Prit!!!!!
Peluit telah dibunyi kan, dan pertandingan dimulai. Suasana makin memanas saat team sekolah lawan berhasil merebut bola dari sekolah Dhifa. Kedua komentator yang duduk di depan barisan penonton ikut mengkritik dengan kata-kata yang sangat membara.
"Kita lihat kali ini, Rey yang memulai permainan dengan lancar. Ya, Rey merebut bola lalu menggiring nya hingga ke ring lawan. Dan ya! Satu skor untuk tuan rumah. " jelas sang komentator yang merupakan sang guru olahraga di sekolah Dhifa.
Tak lama, teman-teman Dhifa masuk ke lapangan basket. Mereka segera menuju ke kursi penonton. Rebecca yang sudah melepas atribut tokoh dongeng Beauty and the beast nya itu, karena pentas yang akan di ikuti Rebecca di undur menjadi besok lusa. Begitu juga dengan Embun dan Adinda. Semua peragaan busana dan tari di undur karena ada acara hiburan di hari pembukaan yang akan di isi oleh SMA tamu.
Rebecca berdecak kesal.
"Kenapa Ca?" Tanya Dhifa.
"Semua peragaan busana sama tari di undur, di ganti sama besok lusa. Mana gue tadi nggak bawa baju ganti, lagi. "
Dhifa melihat Rebecca mengenakan seragam yang sama dengan yang ia dan siswa lain kena kan. "Bukan nya kita di kasih sama anak Osis, ya?"
"Punya gue udah di anterin sama Tina kemarin, gue minta duluan karena mau gue cuci dulu. Lo tau kan? Gue paling nggak mau pake baju yang baru kalo nggak di cuci dulu. " jelas Rebecca.
"Dan sekarang, lo pake kaos punya Rey?" Tanya Reya.
"Ya, nggak lah! Gue minta sama Tina, karena dia memang nyedia-in buat anak-anak yang lupa bawa baju nya. "
Rebecca juga mengeluh perihal ia yang kesulitan mengganti pakaian. Masuk ke toilet ramai. Masuk ke ruang kelas juga tidak bisa, karena semua kelas di pakai untuk meletakkan barang milik sekolah lain. Dan ia harus menumpang di ruang BK untuk berganti pakaian.
"Loh, kita tadi malahan ganti di ruang UKS. Giliran sih, soal nya saling jaga walaupun ketutup sama horden di setiap ranjang UKS. "
Skor mulai seri, Kahfi yang menjadi kapten nampaknya ada perang sengit dengan team lawan. Bukan hanya karena mereka adalah lawan bermain, namun karena Devano lagaknya menyukai Dhifa. Namun siapa sangka, Devano yang hendak memasukkan bola ke ring lawan, tiba-tiba lengah hanya karena mendengar suara teriakan Dhifa dan malah menjadi sebab dari kekalahan team nya sendiri.
"Semangat! Ayo, kita pasti menang!" teriak Dhifa.
Rey melompat kegirangan. "Yey, We are the champion!!!" teriak Rey.
Devano ditepuk pundak nya dari belakang, ia baru sadar bahwa bola di tangan nya sudah direbut lawan.
"Lo gimana sih! Kok diem aja!" ujar team lawan kepada kaptennya.
Devano beejalan menepi ke barisan penonton. "Udahlah, kita udah bosen menang. " ujar Devano.
"Yaudah lah! Udah kelar juga pertandingannya. " ujar team Devano.
"Congrats, ya. " ujar team lawan kepada team Kahfi.
"Thanks, bro. " ujar Rey.
Mereka bersalaman, dan penonton dari sekolah Dhifa turun ke lapangan dan bersorak gembira.
"We are the champion my friends. " ucap seru semua siswa berteriak dan menyanyikan lagu We are the champion.
"Selamat, ya!" ucap Rebbeca.
"Thanks, darling. " jawab Rey.
Dhifa mendekati Kahfi, dan memuji Kahfi yang baru saja memenangkan pertandingan.
"Kamu keren! " ujar Dhifa yang menghampiri Kahfi.
"Masa' sih?" tanya Kahfi sumringah.
"Iya beneran. " ujar Dhifa meyakinkan Kahfi.
"Iya, Dhifa sa-. " ucap Kahfi terpotong.
Dhifa menyambung ucapan Kahfi dengan cepat "Yang?"
Mereka tertawa, lalu berfoto di tengah lapangan. Bersama semua team, dan siswa sekolahnya.
"Abis ini kita ke ruang seni ya, mau liat Dinda ya, dia mau pentas juga. " ajak Eca.
Embun yang berjalan dibelakang mereka, tiba-tiba di dampingi oleh seseorang. Awal nya ia tak menoleh namun karena orang tersebut sedari tadi berdehem itu membuat nya risih.
Saat Embun menoleh, Devano langsung memuji. "Lo cantik. " ucap Devano yang masih mengenakan baju basket sekolahnya.
Embun melirik ke kanan dan kiri. "Maksud lo gue?" ujar Embun.
"Iyalah, lo. Masa gue?" Ucap Devano.
"Ooo, thanks. " ucap Embun santai.
Tanpa pikir panjang, Devano segera mengajak berkenalan. "Gue Devano. " Devano mengulurkan tangan nya.
Embun menjabat tangan Devano. Ia tersenyum dan menanggapi setiap perbincangan yang di mulai oleh Devano. "Embun."
"Lo mau kemana?" tanya Devano.
Mereka berjalan ber-iringan. "Kita mau ke stand Dinda, soal nya dia mau tampil. "
"Mmm, gimana kalo lo temenin gue keliling dulu. " ajak Devano.
"Boleh aja sih. " ucap Embun.
Dhifa dan teman-temannya yang menuju ke kedai, tak sadar bahwa Embun tidak bersama mereka.
"Loh? Embun mana?" tanya Eca.
Dhifa menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sahabat nya, Embun. "Tadikan dibelakang?" ucap Dhifa.
"Ini dia sms, dia sama Devano? Siapa?" Tanya Eca yang menekan kata Devano di akhir kalimatnya.
Mereka sampai di kedai yang di jaga Adinda. Ia tengah berberes sembari melepas apron yang ia pakai.
Kahfi melirik Dhifa. "Itu loh Ca. Fans baru nya, Dhi. " Ledek Kahfi yang menarik kursi kedai.
"Kamu apasih? Masih aja cemburu!" Kesal Dhifa yang duduk di kursi yang disediakan Kahfi.
Kahfi menatap Dhifa pandangannya lalu beralih. "Dhi? Nggak ada hak aku buat cemburu. " jelas Kahfi.
"Iya iya Kahf. " ucap Dhifa.
"Gimana? Udah hafal?" tanya Kahfi.
"8 ayat lagi kok, aku hafalin nanti, tenang aja. " ujar Dhifa.
"Janji yah?" ucap Kahfi.
"Janji sama Allah, bukan sama kamu hehe. " ucap Dhifa.
"Aaa, kamu! Udah pinter, ya. " ucap Kahfi sumringah.
"Iya dong, kan mau jadi calon kamu ahahahah. " ucap Dhifa.
"Iya ntar, Dhi hehe. " ujar Kahfi.
Sementara itu Devano dan Embun sedang makan bersama di kedai didepan sekolahnya, hingga tiba akhirnya Festival ditutup mereka kembali kesekolah.
"Itu Embun?" ujar Eca.
Embun melambaikan tangan nya. Ia berpisah dengan Devano di tengah lapangan.
"Hmm, gue balik ke team yah, bye. " ujar Devano.
"Iya, thanks ya. " jawab Embun.
"Gue yang seharusnya bilang makasih!" Pekik Devano sembari berlari ke arah rombongan nya.
Eca menatap tajam ke arah Devano. "Lo sama dia, dari tadi?" tanya Eca.
Embun mengangguk dengan wajah polosnya.
"Yaudahlah, yang penting dia nggak apa-apa kan. " ujar Dhifa.
"Iya sih, tapi kan.." Khawatir Eca.
Rey menepuk pundak Rebecca ia berusaha menenangkan Rebecca yang sangat khawatir. "Dia gakpapa, okay darling. " tenang Rey kepada Eca.
Peragaan busana Rebecca, Adinda dan penampilan tari Embun di ganti menjadi besok lusa. Di karena kan ada penampilan hiburan dari SMA lain yang mendadak.
Dan di hari pertama Embun mengenal Devano, mereka sudah mulai pulang bersama. Devano yang kala itu membawa motor matic berwarna merah. Menunggu di parkiran, saat semua siswa sekolah nya sudah pulang.
"Embun!!" teriak Devano sembari melambaikan tangan.
"Iya?" Sahut Embun.
Devano menyalakan motor nya, ia menghampiri Embun yang saat itu sedang bersama sahabat nya. "Pulang bareng gue, ya!" ajak Devano.
Embun meng-iya kan ajakan Devano.
"Gue sama Devan ya, duluan!!" pamit Embun.
Eca masih memperhatikan Embun yang kian menjauh. "Kok dia mau aja sih, sama tuh orang?" kesal Eca.
"Udahlah, selagi dia gak kenapa-kenapa. " ucap Dhifa.
"Yaudah kita pulang ya. Dhi, Kahf?" pamit Eca.
"Duluan Kahf, Dhi. " ujar Rey.
"Iya. " kompak Dhifa dan Kahfi.