Kringggg....
Venus mendengar ada suara bel rumah berbunyi. Entah siapa yang malam-malam begini berkunjung ke rumah Venus. Venus masih terdiam membeku karena ia tak tahu siapa yang berkunjung ke rumahnya saat-saat seperti ini. Dengan segenap hati, Venus memberanikan diri untuk mengecek siapa yang malam-malam begini datang ke rumahnya.
Venus mulai membuka pintu rumahnya yang berukuran dua kali pintu rumah biasa. Setelah pintu itu terbuka, ternyata ada seorang laki-laki yang sudah berdiri di depan rumahnya. Venus cukup terkejut dengan kedatangan laki-laki itu.
"Al!" Venus terkejut ternyata yang datang kerumahnya malam-malam seperti ini adalah Al. Pertanyaan, kenapa laki-laki itu datang kerumahnya di jam malam seperti ini?
"Handphone lo, tadi ketinggalan." Al menyodorkan handphone pada sang pemilik hp itu.
"Kok bisa?" Tanya Venus mengecek tas nya, ternyata memang handphonenya tak ada di dalam tas yang ia kenakan.
"Tadi lo lupa bawa handphone lo pas di tempat makan, terus pas gue panggil lo nggak denger." Al memberi penjelasan kenapa handphone Venus ada pada dirinya.
"Kok bisa ya? Padahal tadi udah dimasuki ke dalam tas." Venus masih tak tahu kenapa handphone itu ada pada Aldrich.
"Heh udah malam jangan pacaran!" Teriak Brian dari dalam mobil.
"Brian?" Venus terkejut juga dengan suara Brian yang ternyata ada di rumahnya juga.
"Iya! Gue masih sama dia sekarang. Mereka juga mau pulang setelah ke rumah lo." Aldrich memberi penjelasan kenapa dirinya masih bersama ketiga sahabatnya.
"Makasih ya." Ucap Venus merasa berterima kasih pada Al. Jika laki-laki itu tak menemukan handphonenya, mungkin Venus akan menangis sepanjang hari.
"Yaudah gue mau pulang dulu, salam buat Mama lo ya." Ucap Aldrich lalu membalikan badan dan meninggalkan rumahnya Venus berasa ketiga sahabatnya.
Venus menutup pintu rumahnya. Dari balik pintu itu, Venus tertawa ria karena bisa sedekat ini dengan Aldrich. Aldrich? Jangan ditanya, laki-laki masih diambang batas hatinya. Antara terlalu peduli dan suka beda tipis jika Aldrich yang melakukannya.
Banyak perempuan yang merasa dirinya dicintai oleh Aldrich padahal laki-laki itu hanya terlalu peduli padanya. Tak terkecuali Venus.
"Kok jadi mau keluar gini ya jantungnya." Venus memang dadanya yang berdetak sangat kencang.
"Dorrrr." Tiba-tiba saja Mars mengejutkan Venus dari balik badannya.
"Sapi kau!" Venus latah karena terkejut dengan kedatangan Mars yang tiba-tiba.
"Nama bagus-bagus diganti sapi. Enak aja, nggak ijin-ijin lagi." Ucap Mars marah karena nama indahnya diganti sapi oleh Venus.
"Siapa suruh buat Venus kaget, ya gitu jadinya. Lagian bagusan sapi daripada nama kakak sekarang, wleeee." Venus memikirkan lidahnya mengenal Mars kalau berlari menuju ke kamarnya.
"Jangan lari nanti jatuh!" Teriak Mars dari bawah. Dirinya masih peduli pada Venus sekalipun sang adik terkadang membuat dirinya kesal.
"Dasar bocah labil." Ejek Mars tersenyum simpul.
Venus berlari menuju kamarnya sambil tersenyum tanpa alasan. Hanya bertemu dengan Aldrich itu sudah bisa membuat dirinya gila seperti saat ini. Sampai Venus tak tahu jika di depannya ada kuris yang kapan saja bisa membuat kakinya terbentur kursi itu.
Brughh....
"Aduhhh! Kenapa harus ada kursi disini sih?" Ringis Venus sembari mendumel tak karuan.
"Siapa sih yang naruh kurus disini, bikin sakit kaki orang aja." Dumel Venus masih belum berhenti hanya karena sebuah kursi yang padahal itu adalah kesalahan dirinya sendiri.
"Kenapa sih orang kalau lihat Venus katanya dingin? Padahal kan Venus nggak seperti yang orang lain bilang." Ujar Venus pada dirinya sendiri.
Siapakah selama ini dia amnesia? Ataukah dia berpura-pura tak tahu? Padahal selama ini dirinya memanglah sangat dingin pada siapa saja. Hanya mengumbar senyum dan irit bicara, itulah Venus sebenarnya. Tapi kenapa dirinya tiba-tiba bertanya itu pada dirinya sendiri.
"Tapi bener juga sih, eh nggak deh." Venus masih belum percaya bahwa selama ini sikapnya memang dingin.
"Yaudah sih kan unik juga kalau gitu. Dingin di luar hangat di dalam, unik kan." Puji Venus pada dirinya sendiri.
Venus masih tersenyum tanpa alasan sampai sekarang. Hanya gara-gara dirinya bertemu Aldrich, sekarang Venus menjadi gila dibuatnya. Venus memang sudah benar-benar jatuh cinta pada Aldrich. Apakah dia harus menyatakan cintanya? Tapi apakah Aldrich akan menerima cintanya?
"Masa iya harus ngomong kalau suka sama Al. Kan reputasi sebagai perempuan bisa hancur dong." Venus berpikir panjang.
"Nggak deh, demi cinta harus berjuang!" Ucap Venus menyemangati dirinya sendiri.
"Dek udah malam, jangan ngomong sendiri nanti kesambet. Cepet tidur!" Mars Teriak dari lantai bawah.
"Iya!" Jawab Venus tak kalah keras.
"Jangan mikirin cowok mulu, nanti gila!" Tambah Mars yang malah membuat Venus menjadi tambah gila.
"Bisa diem nggak!" Teriak Venus sekencang-kencangnya.
Venus mulai menuliskan sesuatu di dalam buku diary yang biasa ia gunakan untuk menuliskan kata-kata. Venus mengambil buku itu diatas meja belajarnya. Buku itu tersimpan rapi tanpa debu di dalam sebuah kotak berwarna pink bergradasi gold.
Kamu bagaikan senja
Sekejap, namun membuatku candu.
-Aldrich-
Venus membuat kata-kata untuk laki-laki itu cukup indah. Bagi Venus, Aldrich adalah senja. Senja yang muncul sekejap namun bisa membuat hati venus menjadi candu sampai saat ini. Venus tak tahu apakah laki-laki juga suka padanya atu tidak. Yang terpenting sekarang adalah Venus bisa menyatakan pada Aldrich bahwa dirinya sangat menyukai Aldrich.
Besok adalah lomba karate antar kelas. Venus adalah perwakilan dari kelasnya dan dia harus bisa menjadi pemenang untuk lomba besok. Meskipun demikian, Venus masih mempunyai tanggung jawab sebagai siswa dan sebagai perwakilan dari kelasnya. Ia tak mungkin melupakan hal itu begitu saja.
"Besok pokoknya gue harus menang! Meskipun sekarang Aldrich adalah prioritas utama, tapi tetap nggak bisa gitu aja lepas tanggung jawab!" Ucap Venus tak melupakan bahwa dia mempunyai tanggung jawab yang lebih utama dari Aldrich.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Mars yang membuka pintu kamar Venus begitu saja.
"Hihhh, kalau mau masuk ketok pintu dulu bisa nggak? Venus kaget." Ucap Venus terkejut dan mengelus dadanya.
"Kenapa belum tidur?" Ulang Mars dari ambang pintu.
"Belum ngantuk." Jawab Venus.
"Besok jadi ikut lomba?" Tabya Mars.
"Jadi, kenapa?"
"Nggak apa-apa kok, semangat untuk lombanya ya. Nanti kalau menang jangan lupa traktir kakak." Ucap Mars diakhir dengan cengiran kuda.
"Ogah!" Tolak Venus mentah-mentah tanpa berfikir panjang.
"Jahat jadi adek, nggak menang kapok ya."
"Kok ngomongnya gitu? Mau doain Venus nggak menang gitu maksud kakak?" Ketus Venus dengan merubah ekspresi wajahnya begitu cepat.
"Tuh anak bunglon apa gimana ya? Tadi senang sekarang ngamuk kayak Mak Lampir." Mars bingung sendiri dengan sikap Venus yang bisa berubah sangat cepat kapan saja.
"Udah pergi sana! Venus mau tidur." Usir Venus lalu menutup pintu kamarnya dengan cepat.
"Mau tidur ngantuk." Ketus Venus pada dirinya sendiri.
Venus tertidur dengan wajah tenang dan napas yang sangat teratur. Gadis unik dengan sejuta sikapnya. Gadis yang mirip dengan bunglon, bisa berubah sikap secepat kilat dimana saja dan kapan saja tanpa berfikir siapa lawannm di hadapannya.