"Aku ada satu permintaan padamu," ucap Reina tiba-tiba.
"Apa?"
Reina diam lalu menghirup napasnya dalam-dalam.
"Tinggalkan Lara demi aku."
Heh? Apa Yose tidak salah dengar? Mengapa tiba-tiba Reina membuat permintaan seperti itu padanya?
Melihat wajah Yose yang seperti orang kebingungan membuat Reina segara meralat kalimatnya.
"Aku cuma bercanda, tak perlu panik yang berlebihan. Aku tau kamu sangat menyukainya. Jadi mana mungkin kamu meninggalkannya." Reina berbicara panjang lebar di depan Yose yang menatapnya gamang.
Bukan masalah Yose menyukai Lara atau tidak. Tapi bagaimana bisa Reina begitu gamblang mengatakan hal itu padanya?
"Besok hari Minggu, aku ingin jalan-jalan," ucap Reina. Ia membaringkan tubuhnya di kasur dan memandang Yose yang duduk di samping kasur.
"Kamu mau pergi jalan-jalan ke mana?" tanya Yose.
"Ke mana saja, aku tak mau alasan. Kamu harus mau."
"Iya, aku akan pergi denganmu besok." Yose kemudian pelan-pelan berbaring di samping Reina.
Karena kasur yang sempit, otomatis membuat Yose harus menempel pada Reina.
"Kamu sudah mandi?" tanya Reina.
"Belum, kenapa? Apa aku harus mandi dulu? Sudah malam."
"Tak perlu."
Reina menarik lengan Yose untuk ia jadikan bantal di kepalanya. Seolah tidak terjadi apa-apa, Reina kemudian menatap Yose dengan dekat.
Yose yang merasa ditatap memiringkan wajahnya. "Kamu pasti tak bisa tidur di sini, karena kamarnya hanya seukuran kamar mandi di rumahmu."
"Bukan."
"Lalu?"
"Aku tak bisa tidur karena ada kamu di sini," ucapnya dengan berbisik.
Yose mengangkat wajahnya sedikit. "Aku akan keluar dari sini kalau begitu."
Namun Reina menarik tubuh Yose dan mendekatkannya lagi. "Selama aku tidak menyuruhmu untuk keluar, tetaplah di sini."
"Oke."
**
Pagi menjelang. Ketika Reina membuka matanya, dia tidak menemukan Yose ada di sampingnya.
Ia pikir Yose di mana, ternyata ada suaranya yang tengah memasak di dapur membantu neneknya di sana.
Reina tersenyum. Lalu ia melirik ke arah ponsel Yose yang menyala, ada sebuah pesan masuk. Dan itu adalah dari Lara.
Lara: Aku bisa ikut study tour nanti. Kamu jadi ikut kan?
Reina berdecih, ia ingin membalas pesan tersebut. Tapi ia urungkan, dia membuang pesan perempuan itu lalu keluar dari kamar.
"Reina sudah bangun rupanya," sapa nenek Yose pagi-pagi. "Cuci muka dulu setelah itu ikut sarapan dengan kami."
"Iya Nek."
Yose hanya melirik sekilas, kemudian sibuk dengan kegiatannya lagi.
"Lara," geram Reina ketika dia menatap pantulan dirinya di depan kaca. "Ternyata kamu benar-benar tidak tahu malu ya." Reina membasuh wajahnya dengan kasar. Entah mengapa dia mulai membenci Lara. Wanita yang menurut Yose malaikat itu, baginya hanyalah seorang wanita penggoda.
Meskipun Yose hanya menikah dengannya secara kontrak. Tapi tetap saja, kan? kalau Reina adalah istri sah dari Yose.
"Awas saja kamu, aku akan membuatmu menyesal mendekati Yose."
Kedua tanduk Reina keluar. Dia dibakar rasa cemburu, tapi tak mau mengakui.
**
Yose melirik Reina heran, ia tak tahu kalau Reina menyukai berenang di kolam renang umum seperti ini.
"Kenapa? Kamu tak suka aku mengajakmu ke sini?" tanya Reina meledek.
"Kamu—bukankah rumah kamu ada kolam renang?"
"Rumah mana? Rumah ayah ibuku? Aku tak mau ke sana, lebih baik renang di sungai daripada disuruh main ke sana."
Yose menahan senyumnya, terkadang Reina menggemaskan dan lucu. Yah, meski hanya terkadang.
"Aku ingin liburan seperti orang-orang. Lihat mereka sangat bahagia."
Yose menatap wajah Reina dari samping. Ia tersenyum dan senyumnya tampak lebih tulus lain dari biasanya.
Apakah wanita itu memang hanya menginginkan hal ini? Ini adalah hal sederhana yang seharusnya bisa dilakukan oleh Reina meski tanpa Yose.
Namun jika dilihat di sekeliling banyak yang memang pergi dengan suami dan anak-anak mereka. Mungkin Reina ke sana ingin mengajak suaminya seperti orang-orang.
"Kandungan kamu—tak apa-apa? Kalau kamu pingsan lagi bagaimana?" tanya Yose yang mulai mencemaskan kandungan Reina.
"Lalu apa gunanya kamu, kan ada kamu di sini," jawab Reina dengan percaya diri.
Ya, entah menjadi suami, perawat atau koki. Yose sudah menjadi lelaki paket komplit. Dia bisa melakukan semuanya untuk Reina.
Dan hari ini tugasnya berubah menjadi perawat wanita itu sekaligus menjadi bodyguard istrinya.
"Ayo masuk," ajak Reina. Dia sudah mengenakan bikini, perutnya sedikit menyembul karena ada calon bayinya di dalam.
Sementara Yose sudah mengenakan celana dan bertelanjang dada.
Jujur saja Reina tak suka melihat Yose memamerkan dadanya seperti ini di depan orang-orang. Menjadi tontonan para wanita single yang tak sengaja melihat ke arahnya.
"Mau ke mana?" tanya Yose.
"Kita ke sana, agak ke tengah. Kamu bantu aku pegang pelampung, biar aku tidak jatuh. Oke."
Yose menurut saja, dia pergi untuk menyewa ban yang bergambar donat itu untuk Reina. Memeganginya agar istrinya tersebut tidak jatuh ketika menaikinya.
Lalu dengan sabar Yose mendorong pelan ke tengah, Reina tertawa ketika tanpa sengaja air menyiprat dan mengenai wajahnya.
"Yos! Jangan dilepas!" serunya sambil memekik tertawa.
Yose tak yakin ini baik untuk kandungan Reina, tapi jika melihat Reina bisa seperti ini. Mungkin akan lebih baik, karena Reina dapat tertawa bahagia tidak stress seperti kemarin.
"Agak ke tengah lagi Yos!" suruh Reina.
"Jangan!"
"Kenapa?!"
"Di sana ada ombak, aku tak mau kamu terjatuh!" seru Yose. Ia dan Reina harus sedikit berteriak agar dapat terdengar karena suara di kolam renang yang sangat riuh dan ramai.
"Kan ada kamu!" Reina menyahut sambil berteriak. Ia tertawa keras begitu air yang berasal dari gulungan ombak buatan membuat bannya sedikit goyang.
Tidak ada yang lucu, tapi Reina merasa benar-benar bahagia saat ini. Lalu tanpa sengaja Reina terus memegang lengan Yose ketika hendak terjatuh, dan Yose dengan siaga memegangi Reina agar tidak terjatuh dari atas ban.
"Berhati-hatilah," ucap Yose. Rambutnya yang cokelat sudah mulai basah kuyup, bukan karena menyelam tapi karena air di dalam ember besar menyiram seluruh isi yang ada di kolam renang.
"Kan ada kamu," sahut Reina, tatapannya melembut pada Yose.
Yose tersenyum. Ia merasa senang jika bisa diandalkan oleh Reina seperti saat ini.
"Aku laper Yos, kita udahan dulu," kata Reina.
"Hmm, oke." Yose kemudian menarik lagi ban donat itu menuju pinggiran kolam. Lalu mengangkat tubuh Reina dengan mudahnya ke bibir kolam.
"Kamu pergi ke sana dulu, aku balikin ini." Yose kemudian membawa ban yang ia sewa lagi. Reina mengangguk kemudian membawa handuk dan menutupi tubuhnya.
Ia melirik ponsel Yose, dan Lara tak henti menghubunginya hari itu.
Reina kesal, benar-benar kesal karena wanita itu seakan tak tahu waktu, atau dia sengaja menganggu hari liburan Reina dengan Yose?