Satu ciuman cukup lama mendarat tepat Bibir Kania, gadis itu mematung. Gugup, terkejut bercampur menjadi satu. Ini pertama kalinya ada pria yang berani menyentuh Kania tepat di bibirnya. Melumatnya dengan lembut, hingga.....
"Kania, Melvin, sedang apa Kalian disini?" Ucap Eka ibunda Melvin.
Baik Melvin maupun Kania sama-sama terkejut, terlebih lagi Melvin. Lelaki langsung melepas ciumannya dengan tidak rela.
_Aish... mamah ngapain sih disini!!_
Kesempatan itu dipakai Kania untuk lepas dari lelaki itu, dia langsung menghambur ke pelukan Eka dan menagis.
Melvin menggeram dalam hati.
Sang mamah cukup terkejut karena Kania langsung menangis ketika memeluknya, "Kania, ada apa sayang?" sembari mengelus surai hitam Kania, mamah Eka bertanya.
Gadis itu bergeming. Jari-jari tangannya semakin mengeratkan pelukan. Eka sang mamah menoleh kearah Melvin dengan tatapan tajam.
"Melvin! Apa yang sudah Kau lakukan?! Kenapa Kania menangis seperti ini!!" Tanya Sang mamah mengintimidasi.
Melvin menggaruk kepalanya, dia berkata, "Kania dan Aku tadi hanya sedang bicara lalu..." ucapannya menggantung begitu di udara.
"Lalu kenapa??" tanya Eka tidak sabar.
Melvin menghirup udara dalam-dalam, " lalu Aku tidak tahan untuk menciumnya jadi sa—"
"Kamu apa tadi?!!" tanya sang mamah tidak percaya.
"Tapi Melvin beneran tidak sengaja Mah," jelasnya, "tadinya Melvin hanya ingin membungkam mulut cerewetnya, tapi Aku--- ADUHH..!" Melvin meringis kesakitan setelah satu buah sepatu mendarat tepat di punggungnya.
Saat dia menoleh ke belakang, Vian sedang berjalan kearahnya sembari menenteng beberapa tas belanjaan.
"Kau, apa kan sahabat-Ku sampai dia menangis seperti itu!"
Melvin masih meringis kesakitan sambil memegangi bagian belakang tubuhnya,
"Kau, anak bawang diam saja! Tidak usah ikut campur urusan orang dewasa!"
Vian berdecak pinggang, " Hei... Dia itu sahabat-Ku kalau Kau lupa, dan siapapun yang menggagunya akan berurusan juga sama Aku!" jawab Vian ketus.
Melvin mencibirnya, "Halah... paling Kau bersaha—" sang mamah yang geram langsung memotong ucapan Melvin.
"Cukup... Kalian ini kalau ketemu selalu ribut, tidak bisakah sekali saja kalian berdamai dan akur layaknya saudara pada umumnya!"
Vian dan Melvin saling menatap seolah berkata 'Tidak mungkin'. Keduanya sama-sama membuang pandangan dan sibuk pada pikirannya masing-masing.
Melvin melirik Kania, ternyata gadis itu sudah melepaskan pelukannya dari sang mamah. Namun saat ia mendekatinya, Kania malah menghindar dan bersembunyi di belakang mamahnya. Kontan saja sang mamah langsung melotot dengan horor kearah Melvin.
"Kania, Aku benar-benar minta maaf, Aku tidak bermaksud melecehkanmu, tadi," Kata Melvin memelas.
Gadis itu tetap bergeming. Melvin hanya menghela napas lelah, awalnya dia pikir Kania hanya bersandiwara seperti dikafe barusan. Tapi nyatanya gadis itu benar-benar merajuk, dan parahnya lagi sang mamah terus saja menyalahkannya.
"Tante, Aku mau pulang aja," lirihnya kepada mamah Eka namun masih bisa didengar Melvin.
"Biar Aku antar," ajak Melvin cepat.
Kania mengeratkan pegangan tangannya dilengan baju mamah Eka, dan Sang Mamah pun menyadari ketakutan Kania.
"Kania," Kata mamah Eka lembut, "Kania, pulang bareng sama kita ya, nanti kalau Melvin nakal lagi tante jitak kepalanya," lanjutnya berusaha menggoda.
Melvin mendengus, "apaan sih mah, emangnya Melvin anak kecil, apa!"
Vian meninju pelan bahu Melvin, "sudah, sana siapkan mobilnya dan jangan banyak protes!" ucap Vian.
Lelaki itu pasrah dan mengalah, dari pada harus mendengar ceramah panjang Vian dan mamah, pikirnya sembari menyalakan mobil itu.
***
Dalam perjalanan, Melvin yang sedang mengemudi tak henti-hentinya menggerutu kesal. Bagaimana tidak? Ketiga wanita itu kompak duduk di kursi belakang penumpang, menyisakan Melvin sendiri dikursi depan seorang.
"Tidak bisakah salah satu dari kalian menemaniku didepan!" ucapnya kesal.
Kekesalannya pun bertambah kala ketiga wanita itu hanya diam saja tak menanggapi. Sesekali dia melirik mereka dari pantulan kaca spion. Vian yang sedang sibuk dengan ponselnya, Kania yang sibuk dengan alat tulis yang ia bawa, sedangkan sang mamah? Wanita paruh baya itu asyik tertidur ditangah para gadis.
_Terlalu...! apa mereka pikir Aku ini sopir pribadi mereka?!_ gumamnya dalam hati.
Sesampainya didepan rumah Kania. Gadis itu langsung masuk kedalam rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mamah Eka menghela napas. Dia berkata, "tidak semua wanita terbiasa dengan sentuhan laki-laki, Melvin. Seharusnya Kamu lebih bisa menjaga sikap bila didekat Kania," Melvin hanya mangut-mangut.
Melvin menyugar rambut nya ke belakang. Sungguh, dia tidak tahu kalau Kania belum pernah berciuman sebelumnya. Apa lelaki itu menyesal? Tentu saja tidak, bahkan binar bahagia terukir jelas diwajahnya.
"Mau sampai kapan Kamu memandangi pintu pagar itu, Melvin?" ujar Eka sang mamah mengejutkan Melvin.
Lelaki itu hanya membalas dengan tersenyum. Dia kembali memasuki mobilnya dan berlalu menjauh dari rumah itu.
Tidak jauh dari rumah Kania, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi mereka. Hatinya mendidih, wajahnya memerah kala mengingat kejadian diparkir-an kafe tadi.
"Beraninya Kau menyentuh gadis-Ku!!" pria itu memukul keras setir mobilnya, "Aku akan buat hidupmu penuh dengan penyesalan. Tunggu tanggal mainnya tuan, Adipati!!" gumamnya.
Pria itu melajukan mobilnya, "permainan dimulai. Kita lihat siapa yang akan dipilih Kania nanti!" Katanya menyombongkan diri.
***********