Terry meminta seorang pelayan untuk menambah kursi di mejanya dan menghidangkan beberapa menu spesial diatas meja.
Mereka melanjutkanmakan dengan santai dan berbincang layaknya sebuah keluarga.
"Mari kita bersantap malam Tuan Aditya dan kita mengobrol santai juga ada hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda berdua" Terry meminta dengan sopan.
"Baiklah Mr. Anthony memang hal penting apa yang ingin Anda bicarakan?"
tanya Papa Livia dengan alis berkerut penasaran dan juga ada banyak pertanyaan di dalam otaknya.
Mereka duduk kembali dan mulai menikmati hidangan yang tersaji diatas meja dihadapan mereka.
Untuk membuka obrolan yang santai Aditya memulai percakapan dengan bertanya "Emm...Bagaimana Anda bisa mengenal Livia?".
"Aa...kami berkenalan di tepi pantai pagi tadi, karena Livia begitu terlihat mempesona bagi saya, dan saya juga ada hal yang ingin saya utarakan sesuatu yang berhubungan dengan Livia" jawab Terry dengan serius.
"Hem...apa itu Mr. Anthony?apa putri kami telah membuat tuan berada dalam masalah?" tanya Raya dwngan wajah yang serius karena Anthony akan memberikan dampak pada keluarga serta bisnis mereka.
"Benar Livia telah membuat Saya dalam masalah besar sekali! oleh sebab itu saya harap Tuan dan Nyonya berkenan dan memberikan ijin serta restu pada hubungan kami kedepannya.
Karena Saya ingin menjadikan Livia sebagai pendamping di kehiďupan Saya hingga akhir nanti" Terry memberikan jawaban yang membuat kedua orang tua Livia terkejut.
"A...apa kami nggak salah dengar dengan ucapan Mr. Anthony, sebagai orang tua kami nggak bisa memaksakan kehendak kami pada putri yang tersayang, jika Livia menyetujui dan dia bahagia maka kami akan merestui semua ada di tangan Livia" jawab Aditya panjang dan jelas.
"Bagaimana dengan kamu Livia? apa kamu mau menjadi pendamping Mr. Anthony.... " tanya Mama Livia.
"Tadi Livia sudah jelaskan pada Terry kalau Aku nggak keberatan namun untuk menikah tidak dulu sampai Livia lulus.
Livia masih ingin sekolah dan menjalani masa remaja dengan benar dan hubungan ini hanya bersifat mengikat hingga Livia siap untuk menikah" jawab Livia dengan gamblang sehingga ketiga orang yang mendengarkan mengerti apa yang di inginkan Livia.
"Jika Livia sudah membuat keputusan maka kami hanya bisa mendukungnya saja sebagai orang tua, karena yang menjalaninya adalah kalian semoga kedepannya hubungan ini terjalin dengan baik" ucap Mama Livia dengan tersenyum bahagia.
"Kami akan kembali ke tempat peristirahatan silahkan kalian lanjutkan mengobrol, kami nggak akan mengganggu kalian lagi nikmati wàktu kalian.
Tapi ingat batasan kalian belum resmi dan juga kembali jangan terlalu malam, saya percayakan Livia kepada Mr. Anthony" Aditya mengingatkan keduanya.
"Baik Saya Akan menaganya dan akan mengantarnya kembali sebelum tengah malam" Terry tersenyum dengan tulus, tidak biasanya dia bersikap seerti sekarang biasanya dia akan mengintimidasi setiap lawan bicaranya.
Mama dan Papa Livia melangkah pergi menuju tempat mereka menginap, dalam perjalanan mereka bercakap cakap dengan bergandeng tangan.
"Pa... mimpi apa kita semalam sehingga kita akan memiliki menantu yang waow sungguh tidak dapat di percaya" Mama tersenyum bahagia.
"Biarlah mereka jalani dulu jangan terlalu berharap, jika nanti sudah pasti baru kita bisa tenang.
Sebagai orang tua Kita hanya bisa mendukung hubungan mereka saja nggak nisa ikut campur di dalamnya" jawab Papa dengan bijak.
"Papa benar biarkan mereka yang putuskan kita hanya aka lihat kemana arah hubungan ini akan melangkah" Mama Raya menyetujui apa yang di katakan Aditya suaminya.
Mereka sudah sampai di depan pintu kamar dan keduanya masuk kedalam untuk mengistirahatkan tubuh serta pikiran mereka.