Chereads / Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 3 - Wanita yang Kasar

Chapter 3 - Wanita yang Kasar

Jam sepuluh siang Reina keluar dari kamarnya dengan kepala yang sangat pusing. Apalagi setelah semalam dia mabuk bersama dengan teman-temannya.

Padahal dia tahu kalau dirinya saat ini sedang hamil. Tetapi selalu melakukan hal itu dan tak bisa menolak ajakan dari temannya jika diajak untuk pergi ke klub malam.

Reina menatap meja di dapur dengan pandangan tak percaya. Ia selama ini belum pernah melihat masakan sederhana khas rumahan ketika dia masih tinggal di rumah orang tuanya.

Tanpa sadar Reina tersenyum dan duduk di meja makan.

"Bisa masak rupanya," bisik Reina.

Ia kemudian mencicipi sup ayam pedas yang dibuat oleh Yose tadi sebelum ia berangkat ke sekolah.

"Oh ya—dia sudah mulai bekerja hari ini," gumam Reina. Matanya kemudian membulat ketika merasakan masakan yang diolah oleh Yose sangat enak.

"Kenapa bisa enak begini? Dia bukan hanya bisa, tetai sangat pandai," gumamnya kagum.

Lalu sesaat kemudian Reina membaca pesan dari pegawainya yang bekerja di restorannya dan mengatakan jika hari ini akan ada audit di restorannya.

"Astaga! Aku melupakan ini!" Reina baru sadar jika hari ini akan ada pemeriksaan dari petugas kelayakan makanan. Yang setiap satu bulan sekali akan datang untuk memeriksa kebersihan dan kelayakan di restorannya.

Reina memiliki sebuah restoran yang menyajikan menu dengan masakan Jepang. Dia mendirikannya karena kecintaannya dengan makanan tersebut.

Mendirikan restoran itu tak lantas bisa membuatnya bersantai karena dia harus membayar utang pada ayahnya yang sudah meminjamkannya modal. Meskipun sisa uangnya kemarin untuk membayar Yose.

"Aku akan ke sana, tapi kamu bisa urus dulu kan?" tanya Reina ketika menghubungi Indra manajer restorannya.

"Bisa, saya akan mengusahakannya. Lagipula restoran kita selama ini tidak pernah melakukan kesalahan."

"Jangan seperti itu. Kalau kita sombong pasti akan ada hal buruk terjadi."

"Oh—maafkan saya."

Reina memutuskan sambungan teleponnya. Dia akan melanjutkan makannya sebelum pergi ke restoran.

Sementara itu di tempat lain. Yose tengah mengalami konflik batin lantaran rasa gugupnya yang tak bisa ia tangani.

Sekolah swasta yang besar dengan megah ia berdiri di depannya. Sama sekali berbeda dengan sekolahnya dulu yang jauh dari kata kesan mewah.

"Apa aku bisa?" Tiba-tiba Yose ragu.

Dilihatnya siswa-siswa yang kebanyakan dari kalangan menengah ke atas itu satu persatu memasuki pekarangan sekolah.

BRUKKK!

Yose menoleh ke belakang dan melihat seorang guru tanpa sengaja menjatuhkan lembaran-lembaran kertas ke atas aspal.

Karena Yose baik akhirnya dia membantu guru tersebut untuk memunguti kertas-kertas itu.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Yose.

Ketika wanita yang ada di depannya itu mendongak, dia baru sadar jika yang baru saja dia bantu adalah Lara.

"Oh—Anda cucu dari nenek ya?" tanya Lara dengan wajah yang cerah.

"Iya benar—Anda mengingat saya rupanya." Yose malu karena Lara ternyata dapat mengingat wajahnya meski sudah dua hari berlalu.

"Anda akan mengajar di sini?"

Yose mengangguk.

"Tapi saya tidak percaya diri," gumam Yose sambil mengamati sekitarnya.

Lara berdiri setelah semuanya sudah beres kemudian menyejajari langkah Yose di sampingnya.

"Kenapa tidak percaya diri? Apa ini baru pertama kali Anda mengajar?"

"Iya benar. Dan ini sekolah swasta."

"Tak masalah, di sini siswanya baik-baik kok." Lara menampakkan senyumnya. Di mana deretan gigi putih rapinya memberikan kesan cantik padanya.

"Cantik," gumam Yose tanpa sadar.

Tapi untung saja Lara tidak mendengarnya.

"Sekarang kita ke ruang guru dulu, Anda belum boleh gugup. Oke." Lara terkekeh, kakinya melangkah lebih cepat seakan sedang dikejar sesuatu hingga membuat Yose mengikutinya dari belakang.

Wangi rambut Lara menguar di hidungnya ketika wanita itu berjalan mendahuluinya. Bahkan cologne-nya sangat manis.

Lalu setelah Yose menaiki tangga-tangga yang mengantarkannya ke lantai tiga. Akhirnya dia bisa menemukan ruang guru berada. 

"Ternyata cukup berat juga," bisik Yose.

"Benar, dulu saya juga berpikir seperti itu. Namun untungnya semuanya jadi menyenangkan karena berat badan saya bisa turun."

Lara adalah wanita yang mampu membuat Yose nyaman di dekatnya. Dia sangat ramah dan juga baik. Tidak seperti wanita yang ia dapatkan belum lama ini.

Yose menggelengkan kepalanya cepat.

"Ah! Jangan berpikir aneh-aneh Yose," gumam Yose kemudian tangannya meraih knop pintu.

Banyak guru yang sudah duduk di sana, Lara menunjukkan meja Yose yang ternyata berada di sampingnya.

"Anda bisa duduk di sini, nanti kalau sudah bel berbunyi Anda bisa masuk ke ruang kepala sekolah. Sepertinya hari ini Anda hanya akan melakukan perkenalan saja dengan siswa di kelas Anda," jelas Lara.

Yose hanya mengangguk dan mendengarkan ucapan dari Lara dengan seksama.

Lara kemudian duduk di kursinya sementara Yose bingung harus melakukan apa.

"Anda bisa membuka file ini." Lara memberikan sebuah map yang berisi biodata siswa yang ada di kelasnya nanti.

"Terima kasih." Yose menerimanya dengan canggung.

Namun … dia belum tahu kekacauan apa yang sedang terjadi di rumahnya saat ini.

**

"Kunci di mana sih," geram Reina sejak tadi yang merasa kehilangan kunci mobilnya.

Ia masih ingat jika meletakannya di samping televisi yang ada di kamar.

"Ah! Sudah tidak ada waktu, sebaiknya aku gegas pergi ke kamar mandi lalu mandi!" gerutu Reina.

Akan tetapi, ketika dia masuk ke dalam kamar mandi. Dia terpeleset karena lantai kamar mandi yang licin.

"Agh!" pekik Reina ketika pantatnya yang terjatuh duluan di atas lantai.

"Sial banget hari ini!" rutuknya. Dan ketika dia hendak berdiri, dia merasakan sakit di tulang ekornya.

Ia meringis kesakitan sampai tidak dapat berdiri.

"Ahh! Kalau begini aku bisa telat!" umpatnya lagi.

Sampai akhirnya dia menghubungi Yose, suaminya.

"Cepat pulang! Aku terjatuh di kamar mandi!" teriak Reina ketika teleponnya sudah terhubung.

"Tapi—aku baru saja memperkenalkan diriku di depan murid-murid," bisik Yose yang pasti dia ada di kelas.

"Kamu mau aku mati, hah?!"

Yose sampai harus merenggangkan jarak antara ponsel dan telinganya karena suara Reina yang kencang.

"Oke, oke. Aku akan izin kalau begitu. Tunggu aku."

"Cepat," geram Reina.

**

Yose menghela napasnya sambil melihat layar gawainya.

"Ada apa?" tanya Lara yang ketika itu hendak masuk ke kelasnya.

"Istri saya—jatuh di toilet, dia menyuruh saya untuk pulang," jawab Yose tak enak.

"Kalau begitu Anda harus pulang, Anda tidak bisa membiarkannya terlalu lama."

Dan pada saat itu Yose ingat jika Reina sedang hamil muda.

"Iya benar, kalau begitu saya akan izin ke kepala sekolah dulu." Yose langsung berlari menuju ruang kepala sekolah untuk izin pulang ke rumah.

Meskipun terkesan kurang ajar tapi Yose tak bisa membiarkan Reina di kamar mandi selama seharian.

Dan untung saja, kepala sekolah tersebut mengizinkan. Karena jam pelajaran olahraga Yose sudah hampir berakhir.

"Tetapi lain kali jangan seperti ini lagi ya," ucap kepala sekolah wanita itu sebelum Yose pergi dari ruangan.

"Baik Bu, saya minta maaf."