Chereads / BUKAN SUAMI SEMPURNA / Chapter 14 - 14. Putih Abu-abu.

Chapter 14 - 14. Putih Abu-abu.

"Melvin?"

Chef muda itu menoleh kearah suara itu.

"Sedang apa kau disini? Bukankah kau bilang ingin izin sehari?" Tanya Niko saat sudah berada di belakang Melvin.

Tuan muda Adipati itu menghela napas pelan, "Tadinya ... tapi tidak jadi."

"Kenapa?"

"Ini gara-gara Vian, aku jadi mendapatkan ceramah panjang dari papah, mamah tadi pagi." Chef itu berbicara sembari terus sibuk dengan daging olahannya.

Niko tersenyum geli, "Ada apa lagi memangnya? Aku jadi heran? Kalian dua saudara kembar, tapi aku tidak pernah melihat kalian akur." Niko melipat tangannya ke dada.

"Huh ..!" Chef itu menghembuskan napas kasar, " si cerewet itu memberitahu ke orang tua kami kalau aku mengunjungi kamar Kania kemarin malam."

Niko terkejut, "ASTAGA ... kau pergi ke kamar gadis itu kemarin malam!"

Dapur restoran yang awalnya sangat sibuk melayani pesanan tamu, mendadak diam memandangi mereka berdua.

Melvin mendelik galak kearah sahabatnya. Niko hanya menggaruk-garuk leher belakangnya yang tak gatal.

"Ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Kembalilah ke pekerjaan kalian masing-masing!" perintah Melvin. Semua staf pun kembali pada tugasnya masing-masing. Walau bisik-bisik antara staf tidak dapat di hindari.

"Kau sama cerewetnya dengan kembaranku!"

"He .. he .. he ... maaf, aku tidak bermaksud membuatmu dalam masalah."

Melvin memutar matanya malas.

"Jadi ... apa saja yang kau lakukan dikamar gadis itu? Apa terjadi sesuatu yang menyenangkan disana? " Niko menaik-turunkan alisnya.

Melvin mendengus, "Apanya yang menyenangkan. Badanku remuk tidak karuan karena di siksa habis-habisan sama kedua gadis itu."

"Kedua gadis?" mata Niko membulat seketika, "kau main dengan dua gadis sekaligus??"

Melvin terkejut dengan apa yang didengarnya barusan, "Hei ..! Jangan menyebar gosip yang tidak-tidak!! Yang aku maksud Kania dan Vian!"

"Oh .... Makanya kalau bicara jangan setengah-setengah. Aku pikir kau sudah jadi anak nakal," kata Niko menggoda.

"Isi kepalamu itu yang terlalu kotor sehingga tidak bisa mencerna dengan baik ucapanku."

"Hahaha" Niko menepuk bahu Melvin lalu pergi meninggalkan Chef itu.

Pukul 5 sore Melvin sudah selesai dengan semua pekerjaannya. Pria itu bergegas melajukan Range Rover miliknya menuju kerumah si gadis galak yang mulai menguasai pikirannya.

Setibanya Melvin dirumah Kania. Pria itu langsung disambut hangat oleh bunda Rani dan sedikit berbasa-basi dengan calon ibu mertuanya. Namun kenyataan pahit langsung menyapa Melvin ketika dia menanyai dimana sang pujaan hati.

Bunda Rani mengatakan, kalau beberapa jam yang lalu Kania pamit untuk menemui teman semasa SMA nya.

"Teman SMA-nya, tante?"

Bunda mengangguk dengan mantap sebagai jawaban.

"Berarti Vian juga ikut?"

Walau Melvin belum begitu menganal bagaimana kehidupan Kania, tetapi dia sudah mengetahui kebiasaannya melalui Vian. Gadis kembarannya itu selalu bercerita bahwa Vian dan Kania selalu bersama jika berada diluar jam kerja mereka masing-masing.

"Setahu Bunda tadi Nia bilang dia mau pergi sendiri. Katanya Vian tidak ikut karena dia sedang sibuk dengan pekerjaannya."

Melvin mengernyitkan dahi, "kira-kira Bunda tahu tidak, Kania pergi Kemana?"

"Mungkin dia pergi ke kafe biasa. Coba kamu susul kesana, siapa tahu Kania ada disana."

Pria itu pun pamit, dan bergegas menuju alamat kafe yang diberikan bunda Rani.

---xXXx---

"Makasih," Kania menerima minuman yang dia pesan.

"Jadi ... kamu tinggal di mana sekarang Bim? Atau harus kupanggil kau tuan Bima seperti asistenmu tadi? " Ucap Kania jenaka. Gadis itu menyesap cairan berwarna biru itu sedikit.

Bima terkekeh, "kau bisa memanggilku apapun yang kau mau."

"Lama tidak bertemu kau sudah punya perusahaan besar sekarang. Mungkin lebih besar dari perusahaan yang aku kelola saat ini."

"Ah ... mana ada, jelas-jelas perusahaan keluargamu lebih besar. Bahkan berkembang pesat saat kau menjabat sebagai CEO."

"Ya ... tetap saja Bim, aku sedikit terkejut saat tahu klien bisnisku ternyata siswa yang tidak pernah absen dari ruang guru BP."

"Kau ini sebenarnya mau memujiku atau menghina sih?!" Bima mengatakannya dengan nada seolah sangat terluka.

Keduanya tergelak bersama. Mengingat masa-masa putih abu-abu memang mempunyai kesan manis tersendiri. Mulai dari kenakalan-kenakalan ala remaja pubertas, hingga cinta-cintaan yang kadang sangat menggelitik untuk dibahas.

Begitu pula dengan Kania. Dimasa-masa itulah dia mengenal siapa yang benar-benar ingin menjadi temannya dan yang hanya 'katanya' teman. Kania memang gadis yang sedikit unik. Gadis itu lebih suka menyendiri, dia lebih sering menghabiskan banyak waktunya di perpustakaan sekolah.

Banyak siswa maupun siswi sering mencibir sikap dingin Kania. _Cantik-cantik judes_ kata salah satu teman sekelasnya satu hari di jam istirahat sekolah.

Bahkan tidak sedikit juga yang menghinanya atau mungkin karena mereka iri dengan kecantikan Kania?. Gadis itu memiliki mata coklat terang dengan kulit putih mulus yang terawat, bibirnya segaris tipis dengan hidung yang sedikit mancung dan semua itu didukung dengan rambut hitam lebat yang panjang.

Kania jarang sekali tersenyum. Tapi kalau gadis itu sudah tersenyum, maka sudah bisa dipastikan kaum adam akan langsung bertekuk lutut.

Senyum nya begitu manis, sampai-sampai dia pernah mengerjai Bima dan tentu saja dengan bantuan Vian. Gadis itu tiba-tiba saja duduk disebelah Bima dengan senyuman mautnya. Saat itu Bima yang sedang menyalin PR dikelas, langsung membeku saat melihat gadis itu tersenyum. Pria itu kesulitan hanya untuk sekedar bernapas hingga tanpa sadar cairan merah keluar dari lubang hidungnya(mimisan).

Kania tertawa lepas kala mengingat kejadian itu. Sementara Bima hanya menunduk malu.

"Aku, pulang sajalah! Aku merasa di dzolimi disini!" kata Bima cemberut.

"Eh .... jangan dong! Gitu aja ngambek kayak ABG labil dih!." Wajah Kania memerah menahan tawa.

**********