Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Indescriptible

🇮🇩whysrch
--
chs / week
--
NOT RATINGS
103.8k
Views
Synopsis
Venusya Geova Kyle- Gadis dengan paras yang menawan yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya jatuh hati padanya. Sikapnya yang dingin namun hatinya yang hangat bak bidadari itulah hal yang unik dan antik dari dirinya. Namun demikian tidak berarti semua laki-laki terpikat olehnya. Aldrich Alexander Supernova- satu-satunya laki-laki yang tak tertarik dengan semua hal unik dan antik yang mengenai gadis itu. Sikapnya yang dingin namun berhati peduli. Niat yang sangat kukuh dari seorang Venusya Geova Kyle untuk mendapatkan hati seorang Aldrich Alexander Supernova mungkin akan terlihat fana bagi siapa saja yang melihatnya. Apakah niat dari seorang gadis dingin yang bersikukuh untuk mendapatkan hati seorang Aldrich akan menjadi sebuah kenyataan?
VIEW MORE

Chapter 1 - one•dia

Bel berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera dimulai. Semua siswa-siswi berhamburan untuk pergi ke kelasnya masing-masing tanpa ada satupun siswa yang diluar kelas.

"Eh Ven, lo tahu cowok yang duduk di kursi sebelah kanan nggak?" Arva bertanya pada Venus karena dirinya yang masih fokus melihat laki-laki itu.

"Nggak tahu," jawab Venus sangat dingin.

"Hih lo kebiasaan deh, kalau ditanya mesti jawabnya singkat banget." Gerutu Arva.

"Lo kayak nggak tahu Venus aja Va..Va," ucap Nada yang sibuk dengan buku tulisnya.

Kelas mereka memang menghadap langsung ke arah kelas XII-IPA 1.

Kelas dimana para penghuni dengan otak diatas rata-rata berada.

"Sumpah ya tuh cowok gantengnya kebangetan deh." Arva masih tetap memuji laki-laki itu tanpa memalingkan wajahnya.

"Lo ribet banget sih dari tadi," ketus Venus yang sedikit terganggu dengan suara keras Arva.

"Biasa lah Ven, Arva kalau udah ketemu sama cowok ganteng, udah gitu tuh, kumat." Cerocos Nada.

Venus sedikit penasaran dengan laki-laki yang dilihat dan dipuji oleh sang sahabat satunya ini.

Ia melirik ke arah dimana sejak tadi mata Arva tak teralih sedikitpun. Ia menemukan sosok yang tengah duduk dan berfokus pada papan tulis yang berada didepannya. Memang apa yang diucapkan oleh Arva benar, laki-laki yang bisa dibilang sangat sempurna.

"Heh banjir udah kemana-mana tuh," sindir Arva.

"Apaan sih." Venus segera memalingkan wajahnya ketika Arva mengetahui bahwa dirinya sedang melihat laki-laki itu.

"Tadi katanya gue berisik, eh sekarang dia yang ngelihat sendiri," sindir Arva.

"Pagi anak-anak," sapa guru pengajar mata pelajaran matematika-Bu. Reva.

"Pagi juga Bu," jawab mereka serempak.

"Ok anak-anak saya akan menerangkan materi bab selanjutnya." Bu. Reva mulai membuka buku paket matematika.

2 jam pelajaran matematika telah berlalu. Tak ada kegaduhan dan kerusuhan yang terjadi di kelas tersebut. Suasana yang sangat hening dan hanya ada suara seretan bolpen yang sedang berjalan dan suara lembaran kertas yang tengah dibuka.

Kringggg..

Suara bel Istirahat sudah berbunyi dan menggema di seluruh wilayah sekolah tersebut. Sudah tahu akan suara tersebut, seluruh siswa yang tengah fokus pada pelajaran yang diajarkan, kini mulai berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka.

"Kalian mau pesen apa, biar gue pesenin?" Tawar Venus.

"Kita bertiga pesen bakso sama es teh aja deh Ven," jawab Zara yang diberi anggukan oleh Nada dan Arva.

"Yaudah kalian tunggu sini dulu aja, gue mau pesen makanan dulu," ucap Venus lalu meninggalkan bangkunya.

10 menit sudah berlalu, kini makanan yang mereka berempat pesan sudah berada di atas meja mereka masing-masing.

Mereka melahap makanan mereka dengan diselimuti canda dan tawa yang terukir dari kedua bibir mereka.

"Maaf kak aku nggak sengaja. Biar aku bersihin roknya kak," ucap gadis itu ketakutan.

"Nggak usah dek, kamu lanjut makan aja. Lagian ini juga kamu nggak sengaja." Ucap Venus ramah.

"Yaudah kalu gitu kak, aku pergi dulu ya." Pamit gadis itu.

Venus hanya membalasnya dengan senyuman yang ramah pada kedua sudut bibirnya.

"Eh Ven nanti pulang sekolah ada rapat OSIS, paling cuma 10-20 menit tan lah. Di kantor biasanya," ucap laki-laki ber tag nama Titan.

"Oh Ok Tan, nanti setelah pulang sekolah gue ke kantor langsung," ucap Venus.

"Yah kalau gitu gue nggak bisa nebeng lo dong," ucap Arva yang mengerucutkan bibirnya.

"Sumpah va, lo kalau gitu jelek banget," ejek Nada.

"Yaudah kalau gitu nanti gue minta Pak. Hendri aja biar jemput kalian," ucap Venus pada ketiga sahabatnya.

"Nggak usah Ven, biar mereka gue anter pulang aja." Tolak Zara karena merasa tak enak pada Venus.

"Yaudah kalau gitu, kita ke kelas yuk. Nanti keburu masuk," ajak Venus yang sudah berdiri mendahului mereka.

Kini mereka berjalan dengan posisi Venus berada di depan dan Zara, Arva serta Nada berada di belakang mereka dengan posisi tepatnya, Zara berada di samping kiri, Nada di samping kanan dan Arva berada di tengah. Dengan posisi seperti ini, membuat Venus sudah seperti seorang ratu yang dikawal oleh para dayang nya.

Kini mereka sudah berada di dalam kelas. Jam pelajaran ini guru pengajar Bahasa Indonesia tidak hadir. Berita ini sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian siswa.

Venus memanfaatkan jam tersebut untuk pergi ke perpustakaan untuk membaca-baca buku ataupun novel.

"Eh Ven lo mau kemana?" Zara bertanya penasaran.

"Gue mau ke perpustakaan," jawab Venus yang sudah berada di depan pintu.

"Yaudah gue ikut, daripada gue gabut di kelas nggak ngapa-ngapain," jawab Zara dengan cengiran kuda.

"Eh kalian mau ikut kita ke perpus nggak?" Tawar Zara pada Arva dan Nada yang tengah asyik berdandan.

"Nggak deh, kita di kelas aja. Lagi mager hehehehe," jawab Nada yang diiringi cengiran kuda dari mereka berdua.

"Yaudah kalau gitu, kita pergi dulu ya." Zara melambaikan tangan kepada mereka.

Zara dan Venus kini tengah berjalan menuju ke arah perpustakaan yang berada di tempat paling depan berdekatan dengan ruang TU.

Pada saat yang bersamaan, tak sengaja Venus menabrak laki-laki yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya.

Brukkkk.....

"Eh sorry ya, gue nggak sengaja." Venus meminta maaf karena tak sengaja menabrak orang tersebut.

Dalam waktu yang bersamaan tak sengaja mata mereka menatap satu sama lain. Manik mata bernuansa biru yang tak sengaja menatap manik mata bernuansa coklat terjadi sedikit lama.

"Ekhemmm....." Dehem Zara yang sendari tadi memperhatikan interaksi antara dua manusia itu.

"Sekali lagi maaf, gue nggak tahu. Permisi," ucap Venus lalu pergi meninggalkan laki-laki itu menuju perpustakaan.

"Tuh mata kalau tadi nggak gue tegur, copot pasti," sindir Zara melirik Venus.

"Terserah," balas Venus tak memperdulikan hal itu.

Kini mereka sudah berada di perpustakaan. Venus lebih memilih duduk di pojokan perpustakaan dan membaca novel karya 'Boy Chandra'.

Sedangkan Zara memilih duduk di sebelah kiri Zara dan membaca novel karya 'Tere Liye'.

Tak ada interaksi antara mereka selama 30 menit. Mereka berdua tengah asik dan fokus pada dunia mereka masing-masing. Seakan-akan tak memperdulikan bahwa di perpustakaan itu seseorang lain selain mereka berdua.

"Misi kak," ucap Perempuan berkuncir satu.

"Iya. Ada apa dek," balas Venus sambil menutup bukunya.

"Maaf kak, tadi kakak disuruh ke ruang guru sama Bu. Rina, katanya ada tugas," jawab perempuan itu.

"Oh yaudah kalau gitu makasih ya dek. Habis ini saya kesana," balas Venus tersenyum.

Perempuan berkuncir satu dan berkacamata itu pergi dari perpustakaan setelah menyampaikan apa yang ditugaskan padanya.

"Ven lo mau kemana?" Zara bertanya.

"Kantor," ucap Zara membuka pintu perpustakaan.

"Tungguin dulu kenapa sih," ucap Zara menyamakan langkah kakinya.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Venus. Venus hanya diam dan melanjutkan perjalanan menuju ke arah kantor.

"Permisi Bu," ucap Venus membuka pintu kantor dengan pelan.

"Oh iya Venus, ini saya ada tugas untuk kelas kamu. Nanti ibu mohon kamu sampaikan ke teman-teman semua ya!" Perintah Bu. Rina memberi selembar kertas.

"Baik Bu. Kalau gitu saya permisi dulu," ucapnya dengan sopan.

Venus segera melangkahkan pergi menuju ke arah kelasnya. Jarak antara kantor dan kelasnya cukup dekat, sehingga membuatnya tak perlu lama-lama untuk berjalan.

Setelah sampai, ia segera memberi tugas kepada semua siswa yang ada di kelas tersebut. Tak ada kegaduhan dan tak ada satupun siswi yang bersuara selagi mengerjakan tugas-tugasnya.