"Ya kan siapa tahu aja sih Ven, lagian gue juga nggak suka sama Aldrich. Dih boro-boro gue suka, mau lihat aja enggak. Udah dingin, nggak ada sifat kayak manusia gitu, yakali gue suka," sahut Zara.
Kringggg..........
Suara bel berbunyi menggelegar menyisakan ratusan anak yang tengah beari berhamburan menuju kelas mereka masing-masing. Venus dan Zara berjalan santai menuju kelas mereka karena memang jarak mereka dengan kelasnya hanya terpaut beberapa langkah saja. Tak membutuhkan waktu lama, mereka berdua pun duduk tenang di bangku mereka masing-masing. Wajah serius dan tegang terlihat sangat jelas dari raut muka mereka. Hari ini mereka memang akan ada ulangan fisika. Soal-soal yang akan membuat pikiran dan saraf mereka bekerja dengan sangat maksimal.
"Pagi anak-anak," Sapa salah seorang guru yang sudah siap dengan membawa lembar soal berwarna buram.
"Pagi Bu," jawab mereka kompak.
"Hari ini kita akan mengadakan ulangan harian 2 fisika. Saya harap kalian bisa mengerjakan dengan jawaban yang benar dan tidak usah terburu-buru. Waktu kali ini 60 menit dengan hanya 20 soal saja. Silahkan kalian mempersiapkan lembar kertas dan pulpen saja!"
Mereka segera melakukan apa yang diperbolehkan guru fisika mereka. Tak berselang lama, akhirnya soal pun dibagikan. Mata mereka mulai berjalan membaca soal-soal yang sudah disiapkan. Jari-jari mereka telah bersiap untuk menulis jawaban di lembar kertas masing-masing.
Cukup 20 menit saja bagi Venus untuk menyelesaikan 20 soal. 1 soal hanya 1 menit saja. Waktu yang terbilang sangat-sangat singkat untuk seorang murid yang mengerjakan ulangan fisika.
"Bu saya sudah," ujar Venus berdiri dari bangkunya dan berjalan maju mendekati meja guru untuk mengumpulkan lembr jawabannya.
"Baik, silahkan kamu tunggu di luar ya," sahut guru fisika itu sangat ramah.
Venus berjalan keluar kelas dan duduk diam di kursi yang sudah disiapkan di luar kelas. Ketika tengah asik menatap sekelilingnya, Venus dikejutkan dengan suara berisik dari arah belakang gudang. Venus yang tergerak hatinya pun tak berfikir panjang langsung menghampiri arah suara itu. Ia sangat terkejut tatkala melihat seorang gadis yang kira-kira dia masih kelas X tengah di bully habis-habisan oleh lima orang laki-laki yang dimana mereka berpangkat kelas XII. Venus langsung berlari dan memeluk gadis tersebut dengan erat.
Para kumpulan laki-laki itu sedikit terkejut dengan kedatangan Venus yang tiba-tiba. Wajah Venus berubah menjadi sedikit marah karena mereka hampir saja membuat gadis itu kehilangan bajunya. Venus berdiri dan menatap mereka dengan tajam tanpa sedikitpun mengeluarkan kata-kata.
"Eh cewek, ngapain disini? Mau nyerahin diri juga buat kita?" Goda salah satu laki-laki dengan baju yang di dobel dengan kaos hitam tanpa dikancingkan.
"Bukannya ini cewek yang terkenal pinter banget itu ya? Kok mau nyerahin diri sama kita?" Sah satu laki-laki lain menggoda Venus dengan mengelus rambut indah Venus.
Venus tetap diam tanpa ada pergerakan dan perlawanan sedikitpun. Takut? Venus sangat tidak takut dengan mereka semua.
"Kok diem aja sih? Takut ya?" Tiba-tiba saja tangan laki-laki yang mungkin adalah ketua dari geng itu menarik baju Venus hingga sedikit membuat Venus maju satu langkah.
Lagi-lagi Venus tak ada perlawanan sedikitpun. Jangankan perlawanan, kata-kata saja Venus tak mengucapkannya. Dia hanya diam tanpa bergerak dan berbicara sejak tadi. Hal itu membuat gadis yang ada dibelakang Venus sedikit mengerutkan keningnya karena merasa aneh dengan sikap Venus yang hanya diam.
Setelah hampir 20 menit Venus diam. Tangan Venus mulai menepis tangan laki-laki yang menarik bajunya dengan sangat kasar hingga membuat laki-laki itu meringis kesakitan.
"Kalian laki-laki kan?"
"Ya laki-laki lah masa perempuan," mereka menjawab dengan suara tanpa rasa bersalah.
"Apa kalian punya harga diri? Saya rasa kalian semua tidak punya harga diri," ujar Venus membuat mereka terkejut.
"Kalian pikir sejak tadi saya diam karena saya takut? Benci saja pikiran kalian semua!" Nada Venus sedikit naik karena amarah yang sudah memuncak.
"Bagi saya, kalian hanyalah wujud bangkai kecil yang sudah membusuk dan dengan mudahnya dibuang tanpa hati," ujar Venus dengan sinisnya.
"Jaga ucapan lo ya!" Terima salah satu laki-laki itu.
"Penting buat saya menjaga ucapan saya. Anda saja tidak bisa menjaga perilaku dan ucapan Anda pada orang lain."
"Lo mulai berani ya jadi cewek! Jangan mentang-mentang lo pinter, disukai banyak guru terus lo seenaknya aja sama kita,"
"Kalian yang membuat korban bully kalian menjadi singa! Kalian yang sudah membuat mereka memiliki dendam yang tak pernah mereka harapkan sekalipun! Dan kalian yang sudah menciptakan mereka menjadi sosok tanpa hati!" Venus mulai geram dengan tindak tak senonoh dari mereka.
"Kalian merasa memiliki derajat tinggi sebagai laki-laki? Buat apa klain hidup kalau hanya menciptakan malaikat berhati singa?"
"Ingat ucapan saya, saya tidak main-main dengan kata-kata saya. Selama kalian tetap bersikap seperti ini, saya akan tetap bertindak dan saya akan tetap membuat kalian sadar akan tingkah bejat kalian!" Nada Venus sudah mulai memuncak namun dia tetap tenang dan tak memunculkan emosinya.
Venus mengangkat tubuh gadia itu yang sebelumnya sudah ia tutup dengan jaket yang Venus kenakan. Venus membawa gadis itu ke UKS dan memberikan pengobatan dasar agar gadis itu tak mengalami trauma. Ini adalah salah satu mengapa Venus yang dingin, ramah namun tetap bersikap tegas. Ia tak mau sikap tak pedulinya ini disalah artikan oleh orang lain. Venus tak tega melihat gadis itu yang tengah merintih karena merasa dia sudah tak berhak hidup lagi.
"Kamu namanya siapa?" Venus berkata pelan pada gadis itu.
"Gita," jawab gadis itu.
"Kata mamah nama Gita itu kepanjangan dari salah satu zodiak. Yaitu Sagitarius," jelas Gita menatap wajah Venus.
"Sagitarius, zodiak yang dengan lambang manusia berpanah yang memiliki sifat kuat, sabar, dan berani,"
"Kakak cuma pesan buat kamu. Kamu jangan pernah berpikir bahwa dunia tidak adil. Selama ini Dunai sangatlah adil, namun ketidak adilan itu hanya diciptakan oleh manusia yang seolah-olah membuat dunia menjadi tak adil."
"Ingatlah satu kata, bahwa selama kamu mempunyai keyakinan, disitulah kamu menemukan ketenangan. Kubur lagi dendam dan trauma yang muncul dari diri kamu, jangan buat mereka menjadi nyata dan merubah segalanya," tambah Venus sangat bijak dengan kata-kata yang sangat menenangkan.
"Nama kakak siapa?"
"Venusya Geova Kyle, atau kamu bisa manggil kakak dengan nama Venus."
"Nama kakak indah, seindah sikap kakak yang bak seorang bidadari bahkan bak seorang Tuhan." Puji gadia itu membuat Venus tersenyum karena lega gadis itu bisa tersenyum kembali.
"Dan satu lagi, buang jauh-jauh rasa takut yang ada dalam diri kamu. Jangan pernah menumbuhkan perasaan dendam, marah, ataupun kecewa. Buat diri kamu sendiri terbiasa dengan sikap sabar dan menerima semuanya seolah-olah tak terjadi apapun dalam diri dan hidup kamu." Tambah Venus sebelum dia pergi untuk kembali ke dalam kelasnya.
Gadis yang bernama Gita tersebut masih tetap diam di tempat dengan senyum kagum pada Venus. Selama ini kakak kelas yang selalu ia Kagumi ternyata memanglah berhati malaikat. Bukan hanya Malaikat, namun juga berhati Tuhan. Walaupun bagi Gita, Venus tergolong orang yang cuek, namun kepedulian Venus sangatlah tinggi.
Gita segera kembali ke dalam kelasnya setelah hampir 20 menit berada di UKS dengan Venus. Gita berjalan sangat gembira dengan mengingat-ingat kembali kata-kata yang diucapkan Venus untuk dirinya. Kata yang sederhana namun membuat siapa saja akan hanyut didalamnya.