Keduanya menoleh bersamaan. Mereka terkejut saat melihat Melvin dengan santai nya mengunyah keripik kentangnya.
"Apa?" tanya polos dengan menaikkan kedua alis matanya.
"MELVIN!!!" teriak dua gadis itu bersamaan.
Kania bangkit dan menghadiahi pria itu dengan menjambak rambutnya. Vian pun ikut memukuli saudara kembarnya dengan membabi-buta.
"AWWW... Kania, Vian. Apa-apaan kalian ini!!" pria itu berusaha mengelak dari serangan kedua gadis itu.
"SEDANG APA KAU DISINI. MAU JADI PENGINTIP. HUH!!" teriak Kania kesal. Gadis itu terus menjambak rambut yang awalnya rapi.
Pria itu benar-benar kewalahan menghadapi kedua gadis itu. Kania dan Vian adalah kombinasi lengkap sebagai penyiksa yang menyeramkan.
"Kania, dengarkan dulu penjelasan Ku. Aku tidak ada maksud apa-apa, lagian disini juga ada Vian, mana berani Aku macam-macam!" pria itu mencoba menahan tangan gadis galaknya.
"Jadi kalau Aku tidak ada Kau mau berbuat yang tidak-tidak sama sahabat Ku. Begitu Melvin?!!" Melvin maupun Kania mendelik galak.
"VIAN!!" teriak keduanya serempak.
Vian terperanjat. "Kenapa?" nona muda adipati itu kebingungan.
_Apa Aku salah bicara, ya?"_
Lama mereka terdiam. Hingga Melvin bisa melepaskan cengkeraman tangan Kania dari rambutnya.
Gadis itu tersadar dan berusaha menjambak lagi dan lagi, namun kali ini Melvin bisa menahan tangan gadis itu dengan menggenggamnya erat.
"Melvin, lepas!!" gadis itu berontak. Dia ingin menyerang kembali pria itu.
"Kania, dengarkan Aku dulu!"
"APA?!" gadis itu melotot dengan horor.
"Kancing baju Kamu yang atas kebuka."
What the .... ! Kania membelalak, gadis itu melihat kearah dadanya. Ternyata dua kancing teratas piamanya terlepas. Sehingga menampilkan sebagian pakaian yang berada dalamnya. Kontan wajah Kania memerah menahan malu. Gadis itu langsung menghentakan tangan Melvin dan memunggungi pria itu.
Dengan cepat dia mengancingi kembali piamanya hingga bagian kerah. Gadis itu kembali duduk dilantai dan menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan yang bertumpu pada kakinya yang ditekuk.
Kania benar-benar kehilangan muka saat ini. Pikirannya berputar-putar. Sejak kapan kancing bajunya terlepas? Apa mungkin ketika dia mulai melampiaskan kekesalannya pada pria itu?
Lalu kenapa Melvin baru memberitahunya setelah sekian lama? Astaga ....! Itu berarti Chef mesum itu sudah mencuri kesempatan dalam kesempitan. Dasar laki-laki sialan!!. Kania benar-benar malu untuk sekedar mengangkat wajahnya. Bahkan dia mengabaikan pertengkaran dua saudara itu.
"Kania." Pria itu mencoba duduk di sebelah gadis galaknya.
"PERGI SANA!!" kata Kania sembari mempertahankan posisinya.
"Kania, Aku benar-benar minta maaf. Aku bahkan belum sempat melihat benda 'itu' da—" belum sempat Melvin menyelesaikan ucapannya. Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Melvin tajam, "jadi Kau menyesal karena belum sempat melihatnya. Iya?!"
Melvin gelagapan, "Bu... bukan begitu maksud Ku."
"Kalau papah sampai tahu kejadian ini, tamat sudah riwayat Mu Vin!" Vian memijat pelipisnya.
"masuk ke kamar seorang gadis tanpa permisi. Walaupun dia calon istrimu, bukan berarti Kau bisa seenaknya memasuki daerah pribadinya!" tambahnya dengan nada jengkel yang kentara.
"Hei ...! sudah Ku bilang, ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Aku tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang agama," tegas Melvin
"Halah... Kau bahkan sudah pernah merasakannya sewaktu di Italia. Apa Kau lupa Melvin!" nona Adipati itu menatap kembarannya dengan jijik.
"AKU DIJEBAK VIAN!!" Melvin tidak terima, pria itu meninggikan suaranya, "bukankah sudah Aku ceritakan semuanya dirumah waktu itu!"
"Aku dipaksa meminum-minuman itu agar mereka bisa menjatuhkan nama baik perusahaan ADIPATI.GROUP, mereka tahu siapa sebe—" Melvin menghentikan ucapannya. Hampir saja ia keceplosan.
"Mereka siapa?? Tahu tentang apa??" tanya Kania. Gadis itu yang awalnya tidak peduli kini menjadi penasaran.
"Bukan urusan Mu. Lagi pula ini hanya masalah keluargaku bukan masalah yang harus dibesar-besarkan." Melvin tersenyum getir ketika mengatakan itu kepada gadis galaknya.
_Maafkan Aku Kania, belum saatnya Kamu tahu segalanya._
"Vian, apa ada masalah dengan perusahaan keluargamu. Kenapa Kau tidak pernah cerita padaku," tanya Kania.
Vian mengerutkan dahinya, "Aku tidak tahu apa-apa. Waktu itu si bodoh ini," Vian menendang pelan kaki Melvin, "hanya cerita tentang kejadian skandalnya di Italia. Setelah itu Aku benar-benar tidak tahu." Jawab Vian jujur.
"Sebenarnya ada apa, Melvin?? Apa yang sedang Kau sembunyikan?? Apa ini ada kaitannya dengan kejadian beberapa tahun yang lalu?" tanya Vian penasaran.
Gadis itu yang awalnya berdiri kini ikut duduk disebelah Melvin. Menuntut penjelasan dari kata-kata yang tidak sempat dituntaskannya.
**********