Chereads / Indescriptible / Chapter 6 - Six•Day two

Chapter 6 - Six•Day two

Hari ini adalah hari kedua para siswa itu melakukan kegiatan tengah semester atau sering disebut dengan singkatan KTS. Kegiatan selanjutnya di hari kedua ini adalah diadakannya lomba karate tingkat SMA. Di perlombaan kali ini SMA Pancasila akan bertarung dengan SMA Nusa.

Seperti biasa yang akan mewakili di perlombaan karate kali ini adalah Aldrich sendiri. Ia terpilih menjadi perwakilan SMA tersebut karena selain dia pintar dalam semua pelajaran dan selalu membawa pulang kemenangan di lomba olimpiade, dia juga merupakan salah satu siswa yang pintar dalam bela diri.

Selain karena dia pintar dalam bela diri, dia juga merupakan ketua dari karate SMA tersebut. Sehingga tak diragukan lagi jika seorang Aldrich akan ikut lomba tersebut dan membawa pulang kemenangan.

Waktu sudah menunjukan pukul 8, yang berarti pertandingan akan segera dimulai. Para peserta yang mendukung perwakilan dari SMA mereka kini sudah berkumpul di area pertandingan dan bersorak ria untuk membakar semangat dari perwakilan SMA mereka.

"Ven lo dipanggil sama Bu. Lilik," ucap salah satu gadis yang tiba-tiba berada di depan Venus.

"Oh yaudah kalau gitu Venus langsung kesana sekarang. Makasih ya," ucap Venus begitu ramah.

"Ven lo mau kemana?" Zara bertanya pada Venus.

"Ke Bu. Lilik," ucap Venus lalu pergi.

Venus berjalan seperti biasa dengan wajahnya yang dingin namun memancarkan aura malaikat. Ia berjalan menuju ke tempat di mana Bu. Lilik berada. Setelah melihat keberadaan Bu. Lilik, ia segera menghampirinya seperti yang dibilang oleh gadis itu.

"Pagi bu," ucap Venus sangat ramah 180° tak seperti Venus pada umumnya.

"Pagi juga Ven. Ini Bu. Lilik mau bilang, kan anak PMR kita banyak yang sedang tugas di luar kota, jadi ibu minta tolong sama kamu buat bantu anak PMR di pertandingan karate hari ini. Apa kamu bisa?" Bu. Lilik bertanya pada Venus.

"Oh iya Bu dengan senang hati saya bisa kok Bu." Ucap Venus sangat bahagia.

"Yaudah kalau gitu kali langsung ke UKS ambil rompi buat tanda ya," ucap Bu. Lilik.

Venus hanya membalas dengan senyuman lalu ia pergi ke UKS untuk mengambil rompi seperti yang dibilang Bu. Lilik.

Pada saat ia ingin mengambil rompi di UKS, Venus melihat ada seorang laki-laki yang tengah terbaring dengan beberapa luka di tangan dan beberapa luka di wajahnya. Ia segera menghampiri laki-laki itu dan mengobatinya.

Ia mengambil sekotak obat yang telah ia bawa untuk acara pertandingan nanti. Ia membuka kotak obat tersebut dan pelan-pelan mengobati tubuh laki-laki yang terbaring tersebut.

"Sini biar Venus obatin. Lukanya parah soalnya," ucap Venus yang masih sibuk menuangkan obat merah ke kapas.

"Nggak usah Ven, gue nggak apa-apa kok," ucap laki-laki itu yang tak lain adalah Titan.

"Udah nggak apa-apa, lagian mumpung Venus baik, jadi biar Venus obatin aja." Canda Venus.

"Apaan sih lo, lagian lo emang baik lagi," ucap Titan membela.

"Yaudah diem dulu, biar di obatin dulu," ucap Venus mulai membersihkan lukanya.

"Ngomong-ngomong lo kok disini? Bukannya lo harusnya jadi panitia tanding karate ya?" Titan bertanya pada Venus yang masih fokus pada lukanya.

"Harusnya. Cuma tadi Bu. Lilik minta tolong suruh gantiin anak PMR." Ucap Venus.

"Udah selesai. Kalau gitu permisi pergi dulu ya." Ucap Venus yang sudah selesai mengobati luka Titan.

"Yaudah kalau gitu, makasih ya Ven. Sukses buat lo." Ucap Titan sedikit teriak.

Kini Venus tengah berjalan sambil membawa tas obat yang dilengkapi dengan rompi PMR. Dulu memang Venus sempat mengikuti PMR, namun tak berselang lama ia keluar dari ekstrakurikuler tersebut dan memilih ikut ekstrakulikuler MIPA.

Venus sudah berada di area pertandingan karate. Tak lama kemudian pertandingan pun telah dimulai. Venus kini hanya duduk diam sambil berdoa di dalam hatinya. Ia sangat berharap pada Tuhan agar SMA nya menjadi pemenang di pertandingan kali ini. Walaupun sebenarnya Venus tahu jika Aldrich pasti akan memenangkan pertandingan ini, namun semua tidak akan tahu jalan Tuhan yang lain.

Di menit ke 20 tiba-tiba saja lawan dari Aldrich memukul bagian perut Aldrich hingga membuat laki-laki itu sedikit mundur dan meringis sambil memegang perutnya. Venus yang mengetahui hal tersebut langsung bergegas turun ke area pertandingan untuk mengobati perut Aldrich. Aldrich yang sudah tak sadarkan diri lun hanya bisa diam dan tak bergerak.

Setelah 10 menit ia ditangani oleh Venus, kini keadaannya mulai membaik. Aldrich mulai membuka matanya dan sedikit bergerak.

"Udah gue obatin luka lo, gue pergi dulu." Ucap Venus begitu dinginnya.

Tiba-tiba tangan Venus dicekal oleh laki-laki itu. Venus begitu terkejut dan refleks melepas tangan laki-laki itu dengan sedikit kasar. Ia membalikan tubuhnya pada laki-laki itu. Tak disangka ternyata manik matanya bertemu dengan manik mata laki-laki itu.

"Gue cuma mau ucapin makasih sama lo udah mau ngobatin gue," ucap Aldrich.

"Udah tugas gue buat nolongin siapa aja." Setelah itu Venus berlalu pergi.

Setelah 10 menit pertandingan terhenti, kini pertandingan di mulai lagi. Aldrich seperti datang dari arah kiri dan berjalan seperti orang yang tak mengalami apapun. Bagi Aldrich ini hanyalah luka kecil yang biasa ia alamai ketika pertandingan karate.

Pertandingan cukup sengit kali ini. Aldrich memperoleh poin 15-10 atau unggul 5 poin daripada lawannya. Ia membabat habis lawan di depannya itu. Sesekali ia tak sengaja melihat Venus dengan wajah tenang namun memancarkan aura malaikat yang begitu hangat.

Akhirnya setelah 2 jam dengan 4 babak, pertandingan karate tersebut telah berakhir dengan pemenang yang sangat bisa ditebak. Seperti biasa, Aldrich lah yang membawa pulang kemenangan tersebut. Ia membawa pulang kemenangan dengan poin 20-10 atau unggul 10 poin dari lawannya.

Para sahabat, pendukung, dan seluruh guru sangat senang dan bangga dengan prestasi yang telah diraih oleh Aldrich. Selain ia cerdas dalam berbagai mata pelajaran, Aldrich juga sangat pandai dalam olahraga karate. Kemenangan demi kemenangan ia raih ketika ia masih berumur 5 tahun.

"Selamat ya bro. Sumpah gue bangga punya sahabat kayak lo," ucap Titan memukul ringan pundak Aldrich.

"Sumpah Al nggak sia-sia gue klaim lo sebagai sahabat gue. Udah cakep ia, pinter ia, jago lagi main karate." Puji Brian.

"Ya emangnya lo, apa-apa nggak bisa," sindir Leo.

"Heh singa. Kalau gue nggak bisa apa-apa ya gue nggak masuk kelas Ipa lah. Kelas yang katanya berkumpulnya para manusia-manusia cerdas." Bela Brian.

"Iyain biar cepet," ucap Leo malas.

"Selamat ya Al buat tandingnya. Dan jangan lupa nanti perban nya pulang sekolah diganti," cap Venus lalup pergi meninggalkan senyuman yang begitu ramah.

"Ya Tuhan bidadari gue cakep bener ya." Puji Leo.

"Banjir udah di Sumatra, mohon penyebab banjir mulutnya segera ditutup," sindir Brian yang membuat semuanya tertawa.

"Oh iya tan, lo nggak luka parah kan?" Aldrich bertanya yang sedikit membuat Titan terkejut.

"Lo tau darimana kalau gue ada luka?" Titan terkejut lalu bertanya dengan polos.

"Venus," ucap Aldrich begitu santainya.

"Oh pantesan. Ia gue nggak apa-apa kok," ucap Titan.

Kini para gerombolan laki-laki itu tengah menikmati usahanya selama ini. Usaha yang tak sia-sia dari sebuah pengorbanan. Berkorban banyak waktu serta tenaga bahkan nyawapun bisa jadi taruhannya, namun semua itu bukanlah Aldrich jika menyerah begitu saja.

Setelah usahanya begitu keras, kini Aldrich beserta para sahabatnya menikmati hasil yang begitu nyata serta tenaga dan usaha yang ia keluarkan kini terbayar dengan semua kemenanganya ini.