Prolog
Bertahun-tahun berada di negara orang, membuat hati Davie digelayuti rasa rindu terhadap tanah air. Negara di mana dia dilahirkan dan dibesarkan. Negara di mana dia menuntut ilmu sampai bisa membawanya memiliki karir yang cemerlang di negara orang. Namun benar apa yang selalu orang bilang, senyaman kita berada di negara orang, tentu tak senyaman hidup di negara sendiri.
Dan itu juga yang dirasakan oleh Davie. Dia kemudian memilih kembali ke Indonesia, dimana orang-orang yang disayangnya ada di sana. Keluarganya, dan dia. Memutuskan pulang dan berkumpul kembali bersama keluarganya adalah keputusan besar yang diambilnya. Dia juga sudah memikirkan itu selama dua tahun belakangan ini. Dan kalau memang Tuhan mengijinkan, dia ingin memperbaiki sesuatu yang pernah dia rusaknya di sini.
'Dia?'
Ya, dia. Dia yang diam-diam dirindukannya. Dia yang diam-diam menghantuinya, dan dia yang sama sekali tak diketahui kabarnya. Tujuh tahun lelaki itu menghilang dan fokus pada apa yang dikerjakannya. Tak pernah sekalipun merasa ingin bemain-main barang sebentar saja, berkencan, atau hal-hal lain yang bisa membuatnya lebih 'hidup'.
Dia benar-benar bekerja keras di sana. Bekerja, bekerja, dan bekerja, membuatnya menjadi lelaki yang dijuluki 'Si pria kaya yang kesepian' oleh teman-temannya. Benar, dia memiliki banyak uang, dan entah seberapa kenyang ATM yang dimilikinya, tapi tak sekalipun dia menggunakannya untuk bersenang-senang.
Ketika keputusannya diambil untuk kembali ke Indonesia, bukan hanya teman-temannya saja yang kaget, bahkan bosnya pun kecewa dengan keputusannya tersebut. Tapi dia sama sekali tak berniat mengurungkan niatnya untuk mundur. Maka di sinilah dia sekarang.
Menghirup udara di kota Jakarta, dengan senyum lebar dan hati yang nyaman.
"I'm back." Katanya berguman. Menarik koper miliknya. Kakinya melangkah dengan santai untuk segera sampai ke depan airport karena seorang supir telah menunggunya.
Dan ketika matanya menangkap seseorang yang membawa sebuah kertas besar bertuliskan namanya, langkah kakinya semakin cepat mendekat. Dia sudah tak sabar untuk segera tiba di rumah. Maka dengan ini, perjalanan hidupnya yang baru akan di mulai.
*.*