Chereads / Hijrahku Bawa Aku Pulang / Chapter 45 - 45. Ketemu Mantan Gebetan

Chapter 45 - 45. Ketemu Mantan Gebetan

Dhirga kembali mencoba mengingat paras yang pernah selalu ia lihat di setiap hari nya. Seseorang yang selalu membuat nya tertawa. Tersenyum. Bahkan orang pertama yang membuat nya jatuh cinta di masa putih abu-abu.

Pandangan Dhirga makin jelas. Saat perempuan itu melintas tepat di hadapannya, Dhirga memanggilnya. Nama yang selalu menjadi notif favorit nya di Whatsapp. "Rica.." Dhirga.

"Iya. " Perempuan yang mengenakan baju tube top atau yang biasa disebut model kemben berwarna putih, dengan celana jeans putih juga, dan blazer berwarna abu-abu. Jangan lupakan sepatu tapak tahu hitam milik nya. Perempuan itu menengok ke belakang dan menyapa Dhirga. "Dhirga, apa kabar?" ucap perempuan yang kerap di panggil Ica itu. Ia menepikan rambut nya yang hampi menutupi sebagian wajah nya. Angin sepoi-sepoi yang membuat aura cantik nya terpancar.

"Alhamdulillah baik, lo gimana?" tanya Dhirga kembali.

"Gue masih baik-baik aja, walau dulu sempet lo tinggalin. Haha.. " Rica tertawa.

Dhirga hanya tersenyum lalu menggeleng. "Udahlah, itu masa lalu. Sekarang lo udah sukses kan. Oh ya, kenalin. Ini calon istri gue. " ujar Dhirga mengenalkan Tisya pada Rica, mantan pacar nya.

Rica menjabat tangan Tisya. Rica baru menyadari bahwa yang akan datang hari ini, untuk fitting baju pengantin adalah mantan kekasih nya. "Oh jadi kalian yang mau fitting gaun penganting? Gue kira siapa. Soal nya atas nama Tisya, bukan Dhirga. Ya ampun nggak nyangka ya. Lo duluan married. " ujar Rica sembari mengajak mereka masuk ke butik nya.

Kahfi dari belakang berbisik ke arah Dhifa. "Siapa, Dhi?"

"Mantan pacar kak deh, kayak nya. " bisik Dhifa.

Sementara Dhifa dan Kahfi duduk di sofa sembari menunggu kakak mereka mencoba baju pengantin, Dhirga dan Tisya mengobrol dengan Rica sembari melihat baju mereka yang sudah jadi.

"Jadi, ini butik punya lo?" tanya Dhirga.

Sembari mencari gaun Tisya yang berada di dalam lemari kaca, Rica menceritakan bagaiman sulit nya ia untuk sampai di titik ini. "Alhamdulillah iya, Ga. Setelah lulus, gue fokus terjun ke dunia desain. Awal nya susah sih, secara lo tau kan bokap nyokap gue. Mereka mau nya, gue kerja di kedinasan. Di suruh ikut tes Dishub lah, di daftarin buat ikut Diklat lah, dan akhir nya mereka nyerah. Dan setuju dengan apa yang gue pilih. " jelas Rica.

Setelah gaun Tisya ketemu, Rica membantu Tisya untuk mengenakan gaun tersebut. Begitu juga dengan Dhirga yang pergi ke ruang ganti baju untuk mencoba jas pengantin nya.

Mereka melaksanakan fitting baju pengantin, sedangkan Dhifa dan Kahfi hanya asyik memainkan handphone, duduk di sofa dekat kaca butik Ica.

"Kamu lagi apasih, Kahf?" tanya Dhifa.

"Nggak ada Dhi, cuma scrool aja. " ujar Kahfi.

Dhifa menertawakan Kahfi.

"Kamu kenapa sih? Kok ketawa?" Heran Kahfi.

Dhifa menutup mulut nya, untuk menahan tawa nya. Lalu ia menarik nafas. "Kamu itu, kalo jomblo nggak usah di nampakin banget kali, Kahf. " ucap Dhifa.

"Siapa bilang aku jomblo?" tanya Kahfi.

Dhifa menampakkan raut wajah tidak suka. Alis nya bertaut, mata nya menatap tajam ke arah Kahfi. "Kamu udah punya pacar? Kata kamu nggak mau pacaran. Kamu udah move on dari aku?" tanya Dhifa.

Dengan santai nya Kahfi menjawab. "Allah itu sudah menjodohkan semua orang. Semua sudah di tetapkan pasangan nya. " ucap Kahfi.

Dhifa menyipitkan mata nya. "Kamu ini. Aku juga tau kalo itu. " geram Dhifa yang mengepalkan tangan nya ke depan wajah Kahfi.

Dhirga dan Tisya akhirnya selesai melaksanakan fitting baju.

"Jangan lupa dateng, ya Rica. " ucap Tisya.

Rica tersenyum dan mengangguk. "Iya, tenang aja gue bakal dateng kok. " ujar Ica.

"Makasih ya Ca, kita pamit. " pamit Dhirga.

Mereka kembali kerumah, meninggalkan butik Ica.

"Kak, tau nggak? Yang tadi itu mantannya kak Dhirga loh!" ucap Dhifa.

Tisya melirik Dhirga. "Emangnya, Dhirga pernah pacaran?" tanya Tisya.

"Kan masa lalu, yang pentin itu siapa masa depan aku. " sahut Dhirga.

"Ih kamu bisa aja. " ucap Tisya.

Calon pengantin pun mulai mengobrol, banyak yang harus mereka persiapkan. Baik materi, restu, mental, dan semua keperluan demi kelancaran pernikahan mereka.

Dhifa berbisik ke arah Kahfi yang berada di samping nya. "Kita kapan, Kahf?" tanya Dhifa.

"Apa sih, Dhi. " ujar Kahfi tersenyum dengan pipi merah merona nya.

"Ih Kahfi, pipinya merah, senyum-senyum. " ledek Tisya.

Mereka meneruskan perjalanan dengan canda dan tawa. Dhirga dan Dhifa mengantar Tisya dan Kahfi pulang. Lalu mereka pulang kerumahnya.

"Assalamu'alaikum. "

"Wa'alaikumussalam. "

"Gimana? Udah?" ucap Ayah.

Dhirga mencium punggung tangan sang ayah yang sedang duduk bersantai di sofa dengan teh hangat dan pisang goreng yang menemani nya menonton. Tak lupa sang pujaan hati yang berada di sisinya. "Udah, yah. " ujar Dhirga.

Dhifa duduk mendekati ibu nya. Sembari berbisik, lOh yah, bu. Ternyata yang punya butik itu mantan nya kakak. " bisik Dhifa.

"Ya nggak apa-apa dong, Dhi. " ucap Ibu dengan suara yang jelas.

"Siapa? Mantan kamu? Kamu undang nggak?" tanya Ayah.

"Undang kok, yah. " ucap Dhirga.

"Kan kalo ada yang kenal enak Dhi, kali aja ada potongan. " ucap Ibu.

Dhifa jadi bingung. "Potongan?" Tanya Dhifa.

"Iya, diskon sayang. " jelas Ibu.

"Masa cari yang diskonan bu?" Heran Dhifa lagi.

Dhirga duduk menatap adik nya. "Nikah itu butuh banyak modal dek, nggak cuma ijab kabul terus udah sah, gitu aja. Semua perlu biaya, selain doa restu." jelas Dhirga.

"Aku kan gaktau, kan belum mau nikah, hehe. " ucap Dhifa.

"Ya iyalah dek! Masa lo udah ngebet nikah! Udah belajar sana, kan mau ujian. " ucap Dhirga.

"Oke, Dhi keatas ya. " ucap Dhifa.

Dhifa naik keatas tangga, lalu masuk ke kamarnya. Ia ingin memberikan hadiah kepada kakak tercinta, namun ia bingung mau memberikan apa.

"Aku kasih kakak kado apa, ya?" ucap Dhifa.

Sejenak Dhifa merenung, ia kemudian sedih. Sang kakak yang telah menemaninya sejak ia kritis, kakak yang telah menjaganya, kakak yang telah bertahun-tahun meninggalkannya untuk pendidikannya, akhirnya telah kembali, namun kini kakaknya akan menikah.