"Ven... Venus. Ayo cepet turun! Mamah udah siapin makanannya." Panggil Mamanya dari lantai bawah.
"Iya mah, Venus turun sekarang." Venus teriak dari lantai 2 yang masih terdengar dari lantai bawah namun terdengar samar.
Suara derap langkah terdengar dari lantai atas. Pemilik ruangan khusus lantai atas kini mulai turun dengan seragam lengkap tak lupa juga menenteng tas ransel.
"Pagi mah," sapa Venus tersenyum.
"Pagi juga anak Mama," balas mamanya.
Hera Nasution- seorang ibu dengan dua anak yang sangat hitz dikalangan para siswa di sekolah Venus. Hera sangat famous di sekolah Venus karena wajahnya yang masih muda sehingga sering disebut 'kakak' oleh siapa saja yang baru pertama kali bertemu. Wajah yang cukup muda serta sangat mirip dengan Venus, itulah yang membuat dirinya tak kalah hitz dari anak nomor duanya itu.
Hera menuangkan nasi goreng serta nugget menu kesukaan anaknya itu. "Kamu mau nambah ayam Ven?"
Venus menggeleng pelan. Ia menolak karena menu makanan yang sudah ada di piringnya itu sudah cukup baginya." Nggak mah, ini aja Venus udah cukup."
"Yaudah kalau gitu, makan yang banyak ya Ven."
Canda dan tawa serta interaksi antara dua ciptaan Tuhan yang saling melengkapi kini terlihat dengan saksi bisu para peralatan di meja makan tersebut. Siapa saja yang melihat interaksi antara anak-ibu itu mungkin akan iri dibuatnya.
Venus merapikan piring serta sendok dan garpu yang tadi telah ia gunakan." Mah Venus udah selesai makan. Kalau gitu, Venus berangkat sekolah dulu ya mah," ucap Venus mencium punggung tangan Hera.Venus berjalan keluar keluar untuk segera berangkat sekolah.
Hera-mamanya berdiri dari tempat duduknya dan mengantarkan Putri satu-satunya sampai di depan rumah. Tak lupa Hera juga melambaikan tangan kepada Venus ketika Venus menaiki mobil. Setelah Hera rasa Venus sudah cukup jauh, batulah dia masuk kedalam rumahnya dan menutup pintunya.
SMA Pancasila, SMA yang dikenal banyak orang dengan SMA yang sangat elit. Venus sudah berada di gerbang SMA tersebut. Tak lupa Venus juga berpamitan kepada supirnya. Baginya orang yang lebih tua darinya itulah orang tuanya atau orang yang wajib ia hormati. Venus tak pernah memandang apakah orang itu orang tua kandungnya, saudaranya, keluarga atau hanya orang yang tak dikenal.
Hera sang mama, selalu mengajarkan kepada Venus agar selalu menghormati dan menjaga sopan santun kepada siapapun. Hera juga mengajarkan untuk tidak memandang materi dari semua orang.
Venus mencium punggung tangan supirnya." Pak, Venus masuk dulu ya. Bapak hati-hati ya." Tak lupa Venus juga berpesan kepada sang supir.
"Iya dek, Venus sekolah yang pinter ya," ucap supirnya.
Adek- merupakan panggilan dari supirnya untuk Venus. Venus tak pernah keberatan akan panggilan itu. Baginya panggilan itu merupakan panggilan sayang dari supirnya. Supirnya memanggilnya seperti itu karena, beliau mempunyai anak yang umurnya lebih tua dari Venus. Alhasil beliau menganggap Venus anak keduanya.
Venua berjalan dengan wajah dinginnya namun tetap memancarkan aura kehangatan. Pada dasarnya Venus memang bukanlah orang yang banyak bicara. Ia lebih suka diam namun bertindak.
"Hai Ven," sapa Zara menunjuk rentetan giginya.
Venus hanya membalas dengan senyuman lalu pergi ke bangkunya. Ia meletakan tas ransel yang ia bawa lalu membuka buku novel kesukaannya.
"Aduh pagi-pagi udah dingin aja nih kelas," sindir Zara pada Venus yang merasa diacuhkan.
"Dingin gimana sih zar? Orang ini panas kayak gini. Lo sih terlalu lama kalau liburan ke kutub Utara, jadinya dingin terus." Polos Nada.
"Eh Haji Bolot, mana ada orang liburan di Kutub Utara. Nggak selain aja tuh orang lo suruh liburan ke planet Mars." Kesal Arva melihat antara kepolosan dan Ke-oonan sahabatnya.
"Emang planet Mars bisa buat liburan. Disana ada apa aja. Ada zoo? Mall? Supermarket? Karaoke? Atau Gramedia nggak?" Zara bertanya yang semakin membuat Arva kesal.
"Eh Zara, Anda masuk di sekolah ini pakai otak apa pakai uang," ucap Zara sedikit baku.
"Pakai kaki lah Va. Kalau pakai otak ya nggak bisa. Dimana-mana kalau kita masuk sekolah ya pakai kaki," ucap Zara tambah polos.
"Yaudah lah, terserah mbak Zara. Mau pakai kaki atau kepala juga boleh." Pasrah Arva.
"Udah selesai berdebat nya?" Venus bertanya dengan masih berusaha tersenyum.
"Belum," ucap mereka serempak.
"Zara, Arva, bisa nggak kalian diem. Nggak usah berdebat. Kalau mau berdebat silahkan di depan lapangan, ya," ucap Venus semakin sabar.
Hanya deheman yang mereka balas. Venus hanya bisa diam melihat mereka berdebat. Kadang Venus suka tersenyum sendiri melihat mereka berdebat karena, mereka memperdebatkan sesuatu hal yang absurd. Tetapi kadang Venus juga merasa jengkel dengan mereka. Mereka memperdebatkan sesuatu hal yang tidak penting, seperti tadi contohnya.
Setelah mereka dian dan duduk di tempat masing-masing, Venus tersenyum ramah kepada mereka." Terimakasih Zara sama Arva" ucapnya terpaksa.
🐮🐮🐮🐘🐘🐘
Setelah Perseba yang cukup panjang dan sengit antara Zara vs Arva, kini mereka sudah akur bak saudara kandung. Mereka berjalan ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta-ronta.
"Kalian pesen apa?" Zara menawarkan pada mereka.
"Kita pesen cilik aja ya 3 sama es jeruk 3," ucap Venus.
Arva dan Nada hanya mengangguk dengan jawaban Venus. Lumayan hari ini Venus mentraktir mereka ber-3.
Zara berjalan menuju meja tempat Mbak. Dewi berjualan cilok. Zara memesan dengan sopan kepada Mbak. Dewi.
"Ini Zar pesanan kamu. 4 porsi cilok dan 4 gelas es jeruk," ucap Mbak. Dewi menyodorkan pesanan Zara.
"Ok mbak makasih. Selalu sukses buat ciloknya ya," ucap Venus bercanda.
"Nih pesanan kalian."
Dengan sangat bersemangat mereka mengambil makanan dan minuman mereka yang merak pesan.
"Sumpah ya nih cilok Mbak. Dewi makin hari makin enak aja." Puji Zara.
"Kenapa Mbak. Dewi nggak buka cabang aja ya. 'Cilok aduhay Mbak. Dewi" kan bagus kan." Usul Nada.
"Yaudah sih terserah Mbak. Dewi" sinis Nada.
"Oh iya Ven. Gue makasih buat traktirannya hari ini." Zara berbicara dengan cilok yang masih di dalam mulutnya.
"Hmm," ucap Venus kembali dingin.
"Sumpah ya nih anak, kenapa nggak ikut Ajang Miss se Kutub Utara aja sih. Pasti menang deh." Sabar Zara.
"Iya pasti menang deh terus gelarnya 'Princess Es Venusya Geova kyle'. Nah kan bagus kan," sahut Nada tak luput dengan gerakan tangannya yang unik.
"Menang terus sampai kak Ros nikah sama Badrol," sahut Arva yang membuat gelak tawa di seluruh meja tersebut.
Venus hanya mengapa tajam ketiga sahabatnya. Ia tak marah ataupun tersinggung sedikitpun. Baginya mereka hanyalah bercanda untuk mencairkan suasana.