Di hari terakhir festival, hari peragaan busana daerah tiba. Rebecca yang mengundurkan diri dari peragaan busana dalam kisah dongeng, kini ikut memeriahkan peragaan busana adat. Rebecca dan Rey mengenakan pakaian adat Dayak. Adinda dan Bimo memakai pakaian adat Minangkabau. Sementara Dhifa dan Kahfi mengenakan pakaian adat Palembang. Sebelum para talent pakaian adat berjalan ber-iringan, para penonton terlebih dahulu disambut dengan tarian daerah. Yang berarti ada Embun disana. Disusul semua pasangan talent pakaian adat. Mulai dari Aceh, sampai Papua. Semua tampk serasi di aula. Para penonton dari sekolah lain juga tak lupa mengabadikan moment tersebut. Saat semua pakaian adat yang Indonesia punya ada di depan mata. Festival berjalan dengan lancar. Semua sangat menikmati Festival seni tersebut. Dan menutup akhir dari Festival seni tahunan sekolah.
Festival di sekolah telah usai. Sekarang, Dhifa bisa beristirahat dengan tenang di penghujung kelulusannya itu. Kini Dhifa sedang menikmati masa-masa libur nya. Namun ia tidak benar-benar merasakan libur sekolah. Karena hpernikahan Dhirga sudah di depan mata. Esok pagi adalah, akad nikah sang kakak. Saat itu pukul 1 dini hari. Dhirga yang baru selesai menunaikan sholat tahajud, menghampiri kamar adik nya. Ia menaiki tangga perlahan, karena semua orang sedang beristirahat. Terlebih lagi rumah nya yang sedang ramai itu. Beberapa keluarga nya tidur menggelar kasur di ruang tamu. Dhirga mengira adik kecil nya itu belum tidur. Saat ia mengetuk pintu Dhifa, tak ada jawaban. Untungnya, Dhirga sudah membawa kunci cadangan. Ia membuka perlahan pintu itu. Dan menemukan adik nya yang sudah tertidur.
Dhirga lalu menggantungkan kebaya panjang dengan kain batik bercorak putih yang akan Dhifa pakai esok pagi. Ternyata langkah kaki Dhirga membuat Dhifa terbangun.
"Kak.. Ngapain?" Tanya Dhifa dengan mata yang masih mengantuk.
Dhirga menoleh, dan melihat adik nya yang sudah beranjak duduk di atas kasur. Dhirga lalu duduk di sudut ranjang adik nya. "Gue tau, lo akhir-akhir ini sering nangis. Lo sering marah ke gue, sering ngeselin. Itu cuma karena lo nggak mau gue ninggalin lo kan?"
Dhifa murung. "Gue mau liat lo bahagia kak. Dan lo nggak akan terus-terusan jagain gue. Lo harus punya keluarga. Keluarga lo sendiri. Dengan lo yang bakal pegang semua tanggung jawab. " ucap Dhifa.
Dhirga mendekat ke Dhifa. Ia memeluk adik nya itu. "Maaf ya, dek. Belum bisa jadi yang terbaik. Selalu ninggalin lo. Selalu ngerebut ibu sama ayah dari lo. Maaf ya, nggak bisa setiap saat jagain lo. "
Dhifa membalas pelukkan Dhirga dengan erat. "Makasih udah mau jadi kakak paling hebat yan gue punya. "
Dhirga terhanyut dalam pelukkan itu. Ia tidak pernah merasakan sehangat ini hubungannya dengan sang adik. Dhirga baru menyadari bahwa adik nya hanya khawatir ia akan melupakannya. Dhirga lalu mengusap kepala sang adik hingga rambut bya berantakan. Lalu menyuruh nya untuk beristirahat. Dan Dhirga kembali ke kamar nya.
Adzan subuh berkumandang, keluarga Dhifa menunaikan sholat subuh berjamaah. Dan se-isi rumah pun mulai sibuk. Kesana kemari. Membereskan kasur di ruang tamu, dan bergantian mandi. Dhifa yang lupa kalau ada banyak orang dirumah nya hampir saja ke ruang tamu dengan rambut yang terurai tanpa jilbab. Baru beberapa anak tangga yang ia turuni, Dhifa tersadar dan segera masuk ke kamar nya lagi. Ia lalu mengambil kerudung. Dan pergi ke kamar ibu nya.
Dhifa melihat sudah ada banyak orang di kamar ibu nya. ada yang sedang mengenakan jilbab, ada yang sedang mengeringkan rambut. Ada yang sedang ber-make up dan masih banyak lagi. Dhifa sampai kaget melihat nya. Namun Dhifa tetap santai. Ia menghampiri ibu nya dan mulai di make up oleh sang MUA.
Dhirga sudah siap dengan baju pengantinnya yang bernuansa putih. Ayahnya mengenakan jas tutup atau beskap berwarna cream, ibunya juga mengenakan kebaya berwarna cream dengan bawahan batik dan jilbab yang mempercantik tampilannya. Dhifa dan ibu keluar dari kamarnya, diruang tamu yang sudah dipenuhi keluarganya Dhifa merasa sangat malu.
"Dhi, kamu cantik banget. " ujar sepupu Dhifa.
"Dhi malu. " ujar Dhifa yang bersembunyi di belakang Ayahnya.
"Waduh, calon pengantin, " ucap keluarganya saat melihat Dhirga keluar dari kamar nya.
Dhirga hanya tersenyum. Ia menahan kegugupan yang memicu jantung nya berdetak lebih cepat. Di balkon teras, para sahabat adik nya sudah menanti. Dhifa yang mengenakan kebaya panjang berwarna maroon merasa bahwa diri nya lah yang berbeda.
"Kak, mobil udah siap. " ucap Rey.
Sebelum berangkat, keluarga Dhifa berdo'a terlebih dahulu, Rey dan Embun pun ikut meramaikan dari pihak Dhirga. Sedangkan Adinda, Rebecca dari pihak Tisya.
Kahfi yang sudah sedari tadi gelisah menunggu kedatangan Dhifa, akhirnya melepas kegelisahannya. Rombongan keluarga Dhirga sudah sampai. Kahfi sedari memperhatikan semua orang yang turun dari mobil satu per satu. Dan ia mendapati gadis cantik yang mengenakan kebaya yang senada dengan beskap yang ia kena kan.
"Kok Dhi beda sih bu, warna kebaya nya. " ucap Dhifa berbisik sembari berjalan masuk ke rumah Tisya.
Sang ayah menemani Dhirga di sisi nya. Melepas sang putra untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar.
"Udah nggak apa-apa. " ujar Ayah menenangkan sang putri.
Suara teriakan dari salah satu keluarga Tisya terdengar ke dalam rumah. "Keluarga besan sudah datang. "
Kahfi masih memperhatikan Dhifa, ia menyambut keluarga Dhifa dan yang ia melihat Dhifa berjalan anggun.
"Assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikumussalam, selamat datang om dan tante beserta keluarga. " sambut Kahfi.
Dhirga mendekati Kahfi dan berbisik. "Kahf, tolong urusin, ya. " ujar Dhirga.
"Hah? Urusin apa kak?" Tanya Kahfi.
Tubuh Dhirga yang tinggi dan tegap mampu menyembunyikan Dhifa dibelakang nya. "Ini. " Dhirga memiringkan tubuhnya, agar Dhifa yang bersembunyi dibelakangnya terlihat oleh Kahfi.
"Hai, Kahf. " ucap Dhifa tersipu malu..
"Udah ya, gue mau kedalem nih, kan ada Kahfi. " ujar Dhirga.
Dhirga masuk kedalam rumah Tisya dengan rombongan keluarganya. Saat Kahfi dan Dhifa hendak masuk, Dhifa melihat Eca dan Dinda sedang mengobrol dengan seorang gadis yang pernah ia temui waktu itu.