"Yang Mulia apakah Anda yakin ikut perburuan ini? " Tanya Dayang Hee, wajahnya tampak tak yakin, sepertinya dia memiliki firasat buruk soal ini. Mengingat apa yang telah dilakukan Yang Mulia Kaisar padanya kemarin.
"Tenanglah. Kau percaya saja padaku. Dikehidupan sebelumnya aku dijuluki dengan kepala batu dan kulit baja. Aku tidak akan mudah mati di pertempuran."
"Yang Mulia Hamba percaya pada Anda, "
"Yosh. Kau sudah siapkan tandu? "
"Sudah Yang Mulia Ratu."
Tiba-tiba pintu kamar Hae Won terbuka dan Kasim Yang muncul dari balik pintu.
"Salam Yang Mulia Ratu."
"Ada apa? "
" Yang Mulia Kaisar sudah menunggu Anda di paviliun utama. Beliau bersama pengawal kerajaan akan pergi bersama Anda."
"Eh? aku bukannya naik tandu? "
"Tidak Yang Mulia Ratu. Anda akan menunggang kuda bersama Kaisar"
"What?! "
"Eh? "
"Baiklah. aku akan menyusul."
***
//Paviliun Utama//
"Kau menyuruhku menunggang kuda? kau tidak waras ya? aku kan Ratu! "
"Kau seorang Ratu. berani sekali mengatai Kaisarmu tidak waras! "
"Sudah jelas. Kau lihat, aku perempuan, harusnya diperlakukan dengan anggun dan terhormat."
"Baiklah. Kalau begitu kau jalan kaki saja bersama Dayang-dayangmu itu."
"Ti-tidak. Bukan begitu maksudku. Ahhh baiklah aku akan naik kuda itu."
*dia pandai sekali berkuda sebelumnya. Kita lihat, apakah kemampuannya masih sama* begitu pikir Kaisar.
Beberapa menit kemudian.
"Kau benar-benar tidak ada niatan membantuku naik ke atas? "
"Kau pandai berkuda sebelumnya."
"Kan sudah kubilang. Itu bukan aku. Masih saja tidak percaya."
"Pengawal! " Kaisar memanggil pengawalnya.
"Cepat bantu Yang Mulia Ratu menaiki kudanya. "
"Tu-tunggu. Aku harus mengendalikan kuda ini sendiri? "
"Benar."
"Tapi ini kali pertamaku naik kuda. Jika terjadi kecelakaan bagaimana? "
"Kau tanggung sendiri"
"Jika terjadi sesuatu. Bukan hanya aku yang malu. Tapi nama baik kekaisaran akan tercoreng. Kau-gagal memilih Ratu, kau mau itu terjadi? "
.Diam.
"Baiklah. Aku akan naik kuda ini. Ini pertama kali aku menaikinya. Jika aku terjatuh dan mati. Kau kan tinggal cari Ratu baru, benarkan? "
"Kemarilah." Tiba-tiba Kaisar yang sudah berada di atas kudanya mendekati Hae Won.
"Naiklah." Dia mengulurkan tangannya. Hae Won tersenyum dan meraih tangan Kaisar cepat
"Bukan berarti aku peduli padamu. Tapi-tidak masih banyak hal yang harus kau pertanggung jawabkan."
"Baiklah, aku mengerti."
pasukan pun berjalan menuju hutan dekat pegunungan Sina. Hae Won terkesima sepanjang perjalanannya. Ini kali pertama dia naik kuda.
"Woahhh"
" Kau bisa diam tidak? sejak tadi kau tidak berhenti takjub. Memalukan."
"Ini pertama kali aku naik kuda. Dan ini pertama kali aku masuk ke hutan selebat ini. Apa ada macan di sini? "
"Kita mau memburunya." Jawabnya datar.
"Wahhh. Gila."
"Kau mengataiku gila lagi?! "
"Bukann. Maksuduku-kerenn, kau bahkan membunuh binatang liar. Ahhh pantas saja macan di duniaku hampir punah, rupanya kalian yang memburunya."
.diam.
"Kau tahu-di duniaku, ada kendaraan yang jauh lebih cepat dari kuda."
kaisar diam namun dari tindakannya dia tampak penasaran. Tangannya masih fokus mengendalikan kuda yang melaju.
"kereta bawah tanah. kita menyebutnya itu, dia bergerak sangat cepat. Bahkan kau hanya pejamkan mata, kau sudah sampai."
"Kau mengarang cerita? "
"Mana mungkin. Apa imajinasiku setinggi itu."
"Ahhh satu hal lagi. Di tempatku. benar-benar tidak ada macan yang berkeliaran sebebas ini. Bahkan aku belum pernah melihat macan asli selama aku hidup."
"Kau tinggal dimana? " Kaisar yang dingin itu akhirnya penasaran
"Kau penasaran?"
tiba-tiba Hae Won menunjuk Langit.
"Disana. Jauhh jauhhh sekali."
"Kau tahu? aku sedikit sedih, karena aku harus masuk ke tubuh wanita jahat ini."
"itu tubuhmu. Kau menjelekkan tubuhmu sendiri. Lucu sekali." Kaisar tersenyum menyindir.
" Yang Mulia kita sudah sampai." Pengawal Pribadi kerajaan yang memimpin perjalanan menghentikan kudanya.
Hae Won merasa ajalnya sudah dekat Dia merasa seperti diawasi. Bebar. Dia sudah sampai di lubang buaya. Apakah baju besinya akan membantu? dia hanya melapisi bagian dada sampai perut.
"turunlah. tunggu aku di tenda." perintah Kaisar.
"Kau bilang menteri militer yang merencanakan semuanya. Aku akan melihat sejauh apa dia bertindak."
"Aku sudah pernah mati satu kali. Kali ini aku tidak mau mati."
Hae Won berjalan menuju tenda Kekaisaran. Dia melihat semua pejabat tinggi sudah berkumpul di hutan itu. Termasuk, menteri militer.
Hae Won paham kenapa Kaisar tidak langsung menbasmi kedzaliman menteti militer dan bawahannya. Karena menteri militer menguasai hampir setengah dari pasukan kekaisaran. Jika Kaisar bertindak grgabah, maka kerajaan ini akan mengalami kehancuran. Itu sebabnya, dia mengikuti semua skenario yang dibuat Pemimpin klan api itu.
tiba-tiba seseorang masuk ke dalam tenda Hae Won. Beliau adalah Kaisar yang tampak gagah dengan jubah berburunya.
"Sebentar lagi." Ucap Hae Won.
"Kau yakin? "
Dia mengangguk.
Lalu, menteri militer datang menghadap Kaisar.
"Salam Yang Mulia. Hamba datang untuk memberi hormat Pada Yang Mulia Kaisar dan Ratu."
"Tidak usah terlalu sungkan. Aku menerima hormatmu."
*cihhh. pandai sekali bersandiwara* batin Hae Won.
" Yang Mulia Kaisar, Hamba dan pasukan Anda akan pergi ke Utara bersama pasukan Anda. Dan pasukan klan lain akan pergi ke arah yang berlawanan" Ucap Menteri militer.
"Apa hanya ada pasukanmu yang bersamaku? "
"Benar Yang Mulia. Pasukan Kami adalah yang terkuat. Itu sebabnya keamanan Yang Mulia Kaisar akan terjamin."
*cihhh itu rencananya saja.* Lagi-lagi Hae Won menggerutu.
"Yang Mulia Ratu, pasukan kami juga akan melindungi Anda di tenda ini. Jadi Anda tidak perlu cemas."
*justru kaulah yang berbahaya. Kau mau menjadikanku umpan.*
"Boleh aku ikut berburu dengan kaisar? "
Hae Won berpikir mengubah alur. Sepertinya dia lebih aman berada di samping Kaisar.
"Tidak. Kau tunggu saja di sini. "
*Haiss. lalu untuk apa aku diajak berburu kalau cuma menunggu di tenda.*
Semua orang akhirnya bersiap di area berburu. Hae Won tampak kesal pada Kaisarnya. Bisa-bisanya Kaisar meninggalkan Hae Won seorang diri bersama pasukan musuh.
"Apakah aku tidak punya pengawal pribadi? Bukankah di drama-drama seorang Ratu punya pengawal pribadinya sendiri." Dia terus saja menggerutu.
"Yang Mulia Kaisar. Baru saja Hamba melihat kijang berlari ke arah sana."
"Baiklah. Haaaa! " Dia memacu kudanya ke arah yang ditunjuk menteri militer Seo Jun.
"Kau sudah suruh mereka bersiap? " Seo Jun berbisik pada pengawalnya.
"Sudah Tuan. Setelah terdengar lonceng kedua perburuan Kami akan mulai menyerang."
"Bagus. Tapi jangan sampai kalian melukai Ratu dengan fatal."
"Baik."
Sementara itu Hae Won masih menunggu dengan cemas. Ingin sekali dia lari dari tempat itu. Tapi, Jika dia lari maka Kaisar yang akan memenggalnya besok. Tapi, jika dia berada di sana, "Argghhh. aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya di tusuk"
Lonceng pertama berbunyi. Tandanya Kaisar mulai bergerak ke arah buruannya. Lonceng kedua berbunyi tandanya Kaisar berhasil menangkap hasil buruannya.
Lonceng kedua berbunyi. Terdengar suara pedang yang mulai bergesakan. Dan anak panah berterbangan yang menusuk ke area tenda.
Deg. Deg. Hae Won tetap berusaha tenang.
saat itulah seseorang yang berkostum hitam dengan penutup wajah kain merah menghunuskan pedang ke arah Hae Won. Dia mernerobos pertahanan pengawal. Tentu saja. Karena pengawal-pengawal itu adalah rekannya.
"Tu-tunggu dulu! Kau berani mencelakai Ratu. Kau sudah Gila ya?! " Hae Won Malah memarahinya. Tapi dia berusaha menghunus pedangnya, dan Hae Won berusaha menghindar.
PRANK. tanpa diduga seorang pria misterius datang menangkis pedang yang hampir menusuk perut Hae Won.
Dia bertarung melawan orang itu. Hae Won merasa terselamatkan. Dia bersembunyi di balik meja dekat bangku Kaisar.
Pria misterius itu berhasil menghabisi Pria bercadar merah itu. Dia menatap Hae Won. Dan sedikit menunduk.
"Salam Yang Mulia Ratu. Atas perintah Kaisar Hamba akan melindungi Anda."
Apa dia, Hyun Bae? Pengawal pribadi kaisar. Pria yang digadang-gadang sebagai intel kerajaan. Kemampuan berpedangnya lebih hebat dari jenderal sekali pun. Benar, dia pasti Hyun Bae.
*Astaga, tampan sekali* Hae Won tak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Yang Mulia Ratu, Hamba akan membawa Anda pergi dari tenda ini."
Hae Won mengangguk. Dia mengikuti Hyun Bae.
"Arghhh! "
"Yang Mulia Ratu! "
Namun siapa sangka, sebuah anak panah muncul dari arah yang tak terduga. Dan alat panah itu, menancap tepat di tengkuk Hae Won.
***
to be continued ~