Ia melirik ponsel Yose, dan Lara tak henti menghubunginya hari itu.
Reina kesal, benar-benar kesal karena wanita itu seakan tak tahu waktu, atau dia sengaja menganggu hari liburan Reina dengan Yose?
Setelah melihat jika Yose masih sibuk dengan bannya, Reina akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat telepon dari Lara tersebut. Toh dia adalah istri Yose, jadi tak masalah kan kalau dia mengangkat telepon dari Lara?
"Halo?" sapa Reina dengan ketus.
"Ini siapa?" tanya Lara.
"Aku istrinya, memang siapa lagi? Ada apa menghubungi suamiku, tadi bukankah sudah mengiriminya pesan?" tanya Reina.
"Maaf, kalau saya menganggu—"
"Ya, kamu memang mengangguku."
"Itu—tapi saya bisa bicara dengan Yose?"
"Maaf tapi tak bisa, aku dan Yose sedang pergi. Kamu bisa bicara dengan Yose di sekolah. Aku tahu kamu menyukai Yose, tapi bisakah kamu sedikit menahannya agar tidak terlihat murahan?"
Hening.
Mungkin Lara sakit hati mendengar ucapan Reina barusan, tapi bodo amat karena Lara sendiri saja tidak tahu malu dan terus menganggu Yose dengan menghubunginya seperti sekarang.
Reina tahu kalau Yose lemah terhadap Lara. Bahkan lelaki itu sangat bisa ditebak jika akan berlari pada Lara walaupun malam sekalipun.
"Kalau begitu sekali maaf," ucap Lara pelan dan merasa bersalah.
"Jangan hubungi Yose hari ini!" tutup Reina. Dia menghela napas kasar kemudian menghapus history panggilan dari Lara.
Saat Yose berjalan ke arahnya, Reina baru menyadari kalau kalung yang diberikan oleh Yose tadi malam ternyata sudah tak ada di lehernya lagi.
Ia kebingungan. Kemudian melihat ke arah keramaian di tengah kolam. Pasti di sana dia tak sengaja menjatuhkan kalungnya.
"Kenapa? Kamu mau ke sana lagi?" tanya Yose sambil melihat ke arah kolam renang.
"Kalung yang kamu berikan padaku semalam. Hilang—Yos." Reina memucat wajahnya, dia berjalan ke arah kolam renang dan dicegah oleh Yose.
"Mau ke mana?" tanya Yose.
"Ke mana lagi? Aku harus mencari kalungnya?!"
"Biar aku, kamu tunggu di sini biar aku yang mencarinya," cegah Yose. Mana mungkin dia membiarkan Reina masuk ke dalam kolam renang demi menemukan kalung yang harganya tak seberapa itu?
Bahkan dari harga bikini yang dipakai oleh Reina saja lebih mahal bikini tersebut.
Yose sempat membelalak ketika mengetahui harga bikini Reina yang harganya hampir menyentuh angka 3 juta.
"Kamu ganti baju, nanti kamu sakit." Yose kemudian turun ke kolam renang lagi, kemudian menyelam sesekali untuk menemukan kalung tersebut.
Reina memandang Yose dari kejauhan. Ada sesuatu yang aneh menggelitik di dalam hatinya. Ketika Yose menarik tangannya dan dengan suara beratnya dia mencegah Reina untuk masuk ke dalam kolam renang.
Lelaki itu sudah tampak di tengah kolam, kemudian sesekali memasukkan kepalanya di dalam air. Lalu muncul lagi untuk mengambil napas.
Lalu setelah beberapa menit, lelaki itu melambaikan tangannya pada Reina. Dengan senyum yang memang—manis dia berjalan menuju tepi. Ternyata kalung tersebut jatuh di dekat ember air tadi.
Yose keluar dari kolam renang dengan rambutnya yang basah.
"Ini murah, lebih mahal bikini yang sedang kamu pakai. Kenapa harus mencarinya? Kamu bisa membeli lagi."
"Beda," sahut Reina. Ia kemudian meminta Yose untuk memakaikan kalung tersebut.
"Gantilah pakaian, aku akan menunggumu di sana." Yose menunjuk tempat makan yang ada di dalam kolam renang. "Aku sudah lapar."
"Oke." Reina tersenyum karena mendapatkan kalungnya lagi, sementara Yose masih tidak sadar jika ada beberapa panggilan masuk dari Lara. Dan beberapa pesan yang masuk ke dalam ponselnya karena ponsel Yose dimode senyap oleh Reina.
Setelah setengah jam, Reina sudah mengenakan bajunya kembali. Datang ke restoran dengan dandanan yang tak terlalu mencolok tapi tetap memperlihatkan betapa cantik dan kelasnya dia.
Sementara itu Yose sudah duduk menunggu Reina sejak tadi. Dia hanya memesan air putih karena tidak tahu Reina ingin makan apa hari ini.
"Kamu pesan saja dulu." Reina menarik kursinya kemudian membaca buku menu. Tak ada yang menarik seleranya.
"Kenapa? Kamu tidak suka dengan menu di sini?"
"Aku bosan makan ayam aku juga malas memakan daging, tapi aku tak bisa makan salad," gumam Reina.
"Apa kita perlu pindah ke restoran lain?"
"Jangan, aku pesan ini saja. Sup daging sapi." Akhirnya Reina memesan itu, dia sempat melihat wajah kelaparan dari Yose jadi mana mungkin dia pindah ke restoran lain.
"Oke, kalau begitu aku pesan seperti yang kamu pesan." Yose menutup bukunya kemudian memberikannya pada pelayan.
Reina gugup, berharap kalau Yose tidak akan melihat ponselnya setidaknya sampai nanti malam.
Dia tak ingin liburannya rusak hanya karena Lara. Wanita yang selalu mencari perhatian pada Yose.
Reina sadar jika Yose tak memiliki perasaan apa-apa pada dirinya. Namun dia ingin sedikit saja diperhatikan oleh Yose. Apa itu berlebihan? Apa itu melanggar kontrak?
"Yos, nanti malam aku harus ke dokter kandungan," ucap Reina.
"Aku akan mengantarkanmu."
"Lalu—jangan pergi ke mana-mana hari ini."
Yose menaikkan kedua alisnya bingung.
"Maksudku, kamu sudah berada di sekolahan selama 6 hari dalam seminggu. Apa aku terlalu berlebihan meminta waktumu di hari Minggu saja? Aku tahu ini memang kontrak, tapi—"
"Iya, aku akan menemanimu hari ini."
Reina tersenyum.
"Kalau misalnya Lara menelepon, apa kamu akan datang padanya tiba-tiba?" tanya Reina, ia hanya penasaran dan heran.
"Apa dia meneleponku hari ini?"
Ketika Yose hendak mengambil ponsel yang ada di dalam tas berisi pakaian renangnya. Tangannya dicegah oleh Reina.
"Bukankah kamu berjanji kalau akan menemaniku?"
Yose bimbang kemudian urung mengambil ponselnya. Hanya saja kini Yose malah tidak fokus dengan Reina. Ia seakan memikirkan hal lain yang mungkin saja memikirkan Lara.
"Kenapa? Jangan membuatku tidak nafsu makan dengan melihatmu seperti ini?" Reina mengatakan apa yang mengusik pikirannya. "Aku tau kamu menyukainya, tapi tak bisa kah kamu menghargaiku sedikit saja? Meski aku hanya istri kontrakmu?"
**
Pikiran Yose tak karuan malam itu, dia sudah melakukan hal yang disuruh Reina seperti mengantarnya ke rumah sakit dan tak memikirkan Lara selama seharian.
Namun ketika dia hendak masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Yose mendadak ragu.
"Kamu tidak masuk?" tanya Reina ketika melihat Yose mematung di depan pintu.
"Reina, maafkan aku. Tapi—karena acara kita sudah selesai, apa aku bisa pergi bertemu dengan Lara?" tanya Yose.
Mata Reina bergetar. Dia memang mendapatkan apa yang dimau. Tapi tetap saja Lara tempat Yose pergi.
"Hm, pergilah. Pergilah ke tempat Lara," kata Reina dengan datar dan pandangan yang kosong.
"Terima kasih, aku akan segera kembali," ucap Yose sangat senang. Dia buru-buru mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya kemudian menghubungi Lara sambil meraih pintu pagar.
Selepas Yose pergi, Reina meneteskan air matanya.
"Aku sangat membencimu Lara, aku berjanji akan menghancurkan hidupmu," geram Reina.