Terlahir Kembalinya Dua Orang Penyihir
>TK2OP
Chapter 11: kembalinya sang heroin
Setelah beberapa jam pingsan, kine pun bangun. Saat itu Kine Menyadari bahwa ia sedang tidur di bawah pangkuan Kanna. Kanna tersenyum sambil melihat wajah Kine yg tertidur serta mengelus-elus lembut kepala Kine.
Kine membuka mata
"Aaaarrrrggghhh!!" teriak Kine, ia masih terbayang-bayang rasa sakitnya.
Melihat kine berteriak sambil bangun, Kanna langsung memeluk Kine, dan meletakan kepala Kine di dadanya.
"Tenang, Kine tenang. Aku di sini, jadi kau bisa tenang," ucap Kanna dengan suara yang sangat lembut menenangkan Kine.
Kine seketika terdiam. Ia langsung merasa lebih baik, di peluk oleh orang yang kau cintai itu pasti sangat nyaman. Kine langsung ikut memeluk Kanna, dan mulai meneteskan air mata.
"Heuh, terima kasih, Kanna. Aku sudah agak mendingan, tadi aku berfikir akan benar-benar mati," hela Kine sambil menatap kanna dengan tatapan yang lembut.
"Tentu saja Kine. Itu tugasku sebagai istrimu, yah. Walau di kehidupan sebelumnya itu tertunda," balas Kanna membalas senyumannya.
Kine pun langsung tersenyum kecil, dan menempelkan kedua dahi mereka
"Iya, aku tau. Dan kau adalah orang yang paling berharga bagiku, ingat itu," ucap Kine lagi yang tanpa ragu menempelkan kedua dahi mereka. Mereka berdua lalu tertawa kecil
"Tentu saja, dan kau juga."
"Oh iya, kenapa kau bisa merasaka rasa sakit itu? Apakah seseorang melakukan sesuatu padamu? Jika iya, tenang saja. Aku pasti akan menghajar orang tersebut," tambah Kanna sambil melihatkan pukulanya dan terlihat bersemangat.
Kine tersenyum kecil melihat tingkahnya, dan kemudian memukul halus kepala Kanna.
"Tidak, bukan itu semua. Lihat ini," jelas Kine sambil mengeluarkan batu pengetahuan dari telapak tangannya.
"Itu semua karena ini," tambahnya.
"Eh? Tunggu! Bukankah itu batu pengetahuan. Bukankah itu harusnya sudah hancur?" respon Kanna dengan agak kuat karena kaget.
"Sshhstt, jangan kuat-kuat bicaranya. Yap, dugaanmu benar. Batu pengetahuan memang hancur, tapi tidak hancur secara total. Rupanya selama ini batu pengetahuan berada di dalam tubuhku, dan menggunakan mana ku yang harusnya sangat melimpah untuk memulihkan diri, jadi saat ini ia sudah menganggapku sebagai tuannya," balas Kine menjelaskanya lagi.
"Eh? Lalu kau sekarang ini memiliki kapasitas mana yg sangat minim? Lalu bagaimana caramu menggunakan sihir sekarang," tanya Kanna dengan kaget dan langsung mendekat ke mukaku. Mukanya terlihat begitu serius.
"Tenang, aku memiliki cara sendiri untuk mengatasinya," jawab Kine dengan santai dan tersenyum lebar.
"Eh? Tapi, apakah kau benar-benar—." Sebelum Kanna menyelesaikan perkataannya, seseorang menggedor-gedor pintu kine.
Kine dan kanna langsung melihat ke arah pintu
"Hey sampah! Bangun, apakah kau bolos kelas hari ini!?" teriak seseorang yang berada di luar kamar Kine, menurut suaranya, dia pasti seorang laki-laki.
Mendengar perkataanya, tiba-tiba Kanna memasang pandangan kosong dan terlihat sangat marah.
"Hey sampah!! Apa kau dengar? Hari ini kita ada tes bertarung lagi," teriaknya lagi sambil menguatkan pukulannya ke pintu.
"AKU AKAN MEMBUNUHNYA," Ucap Kanna singkat, ia langsung menggunakan move untuk berdiri di pintu belakang pintu ku. Dengan cekatan Kanna langsung membuka pintu itu.
"Nah, akhirnya kau bangun juga sam—." Sebelum menyelesaikan perkataannya, laki-laki itu langsung kaget dengan pemandangan yang ia lihat pertama kali saat pintu terbuka.
Ia di sambut dengan tombak es yang sangat runcing dan besar. Yang semakin lama semakin membesar di depan matanya.
Kine dengan cekatan menggunakan move untuk berteleportasi ke depan Kanna, kemudian kine memegang kedua tangan Kanna yang sedang merapal, lalu kine mendorongnya ke dinding.
"Hey Kanna!! Tenang lah tenang, aku tidak masalah dengan panggilan itu," tegur kine mencoba menyadarkanya.
"Aku akan membunuhnya, aku akan membunuhnya, aku akan membunuhnya," gumam Kanna masih dengan pandangan yang kosong.
"Ckkk," decit Kine kesal.
Saat itu Kine langsung mencium Kanna untuk menenangkanya, beberapa detik berlangsung ciuman tersebut. Kanna kembali normal.
"Hey, Kanna dengar, aku tidak masalah dengan hal itu, jadi kau jangan membuat masalah okey?" tegur Kine dengan serius dan menatap tajam mata Kanna.
Kanna yang tersipu malu, memalingkan wajahnya. Ia kemudian memegangi bibirnya dan tersenyum senang. Beberapa saat kemudian kanna tersentak dan sadar, lalu menjawab.
"Ta-tapi, mereka memanggilmu sampah, aku tidak akan memafkan mereka jika memanggilmu seperti itu."
"Tenang lah Kanna, aku tidak masalah dengan panggilan itu okey? Nanti aku sendiri yang akan mengatasi panggilan itu, jika kau melakukan hal itu tadi. Maka panggilan ku akan semakin, sampah yang hanya bisa bersembunyi di belakang perempuan, kau mau seperti itu?" jelas Kine sambil menatap serius Kanna.
"Ta-tapi, heuh," hela Kanna lalu melihat ke arah yang yang di ancamnya tadi. Orang itu sudah terduduk kaku dan mengompol.
"Yah kupikir melakukan ini memang hal yg salah," balas Kanna, berhasil tenang.
Kanna kemudian mengangkat tangannya kedepan ke arah kepala orang yang terduduk itu. Beberapa saat kemudian keluar cahaya yang menyilaukan dari telapak tangannya. Orang itu yang melihat telapak tangan kanna, kemudian pingsan dan ingatanya di hapus selama 5 menit sebelum ia pingsan. Jadi ia tidak akan mengingat apapun.
"Haahhh, ah sudahlah, mari Kita ke arena saja," ucap Kine mencoba melupakan pemandangan yang ia lihat dan apa yang barusan terjadi.
"Okey," jawab Kanna dengan tersenyum.
Kemudian Kanna langsung mendekat ke Kine dan menjatuhkan badannya kepelukan Kine, disaat yang sama Kine memeluk kanna. Kine kemudian menggunakan 'Teleport' untuk langsung berteleportasi ke kursi penonton di arena.
"Kau tunggu di sini saja ya, ingat jabatanmu di sekolah ini, jangan mengejutkan mereka," perintah Kine dengan jelas.
"Hmmmm, okey," balas Kanna dengan berexpresi sedih.
"Hey, jangan sedih begitu. Nanti aku akan membawa mu jalan-jalan, sekalian aku ingin melihat-lihat isi dunia ini, oke?" ucap Kine mengelus-elus kepala Kanna.
"Hmmm, beneran?" Kanna langsung merubah ekspresinya.
"Iya beneran," balas Kine sekali lagi sambil tersenyum.
"Horeeee, baiklah," ucap Kanna yang terlihat senang, ia lalu duduk di kursi penonton dengan tenang, semua orang di dalam arena belum menyadari keberadaan mereka berdua, dan khusus untuk gurunya. Ia terlalu bodoh untuk tidak selalu mengaktifkan skill pendeteksi keberadaan miliknya.
Kemudian kine kembali berteleportasi ke pintu masuk, dan masuk dengan langkah kaki yang normal.
"Hey sampah! Darimana saja kau? Lawan aku, kebetulan sekarang giliran kita berdua untuk maju," ucap seseorang yang sedang berada di atas panggung arena menantang kine.
Tiba-tiba kine dan guru tersebut langsung menyadari ada aura membunuh dari kursi penonton. Kine agak mengalihkan pandangannya sebentar, dan kemudian menatap daerah di mana Kanna duduk sambil tersenyum. Beberapa detik kemudian, hawa membunuh itu menghilang.
"Hey anak-anak, kalian berlatih sendiri sebentar, bapak ingat harus melakukan sesuatu," ucap guru tersebut yang pernah menghina Kine, ia ingin memeriksa daerah di mana asal hawa membunuh itu berasal.
"Baik pak!"
"Hey, ayo naik ke atas arenanya. Apa kau takut?" tantang orang itu lagi.
Kine menjawab tantangan nya dengan senyuman merendah, lalu menggunakan move untuk langsung berdiri di dalam arena.
"Hey? Tumben kau tidak pingsan? Ada peningkatan kah?" tanya orang yang menantang kine, bermaksud merendahkanya.
Kine kemudian lagi-lagi tersenyum menghinanya.
"Menurutku kau bahkan yang sekarang itu seperti semut dihadapanku."
"Apa! Kau menghinaku? Dengar ya. Aku akan mengalahkanmu dengan hanya 3 gerakan, camkan itu!"
"Heeeh? Menarik, kalau begitu, aku balik kan kata-katamu, dan menambahkanya, aku akan mengalahkan mu dengan hanya 1 gerakan."
"Kau!! Berani menghinaku lagi? Mati!" teriak orang itu, yang langsung maju.
>> Bersambung <<
~Higashi