Dengan penuh semangat Melvin melajukan Range Rover miliknya menuju rumah kania. Bahkan pria itu tak lupa membelikan se-buket bunga mawar putih dan Brownies Red Valvet untuk gadis galaknya.
Sepanjang perjalanan senyum merekah keluar dari wajah Chef tampan itu. Ada perasaan berbeda kali ini ketika dia ingin bertemu dengan gadis galaknya. Walaupun sebenarnya dia juga masih ragu akan perasaan nya terhadap gadis itu.
Pintu gerbang berwarna hitam itu terbuka saat Melvin sudah sampai didepan rumah Kania. Chef itu pun melajukan mobilnya masuk ke pekarangan rumah itu. Dilihatnya ayah Haryo dan bunda Rani sedang duduk-duduk santai diteras rumah, seperti sedang berbincang-bincang sesuatu.
Melvin keluar mobil dengan tersenyum. Dia menghampiri ayah Haryo dan bunda Rani. Mengucapkan salam dan mencium punggung tangan kedua pasangan paruh baya itu tak lupa dilakukannya.
Melihat gelagat Melvin yang membawa buket bunga, bunda Rani tersenyum penuh arti. Sudah bisa ditebak anak muda satu ini pasti ingin bertemu putri cantiknya.
"Ada yang mau malam mingguan nih," kata bunda menggoda.
Melvin tersipu. Ayah Haryo tersenyum.
"Kania, nya ada tante?" tanya Melvin.
"Ada. Vian juga ada," jawab bunda Rani.
"Saya, bole—"
Tunggu dulu....
_Vian?!_ Melvin mengernyit.
"Sedang apa, Vian disini?" Lelaki itu menatap Ayah-bunda bergantian.
Ayah Haryo terkekeh, "sepertinya Nak Melvin terlalu lama berada di Italia sampai-sampai tidak tahu kebiasaan dua sahabat itu."
Melvin semakin bingung.
"Kania dan Viana, kalau malam minggu seperti saat ini sering menginap, entah itu dirumah Kania atau dirumah Viana. Rumah kamu." Jelas ayah Haryo.
"Ya sudah, ayo Melvin masuk." Ajak bunda Rani.
Ayah, bunda masuk terlebih dulu kedalam rumah, sementara Melvin mengekori mereka dari belakang. Semangat 45 yang sempat membara seperti hanyut begitu saja di bawa aliran sungai yang ujungnya entah ada dimana.
"Kamar Kania ada diatas," kata Bunda sembari menunjuk kearah tangga, "Kamu naik aja keatas ada Vian juga disana."
Melvin mengangguk sebagai jawaban.
Ayah Haryo dan bunda Rani berlalu meninggalkan Melvin yang masih berdiri didepan tangga.
_Arrgg... bocah itu mengganggu saja!!_ Lelaki itu mengacak-acak rambutnya.
Melvin menaiki tangga dengan sedikit kesal. Rencana ingin malam mingguan dengan gadis galaknya gagal sudah.
Sesampainya di lantai 2. Lelaki itu menepuk keningnya sembari merutuki kebodohannya.
_Kamarnya Kania yang mana??_
_Dasar bodoh!! kenapa tadi tidak tanya dulu sama ayah Haryo_
Lelaki itu bersandar pada tralis tangga dengan sebelah tangannya. Melvin mencoba memikirkan cara untuk memberikan buket bunga cantiknya pada Kania tanpa diketahui saudara kembarnya.
Lelaki itu menghembuskan napas kasar saat tidak ada satu pun ide yang muncul dikepalanya. Tidak mungkin ia memberikan bunga itu didepan Vian, bisa-bisa dia di bully habis-habisan dengan mulut cerewet khasnya.
"Eh... ada Den Melvin." Ucapan mbak Sri mengagetkan Melvin.
"Si.. Mbak bikin kaget aja!" kata Melvin sembari memegangi dadanya.
Mbak Sri tersenyum, "Mari Den Saya permisi dulu." Mbak Sri menunduk hormat dan berlalu.
"Mbak..." panggil Melvin. Dia bermaksud menanyai kamar gadis galaknya.
Mbak Sri menengok kearah suara itu.
"Maaf, kamarnya Kania ada di sebelah mana ya?"
"Oh... kamarnya non Kania ada di pojok sana Den. Pintunya warna hitam yang ada gambar mawar putihnya, Den." Kata mbak Sri menjelaskan.
"Oh makasih, Mbak." Melvin tersenyum dan berlalu setelahnya.
Sesampainya didepan kamar gadis galaknya, lelaki itu gugup setengah mati. Pria itu mondar-mandir dengan gelisah, antara ingin bertemu namun berpadu dengan pikiran yang kalut.
_Apa Aku pulang saja?_
_Ah.. tidak, tidak. Susah payah Aku kesini masa pulang dengan tangan hampa_
_Tapi bagaimana dengan Vian??_
_Arg.. masa bodo masuk sajalah!!_
Melvin memutar gagang pintu itu. Sempat dia pikir kamar gadisnya terkunci tapi ternyata tidak. Pria itu masuk dengan perlahan, dilihatnya dua gadisnya sedang duduk bersila dilantai tepat didepan ranjang king size milik Kania. Mereka sedang asyik menonton drama Korea dengan ditemani beberapa camilan.
Melihat kedua gadis itu bergeming, seringai jahil Melvin terbit.
Ditaruhnya bunga di atas nakas yang berada di sebelah ranjang besar itu. Dengan perlahan pria itu menaiki ranjang dan mendekat kearah gadis galaknya dengan posisi tengkurap.
Sepersekiandetik Melvin tersenyum melihat gadis yang sedari tadi menguasai pikirannya. Gadis itu memakai piyama bermotif Winy the pooh berwarna pink dan rambutnya diikat cepol asal keatas sehingga menampilkan leher jenjang Kania.
Melvin tersenyum saat mengingat kejadian dikantor Kania beberapa hari yang lalu. Saat dia dipeluk gadis itu. Aroma tubuh gadis galaknya benar-benar memabukkan. Bahkan dimalam harinya Melvin tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus saja terbayang aroma memabukkan itu.
_Gawat!_ katanya dalam hati. hanya dengan membayangkannya saja sukses membuat sesuatu sesak dibawah sana.
Alarm tanda bahaya berdengung dengan keras di kepala Pria itu. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya ke televisi. Jangan sampai papah nya memenggal kepalanya karena menerjang gadis itu disini.
_Sabar Melvin. Sabar. Oke_ bisiknya kepada dirinya sendiri.
Melvin pun ikut menikmati acara drama di televisi itu. Beberapa saat kemudian dia merasa jenuh dengan adegan-adegan di TV. Ya... memang Melvin tidak terlalu suka dengan drama, pria itu lebih suka genre action atau horror.
Dua gadis itu juga belum menyadari kehadirannya.
"Kalian gak bosen apa nonton drama-drama kayak gini??" Pria itu mengambil kripik kentang dari tangan Vian.
"Berisik!! Kalau tidak suka ja—" Vian tercekat. Kania membelalak. Mereka baru sadar jika ada orang lain dikamar itu.
Keduanya menoleh bersamaan. Mereka terkejut saat melihat Melvin dengan santai nya mengunyah keripik kentangnya.
"Apa?" tanya polos dengan menaikkan kedua alis matanya.
"MELVIN!!!" teriak dua gadis itu bersamaan.
**********