Chereads / Indescriptible / Chapter 4 - four•Selembar kertas

Chapter 4 - four•Selembar kertas

Di dalam kerajaannya alias kamarnya, Venus kini membaca selembar kertas yang diberikan oleh laki-laki itu alias Aldrich. Ia memahami dengan mudahnya materi fisika, kimia, biologi dan Matematika yang tadi di berikan laki-laki itu.

"Ok ini udah selesai. Sekarang ke Matematika," ucap Venus membereskan lembaran itu.

"Venus ini udah jam 11 kok kamu belum tidur?" Mamanya bertanya sambil membawa segelas susu coklat kesukaannya.

"Habis ini ma. Venus masih belajar buat olimpiade 2 hari lagi." Ucap Venus yang masih terfokus pada lembarannya.

"Yaudah kalau gitu, nanti kalau udah selesai kamu cepet tidur ya. Jangan malam-malam, mamah mau ke kamar dulu," ucap Mamanya lalu menutup pintu dengan pelan.

"Iya mah, makasih ya," ucap Venus tersenyum lebar.

"Ini udah, ini udah. Ok udah semua, tinggal diulang lagi besok di sekolah aja," ucap Venus lalu mengambil susu coklat yang tadi dibawa oleh mamanya.

"Udah jam 24.00, mendingan gue tidur dulu aja," ucap Venus yang melihat jam.

Sekarang sudah pukul 24.00, Venus baru saja selesai membaca semua ringkasan yang diberikan oleh Aldrich tadi pagi. Sangat mudah baginya untuk memahami pelajaran itu. Cukup 1-2 kali saja ia memahami semua ringkasan yang sudah ditulis di lembar kertas.

Ia terlelap dalam tidurnya bersama semua mimpi-mimpinya. Ia membereskan semua buku-buku serta lembaran yang tadi sempat berserakan sebelum ia tertidur pulas.

**********

Pagi ini seperti biasa, Venus sarapan di meja makan bersama Mamanya. Kali ini menu sarapan paginya adalah nasi goreng dan ayam goreng serta susu coklat kesukaan Venus.

"Makan yang banyak ya nak," ucap mamanya sambil menuangkan nasi goreng tambahan.

"Iya mah," ucap Venus yang masih fokus dengan makanan yang ada di atas piringnya.

Setelah selesai sarapan dan meminum susu coklat kesukaan, Venus segera mengambil tasnya dan ia letakan di kedua bahunya.

"Ma, Venus berangkat dulu ya ma." Venus mencium punggung tangan mamanya.

"Yaudah kalau hati-hati ya Venus," ucap mamanya sembari tersenyum kepada anan kesayangannya itu.

Kini Venus sudah berada di dalam mobil bersama supirnya. Mobilnya berjalan dengan kecepatan sedang yang membelah padatnya kota Jakarta. Mobil itu sampai di SMA Pancasila dengan waktu 20 menit saja.

"Makasih ya pak. Venus masuk dulu." Pamit Venus sopan kepada supirnya.

"Iya. Hati-hati ya." Pesan supirnya.

Kini Venus berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya. Ia berjalan dengan wajah dingin namun tetap memancarkan aura kehangatan dan aura seorang putri. Wajahnya yang dingin namun lembut serta hatinya yang hangat bak bidadari, membuatnya dicintai oleh semua guru-guru di SMA tersebut.

"Ven. Gue pinjem catatan fisika dong. Kan lo selalu lengkap kan." Puji Nada centil.

"Ya iyalah Venus selalu lengkap kan dia pinter, nah lo. Pinter sih iya cuma rajin nggak sama sekali," sindir Zara yang memerhatikan handphonenya.

"Apa sih lo ikut-ikutan aja." Sewot Nada.

Tanpa banyak bicara, Venus membuka tasnya dan mengeluarkan buku fisikanya lalu memberikannya kepada Nada yang tadi meminjam buku fisikanya.

"Makasih Ven". Nada memeluk tubuh Venus dengan kencang.

Tak ada ekspresi dari Venus. Ia hanya diam tak berbicara, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia sangat senang dengan pelukan dari Nada. Ia hanya lebih suka mengungkapkan rasa senang itu dengan perilaku bukan dengan perkataan.

"Aduh pagi-pagi es nya udah keluar aja nih," sindir Arva yang sendari tadi tak mendengar suara dari Venus.

"Udah deh va, lagian tuh si es juga biasa aja. Lagian lo kenapa ribet banget sih." Zara sedikit merasa risih dengan suara Arva yang menggelegar di telinganya.

Tatapan sinis dari Arva melayang untuk Zara. Tatapan itu tertuju sangat manis di mata Zara. Cukup lama ia menatap Zara degan tatapan tajam tanpa henti.

"Sumpah ya kalian berdua itu kayak anak TK tau nggak. Badan aja tuh gede tapi otak kecil banget," sindir Nada yang melihat perdebatan antara mereka berdua yang tidak akan berhenti jika bukan Venus yang melerainya.

"Ven noh adik lo berdua pisahin gih. Risih gue." Pinta Nada pada Venus.

"Udah ya kalian nggak usah berantem. Masih pagi udah berantem aja," ucap Venus seperti yang Nada minta.

Seperti yang dikatakan Nada tadi, bahwa mereka tidak akan selesai bertengkar jika bukan Venus yang menyuruh mereka berhenti.

"Diem gitu kek dari tadi." Sinis Nada kepada Zara dan Arva.

"Apa lo," ucap mereka bersama.

"Cie yang udah barengan ngomong nya. Udah baikan ya." Goda Nada yang membuat mereka semakin menjadi-jadi.

"Bisa diem nggak. Berisik banget sih," ucap Venus ketus.

"Nah loh, ratu es mulai keluar nih," sindir Zara yang di balas tatapan tajam dari Venus.

Jika boleh jujur, Venus sebenarnya bukan seseorang yang jahat ataupun cuek. Tapi dia adalah sosok yang humble dan hangat. Sifatnya itu ia tujukan lebih kepada perlakuan daripada dengan perkataan.

Mungkin bagi sebagian orang akan menilai dirinya adalah sosok yang jahat dan cuek. Namun bagi orang yang sudah tahu sifat aslinya, dia adalah sosok yang hangat, penyayang, penuh perhatian dan asik. Namun, mungkin cara menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya saja berbeda dengan orang lain.

"Sssttt.... Tuh pangeran lewat. Kayaknya mau kesini deh," ucap Zara menunjuk ke arah Aldrich.

"Venus ada?" Aldrich bertanya mencari keberadaan sosok Venus.

"Tuh disana," ucap salah satu siswi kelas tersebut.

"Ok thanks," ucap Aldrich lalu pergi ke dalam kelas.

"Lo Venus kan, tadi gue disuruh sama Bu. Lilik. Katanya besok kita disuruh ke ruang ekstra buat belajar bahan buat olimpiade 2 hari lagi," ucap Aldrich serius.

"Ok, besok Venus kesana setelah pulang," ucap Venus tak kalah serius.

Setelah merasa selesai melakukan tugasnya untuk memberitahu tentang hal itu kepada Venus, Aldrich keluar begitu saja tanpa ada kata-kata yang keluar.

"Gini ya resikonya kalau orang pinter banget." Goda Nada yang masih melongo melihat ketampanan Aldrich.

"Tuh mulut ditutup bisa nggak. Nih banjir udah 5 meter," sindir Zara yang sejak tadi memperhatikan Nada melongo.

Dengan cepat Nada menutup mulutnya dengan cengiran di wajahnya. Seperti anak kecil yang habis melakukan kesalahan namun tak merasa berdosa sama sekali.

Setelah itu pelajaran jam pertama sampai terakhir mulai diajarkan. Para siswa dengan senang hati menerima pelajaran tersebut. Dengan dikaruniai otak yang begitu encer, mereka sangat mudah dan cepat dalam memahami pelajaran apapun.

Jam pelajaran terakhir akhirnya telah selesai, menyuruh mereka untuk kembali di kediaman mereka masing-masing dan berkumpul dengan keluarga mereka. Venus beserta ketiga sahabatnya pun juga ikut pulang kembali ke rumahnya untuk kembali bercengkerama dengan keluarga mereka masing-masing.