"Nih kadonya buat Venus." Laki-laki itu memberikan kotak besar yang sudah dibungkus kado bergambar sapi berwarna pink.
"Ini buat Venus?" Ulang Venus tak percaya.
"Iya, ini buat Venus. Dari kakak khusus buat Venus," ucap Mars membenarkan.
"Makasih kak Mars. Aku seneng banget kakak bisa datang ke pesta aku. Aku kira kakak nggak bisa datang." Venus memeluk erat tubuh kakaknya itu.
"Iya sama-sama Ven. Lagian nggak mungkin lah kalau kakak nggak datang ke pesta kamu." Mars berseru pada adik satu-satunya itu.
"Venus ucapin makasih ya kak sekali lagi," ucap Venus sangat bahagia.
"Iya Ven sama-sama. Oh iya Zur sama Ven kok nggak ada?" Mars bertanya mencari ke kiri dan kanan.
"Disini ada Venus malah cari Zur sama Ven. Ishhh..... Kakak ih." Geram Venus yang merasa tak dianggap.
"Apaan sih Ven sakit tau. Kan kakak cuma nanya aja. Cemburuan banget sih jadi adek." Ringis Mars yang dicubit Radiz karena merasa cemburu .
"Kakak sih, kenapa harus cari Zur sama Ven, kenapa? Kan Venus ada disini. Emang Venus nggak kelihatan apa?" Venus bertanya dengan muka didekat-dekatkan dengan kakaknya.
"Kakak cuma bercanda Venus. Udah deh mukanya nggak usah maju-maju kenapa sih. Kakak cium." Goda sang kakak dengan mencoel hidung adiknya.
"Lagian kakak yang buat aku gitu. Udah ah Venus mau kesana dulu." Kesal Venus pergi meninggalkan sang kakak.
Venus berjalan mendekati ketiga sahabatnya dengan senyuman yang memancar di kedua sudut bibirnya. Tak lupa ia membawa kado yang diberikan oleh kakaknya tadi.
"Happy birthday ya Ven. Sukses selalu ya. Tetap menjadi Venus yang dingin ya. Hehehehe." Goda Arva yang tak dibalas apapun oleh Venus.
"Iya Ven semoga suka ya dengan rencana ini. Kita semua sayang kok sama Venus." Zara memeluk tubuh Venus dengan sangat erat.
"Nah kan mulai deh dinginnya keluar udah dibilang jangan dingin-dingin masih aja dingin. Boleh sih dingin, cuma jangan setiap waktu juga." Judes Nada dengan membulatkan mata.
"Hmmm. Makasih semua ucapannya. Makasih juga udah bisa datang ke pesta Venus, Venus seneng kalian bisa datang ke acara pesta Venus," ucap Venus tersenyum tipis.
"Sama-sama Venus ku sayang anaknya Mama Hera adiknya kak Mars," ucap mereka dengan saksama dan serempak.
"Yaudah kita kesana yuk, Venus mau tiup lilinnya. Kita tiup lilin bareng-bareng aja," ajak Venus menunjuk ke sebuah roti dengan gambar Sapi.
Mereka bertiga mengangguk bahagia. Mereka berempat berjalan bahagia menuju ke arah dimana roti itu berada. Tak jauh, mereka sudah sampai di depan lilin-lilin itu.
"Perhatian semua. Kita akan mulai acaranya sebentar lagi ya. Kalian harap berkumpul di tempat masing-masing. Terimakasih." Suara Zara mulai terdengar di seluruh ruangan itu.
Mereka bersama menyanyikan lagu tiup lilinnya dengan sangat serempak dan keras. Hanya ada suasana bahagia disana.
Hufttt...
Dengan cepat Venus meniup lilin itu dengan menyisakan uap api dari lilin-lilin itu. Perlahan Venus memotong kue itu dan menyuapkan kepada mereka semua. Siapa pertama Venus jatuh kepada sang mama- Hera. Suapan kedua ia berikan kepada sang kakak-Mars. Dan siapa ketiga ia berikan kepada kepada para sahabatnya.
"Terimakasih kepada semua tamu yang sudah datang ke acara ulangtahun Venus. Venus sangat senang bisa berkumpul dan berbagi kebahagiaan bersama kalian semua," ucap Venus dengan senyum yang lebar.
"Cantik." Satu kata yang menggambarkan banyak arti. Tanpa Aldrich sadari, ia mengucapkan kata itu dengan mudah.
Memang Venus saat ini sangat cantik. Ia sudah berganti pakaian tadi dengan gaun warna soft pink selutut dengan babu yang sedikit terbuka. Tak lupa ia padankan dengan sepatu putih yang begitu indah. Sungguh bidadari berwujud manusia yang sangat indah.
"Ekhemmm... Matanya hati-hati nanti copot." Goda Titan yang membuyarkan lamunan Aldrich.
"Habis ini pacaran pasti si Aldrich." Leo melirik Aldrich yang berusaha tetap tenang.
"Bukan pasti aja tapi pasti banget sih. Mana mungkin si itu nggak jauh cinta sama Venus. Orang Venus aja bidadari berwujud manusia," sindir Brian yang melirik Aldrich.
"Apaan sih kalian. Berisik tau nggak." Sentak Aldrich yang berusaha tetap bersikap dingin.
"Udah ah nggak baik bohong sama perasaan. Ntar karmanya datangnya lebih cepat dari perkiraan lo." Goda Titan dengan mencoel hidung Aldrich.
Setelah puas mengejek Aldrich, mereka bertiga pergi untuk memberikan kado yang mereka bawa kepada Venus.
"Ven ini kado-kado kita bertiga. Jangan dilihat dari harganya ya, emang harganya pasti nggak ada
apa-apanya dibanding kadonya si Aldrich. Kan dia Sultan, jadi pasti mahal," ucap mereka memelas menatap kado mereka masing-masing.
"Apaan sih kalian. Yang penting kalian semua bisa datang ke acara aku, aku udah seneng kok." Bela Venus merasa tak enak.
"Yaudah nih kadonya. Selamat ulang tahun ya Ven," ucap mereka bertiga bergantian.
"Makasih ya," balas Venus.
"Yaudah Ven kita bertiga mau kesana dulu. Brian udah laper katanya, mau makan." Leo menyenggol bahu Brian.
"Heheh iya Ven. Brian udah laper katanya, mau makan." Titan juga mengikuti perkataan Leo.
"Kok jadi gue sih. Kan kalian-" Perkataan Brian terpotong karena kakinya diinjak oleh Leo dan tangannya dicubit oleh Titan.
"Oh iya nggak apa-apa. Semoga suka ya," ucap Venus mengerti.
Setelah itu mereka bertiga melenggang pergi dari hadapan Venus. Venus yang melihat pertengkaran kecil antara mereka bertiga hanya bisa tertawa kecil menyaksikan hal itu. Ia ingat ketika ia berkumpul bersama ketiga sahabatnya. Tak beda jauh dengan mereka. Venus, Arva, Zara, dan Nada pun juga sering bertengkar dan berdebat seperti itu.
"Ven, lo ngapain sih senyum-senyum sendiri. Mulai deh anehnya." Zara bergidik ngeri melihat Venus.
Nada melihat arah mata Venus. Ia mengikuti kemana mata Venus tertuju. Ternyata mata Venus tertuju pada sosok Aldrich yang tengah berbincang-bincang dan sedikit tersenyum dengan ketiga sahabatnya.
"Ekhemmm.... Mohon maaf sebelumnya mbak Venus. Kalau mbak melihat mas Aldrich nggak usah pakai bengong ya mbak, nanti mbak jatuh cinta sama mas Aldrich." Goda Nada dengan sedikit menggunakan bahasa baku.
"Siapa juga sih yang ngelihat Aldrich. Orang aku ngelihat Titan, Brian sama Leon kok." Sanggah Venus.
"Yaudah deh terserah Anda." Pasrah Nada.
Setelah itu Venus pergi meninggalkan mereka bertiga yang tengah asik menyantap makanan yang sudah disediakan.
"Kak ikut Venus bentar yuk. Ke kamar Venus. Venus mau kasih sesuatu sama kakak," ucap Venus menarik jaket yang dipakai Mars.
"Ngasih apaan sih Ven. Kenapa nggak disini aja? Kan sama aja?" Goda Mars yang membuat bibir Venus manyun.
"Yaudah sih jangan manyun terus, jelek tau nggak." Mars mencubit pipi adiknya itu.
"Yaudah yuk ke kamar Venus," ajak Venus sehingga Mars sedikit berlari untuk menyamakan langkahnya.
Perlahan Venus membuka knop pintu kamarnya. Kesan pertama yang Mars lihat adalah adanya Bonek gajah dan sapi yang tertata rapi di ranjang Venus.
"Kakak tunggu dulu disini. Venus mau ambil sesuatu dulu buat kakak." Serunya. "Matanya tutup dulu, biar surprise." Tambahnya.
Venus mengambil barang yang sudah dibuka kertas kado yang ia beli sebelum kakaknya pulang. Dengan semangat Venus berdiri di depan sang kakak dengan membawa barang tersebut.
"1..2..3. Buka matanya sekarang." Venus memberi aba-aba.
"Apaan sih ini dek?" Mars bertanya sembari membolak-balik Batang itu.
"Buka aja kak." Suruh Venus yang sudah kesal.
Dengan cepat Mars membuka barang tersebut. Tak bisa ia sembunyikan lagi rasa bahagianya ketika ia tahu bahawa yang diberikan Venus adalah barang-barang dengan karakter kesukaannya.
"Harry Potter? Makasih ya Ven. Kakak seneng banget sama ini." Mars memeluk tubuh Venus sangat erat.
"Kak bahagia boleh tapi lepasin dulu badan Venus. Venus nggak bisa nafas kak," ucap Venus terbata-bata karena nafasnya yang minim.
"Oh iya kakak lupa, maaf ya hehehe." Mars hanya menyengir kuda.
"Gimana kakak seneng nggak sama barangnya? Venus udah bela-belain beli buat kakak masa kakak nggak seneng," ucapnya.
"Ya senenglah Ven. Kakak bangga sama kamu." Peluk Mars kembali.
Venus menghampiri kedua bonekanya. " Nah Zur, Ven kak Mars udah dateng nih. Kita nggak jadi ngerayain ulang tahun bertiga deh. Hehehe," ucap Venus penuh bahagia.
"Nggak ada perubahan kamu ya. Udah gede mainannya masih aja boneka," lirih Mars melihat tingkah lucu adik kesayangannya itu.