai di atas, Dhifa melihat Rey sedang duduk bersama Eca dan Embun.
"Di cari-in!"
Rebecca mendapat tugas untuk menjadi salah satu peragaan busana yang mewakili sastra dongeng. Rebecca berpenampilan selanyaknya Belle, sang tokoh utama dalam cerita Beauty and The Beast, si cantik dan si buruk rupa.
"Dhi, lo baru dateng?"
"Iya, maaf telat kelamaan dandan. "
Dhifa memeluk Rebecca. "Eca lucu banget sih! Jadi Belle. "
Rebecca memperhatikan setiap rinci penampilan Dhifa. Mulai dari jilbab, baju, rok, hingga sepatu. "Lo juga lucu, pake baju biru-biru. Mana lo pake rok princess, pake atasan baby doll gini. Pake pashmina. Aduh, ini lagi satu kenapa masih pake sneakers!!" Ujar Rebecca kesal diakhir kalimat.
Dhifa sumringah. "Kan mau naik turun panggung, ntar keserimpet. "
Di kelas, Rey juga memberitahu Dhifa perihal pertandingan basket yang tidak jadi di batalkan. Rey menceritakan bahwa kapten tim basket di sekolahnya tidak bisa mengikuti pertandingan. Di karena kan tulang tangan kanan nya retak akibat terjatuh saat berlatih kemarin.
"Kepada seluruh siswa diharapkan ke aula sekarang, sekali lagi saya ulangi kepada seluruh siswa dan tamu undangan di harap untuk ke aula sekarang. Terima kasih. "
Saat Dhifa dan teman-temannya hendak menuju ke aula, mereka yang baru saja turun dari tangga dan hendak melangkah kan kaki menuju ke aula, bertemu dengan team basket dari sekolah lain yang datang dari arah masuk dan hampir menabrak Dhifa. Beruntungnya, Kahfi yang memang berniat menghampiri Dhifa di tangga melihat bahwa Dhifa akan menabrak seorang pemuda dari sekolah lain yang saat itu mengenakan baju basket berwarna maroon. Kahfi segera memanggilnya.
"Dhi.." Kahfi melambaikan tangan agar Dhifa melihatnya.
Dan saat Dhifa melihat Kahfi, ia segera berlari menghampiri Kahfi di tengah aula. Disusul Rebecca, Embun dan Rey. Team basket lawan yang tadi nya hampir menabrak Dhifa, kini menuju ke salah satu ruang kelas untuk meletakkan tas mereka. Sebelumnya, salah satu dari mereka memperhatikan Dhifa yang berlari ke arah Kahfi. Entah karena memang mengenal salah satu dari mereka, atau hanya karena menarik hati.
Semua siswa telah berkumpul di aula. Baik siswa sekolah yang menyelenggarakan acara maupun siswa tamu. Setelah kata sambutan di akhiri acara resmi dibuka.
"Festival seni Tahun 2012, resmi dibuka. " ucap sang kepala sekolah dengan memberikan tiga ketukan mic.
Tepuk tangan dari siswa/i memeriahkan pembukaan festival tersebut, lalu satu per satu penampilan pun di mulai.
"Yang pertama akan tampil adalah Dhifa Mikeyla Arista Putri dan Kahfi Wijaya, beri tepukan yang meriahhhhh, " ucap Tina selaku MC.
Dhifa dan Kahfi melangkahkan kaki nya kedepan dan naik ke atas panggung, mereka bersama menghela nafas lalu mengucap Basmalah. Keadaan yang sunyi, sepi membuat suasana membaca puisi semakin tenang.
Aku termangu, terpaku membisu dalam sunyinya malam
Aku terdiam saat ku ingat semua kenangan kelam
Dalam manisnya do'a ada rindu yang tak tersampaikan
Dalam detak jantung ada nama yang kusebut
Kala itu yang aku ingat hanya membaca
Bukan novel, maupun artikel
Namun ini tentang membaca isi hati
Melalui lantunan ayat suci
Titip rindu untuk mu
Dari ku yang mendamba mu
Sang pembawa acara tentu sangat memeriahkan akhir dari penampilan pertama. Rambut yang di kuncir satu, dengan microphone kecil yang menempel di pipi nya. Kaos seragam yang khusus di buat untuk sekolah nya, dengan name tag yang menjadi tanda pengenal kepanitian, rok hitam selutut, kaos kaki putih yang panjang nya satu jengkal dibawah lutut, dan tetap mengenakan sepatu hitam bertali sesuai anjuran sekolah.
"Wow!! Puisi yang sangat indah sekali, bukan. Dan tentu nya di bawakan oleh kedua insan yang nampak nya belakangan ini sedang menjadi best couple di kelas 3, ya. "
Kahfi dan Dhifa tersenyum melihat Tina lalu mereka saling menatap. Sembari berjalan menuruni panggung mereka lalu menghampiri stand Adinda.
"Woi! Zina mata woi!" teriak Rey dari kursi di dekat barisan kedai.
Ryan, kapten team basket SMA Angkasa memperhatikan salah satu anggota nya yang sedari tadi tak berkedip melihat perempuan yang memakai pakaian bernuansa biru laut.
"Lo, dari tadi ngeliatin anak itu mulu?" tanya Ryan kepada Devano.
Devano tersenyum.
"Jangan bilang lo ada hati sama tuh anak, bro?" Tanya Ryan lagi.
Lagi-lagi Devano tersenyum.
"Cappuchinonya 2 ya, Din. " ucap Kahfi.
"Oke. " ujar Dinda sembari mengambil dua cup putih polos dari box.
Sementara Dhifa menunggu minumannya jadi, Kahfi pergi ke sisi panggung untuk melihat Nicholas dan Rey yang akan tampil seusai Nita.
"Jangan lama-lama, ya!" Pinta Dhifa pada Kahfi yang mulai berjalan menjauhi kedai.
Devano menghampiri Dhifa, ia menyapa nya dan mengajak Dhifa mengobrol. Dhifa menjawab seadanya, dengan di awasi Adinda yang sedari tadi memanggil Dhifa untuk mengalihkan pembicaraan Dhifa dengan Devano.
"Iya? Ada apa?" tanya Dhifa.
"Nama gue Devano, dari SMA Angkasa. " ucap Devano sembari menjulurkan tangannya.