Chereads / BUKAN SUAMI SEMPURNA / Chapter 8 - 8. Penipu.

Chapter 8 - 8. Penipu.

'BRAK..'

Setumpuk laporan keuangan dilempar begitu saja ke meja besar di ruang rapat itu. Memancing rasa kaget semua orang yang sedang duduk disana.

Kania menghela napas kasar, "laporan macam apa ini?!" Seisi ruang rapat itu menunduk takut, "apa saja yang kalian kerjakan selama satu bulan ini, huh!!"

Salah seorang Supervisor mengambil laporan pemasukan itu dan membacanya, "maaf Bu Kania, apa ada yang salah dengan laporan keuangan ini?"

Kania tersenyum sinis, "sudah berapa lama kamu kerja disini?"

"Sudah hampir satu tahun Bu, Saya kerja disini dan selama Saya kerja pun laporan keuangan baik-baik saja," jawab Supervisor itu jujur.

_Cih.... Amatir!_ Gumam Kania

"Omong kosong!" Kania menyandarkan punggungnya, "Bagaimana bisa baik-baik saja jika hasil pemasukan perusahaan dengan data yang Saya terima bisa berbeda jauh!!" semua tercekat mendengarnya.

"Dengar!" Wanita itu berdiri dari duduknya, "Saya punya banyak mata-mata di perusahaan ini. Siapa pun kalian dan apapun jabatan kalian, bersiaplah, Saya tidak akan main-main kali ini!!" Kania pergi dari ruang rapat dengan membanting pintu sangat keras.

"Huh... sialan!!" jerit wanita itu saat sudah berada di ruangannya. Bagaimana bisa perusahaan Magatama.Corp kecolongan?! Ini pertama kalinya ada seorang tikus yang bisa masuk dengan mulus di perusahaan keluarganya.

Memang benar apa yang dikatakan Supervisor itu, laporan keuangannya benar-benar terlihat biasa saja. Namun jika diteliti lebih lanjut, maka hasilnya akan mencengangkan.

_Penipu ulung_ gumamnya.

Dan Kania yakin, seyakin-yakinnya tikus itu tidak sendiri. Mengingat laporan kecurangan itu benar-benar rapi sehingga badan audit perusahaannya saja bisa tertipu.

'Tok... Tok....'

Suara ketukan pintu menyadarkan Kania dari pikirannya.

"Masuk!"

Moura sekretaris pribadi Kania masuk dan tersenyum.

"Permisi Bu Kania, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda," kata Moura dengan sopan.

Kania mengernyit, "bukankah kamu bilang tadi pagi kalau Saya tidak mempunyai janji temu dengan siapapun?"

"Benar Bu, tapi beliau bilang dia orang suruhannya Ayah Bu Kania,"

_Orang suruhan Ayah. Untuk apa?_ Kania bertanya-tanya dalam hati.

"Suruh dia masuk!" Perintah Kania. Moura pun pamit undur diri setelahnya.

Tak lama setelah Moura meninggalkan ruangan Kania, orang itu masuk dengan tersenyum. Kania memutar matanya malas setelah dia tahu siapa yang datang.

"Mau ngapain lagi, Kau kesini!" Katanya sembari menyalakan komputer.

Melvin tersenyum, dia berkata, "Aish.. galaknya Big Boss satu ini," Kata Melvin menggoda.

Kania meliriknya sekilas dengan malas, "Aku, sedang sibuk!" kata Gadis itu sembari mengambil salah satu map berwarna merah dimejanya, "kalau tidak penting silahkan pergi!" lanjutnya.

"Aku, membawakan-Mu makan siang!" jelasnya sembari mengangkat kantung paperbag yang dia bawa, "istirahatlah sebentar, kita makan dulu, kau bukan robot, Kania," kata Melvin.

"Taruh saja dimeja nanti Aku makan!" jawabnya dengan pandangan terpaku pada layar komputer.

Melvin tidak menyerah. Lelaki berdiri dan menarik tangan Kania, "Ayo, makan dulu. Susah payah Aku memasaknya untuk-Mu," Ujarnya dengan senyum manis.

tanpa menunggu jawaban Kania, lelaki itu langsung mengajak Kania untuk duduk di sofa besar di ruangan itu.

Kania terkejut, "Melvin sudah Aku bilang kalau Aku sedang sibuk!!" Lelaki itu bergeming.

"Duduk-lah biar Aku siapkan dulu."

Kania mendengus kesal. Wanita itu berjalan pergi meninggalkan Melvin, kembali kemeja kerjanya.

"Berani maju selangkah lagi Aku akan mencium-Mu lebih panas dari yang kemarin!" Kata Melvin datar sembari menyiapkan makanan di meja.

Kontan Kania berhenti. Wanita itu memutar badannya dan berkata, "Apa Kau sedang mengancamku tuan, Adipati?" Tanyanya tidak kalah dingin.

"Ya. Dan Aku tidak main-main dengan ucapan-Ku!"

"Apa, Kau lupa kalau ini perusahaan milik keluarga-Ku. Aku bisa memanggil semua sekuriti untuk mengusir Kau dari sini!"

Melvin tertawa, "Mereka, tidak akan berani!" Jawabnya sombong.

"Kenapa tidak! Mereka semua patuh bila Aku yang memberi perintah." Kania melipat tangannya

"Karena Aku pemilik saham terbesar disini!"

"Apa?!" Kania tercekat.

"Bagaimana bisa Kau menjadi pemegang saham disini? Aku bahkan tidak pernah bertemu Kau untuk membahas masalah bisnis?!" tanya Kania heran.

_Dasar pembual!_ pikir Kania.

"Aku, bukan seorang pembual Nona." Melvin memasukkan tangan kanannya ke saku celana jeansnya.

_Kok, dia bisa tau, atau jangan-jangan dia seorang dukun?_ pikir Kania lagi.

Melvin terkekeh, "Aku, juga bukan seorang dukun, Kania," ucap Melvin jenaka.

Tanpa diduga lelaki itu berjalan cepat dan langsung merangkul pinggang ramping Kania sebelum gadis itu sempat mengelak.

"Me-Melvin, apa-apaan ini?! Lepaskan Aku, sekarang!!" jerit Kania. Gadis itu terkejut, wajahnya memerah menahan malu.

"Bukankah Aku sudah bilang kalau Kau menolak makan, Aku akan mencium-Mu." Jarak wajah mereka sudah sangat dekat, bahkan Kania bisa mencium aroma mint dari napas lelaki itu setiap kali bicara.

"Oke, oke... Aku akan makan sekarang!" Kata Kania gugup.

"Sudah telat Nona, sekarang Aku hanya ingin memakan-Mu!" Kata Melvin ambigu. Membuat Kania semakin memerah.

Gadis itu mendorong Melvin dengan kuat hingga lelaki itu mundur beberapa langkah. Kania yang sudah lepas dari cengkeraman Melvin langsung duduk di sofa dan memakan makanan yang sudah tertata rapi disana.

Melvin tersenyum geli melihat tingkah gadis itu, dia pun ikut duduk disebelah Kania dan ikut menyantap makan siang itu.

Setelah menghabiskan makanannya, Melvin mencuri pandang ke gadis di sebelahnya. Muncul ide jail didalam kepalanya.

"Kania, apa Kau sedang sakit?"

Gadis itu mengernyit lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Lantas, kenapa wajah-Mu semerah tomat?" ucapnya Melvin menggoda.

Uhuk! Gadis itu tersedak cairan bening yang sedang diteguknya.

Melvin terkikik dibuatnya. Bagaimana bisa gadis yang luar biasa galaknya bisa semenggemaskan ini kalau sedang gugup. Pikir lelaki itu.

Kania berdiri, gadis itu berkata, "Aku sudah selesai, pulang sana!"

Melvin menghela napas pelan, "Aku sudah tahu semuanya Kania, tentang apa yang Kau rencanakan."

Deg

Jantung Kania seperti diremas mendengar kata-kata Melvin barusan.

**********