Chereads / MAVIA BOSS / Chapter 6 - Perjalanan Ke Jakarta.

Chapter 6 - Perjalanan Ke Jakarta.

Tanpa mendapatkan jawaban dari keluarga Livia Terry langsung saja membawanya menuju kendaraanya.

Mereka berkendara menuju bandara dan dengan cepat mereka sampai dam memasuki bandara menuju jet pribadi milik Terry.

Mereka masuk dan sang pilot segera menjalankan pesawat meninggalkan pulau tersebut.

Pesawat sudah take off dan melayang menuju ke bandara di Jakarta, saat di dalam pesawat keluarga Livia sedikit geram dengan sikap Terry yang selalu menempel pada putri kesayangannya.

"Terry sebaiknya kamu jangan terlalu dekat dengan Livia saat ini ingat kalian belum resmi, tungg setelah kalian menikah baru Kami tidak akan memberikan larangan dengan tindakan kamu yang terlalu menempel pada Livia" kata Aditya Papa Livia.

"Papa nggak usah kahwatir Saya masih bisa mengontrol diri, jadi dua minggu lagi dari sekarang Saya akan mempesunting Livia" Terry berucap di depan kedua orang tua Livia.

"Baiklah kami akan tunggu kedatangan kamu dan keluargamu ke rumah kami" jawab Raya dengan sumringah karena bahagia dia akan memiliki menantu tajir melintir.

Sedangkan Livia hanya bisa tersenyum mendengar putusan dari kedua orang tua serta Terry, dia pun tidak ingin bebuat dosa lebih jauh lagi kalaupun dia dinikahkan sekarang pun tak apa asal untuk sementara dirahasiakan.

Karena dia masih ingin sekokah dan mengenyam pendidikan setinggi mungkin maka dari itu dia memberikan syarat pada calon suaminya itu untuk merahasiakan hubungannya dari orang luar cukup kedua keluarga saja.

Tak lama pesawat sudah mendarat dan mereka semua turun dan menuju keluar bandara menuju kendaraan yang sudah menunggu mereka.

Mobil mewah yang berkilau itu menuju kekediaman Aditya dan dengan kecepatan sedang membelah jalanan Ibukota dan menjadi perhatian semua orang yang dilewatinya.

"Tuan nanti pukul 2 siang klien ingin betemu dan makan siang bersama dengan Tuan" Devan memberitahukan jadwal hari ini.

"Oke kamu atur saja gimana baiknya sampai jamnya tiba jangan ganggu aku saat bersama Livia untuk menghabiskan waktu bersama" perintah Terry.

Devan hanya mengangguk dan mulai fokus kedepan duduk bersama sopir.

Tak lama mobil memasuki halaman rumah yang cukup besar dengan cat warna salju dengan berbagai bunga tertanam di taman yang teletak di tengah halaman luas tersebut.

Semua turun dan memasuki rumah itu dengan rasa lelah pada tubuh masing masing.

"Livia ajak Nak Terry ke kamar kamu untuk istirahat" Mama Livia memerintahkannya.

Livia hanya menganga karena dia belum pernah membawa seorang pria ke dalam kamarnya dan ini untuk pertama kalinya.

"Baik Ma.....?!! ayo sayang" dengan senyum menggoda Livia mengajak Terry dengan menarik lengan pria tersebut.

Melihat dan mendengar kata panggilan livia serta gerak tubuh gadis tersebut membuat darahnya berdesir ingin segera merengkuh gadis tersebut dan memilikinya seutuhnya.

Livia membuka pintu kamarnya dan masuk dengan menggandeng tangan Terry tanpa berpikir panjang membawanya masuk.

"Tapi kenapa Mama menyuruhku membawamu ke kamarku bukannya di rumah ini banyak kamar tamu?" Livia baru bisa berfikir setelah berada di dalam kamarnya dan dihadapanya seorang pria tampan dengan tatapan mata tajamnya seperti singa yang hendak menerkam mangsanya.

"Istirahatlah Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan kamar tamu dulu" Livia hendak pergi namun dengan cepat Terry menangkap tubuh mungil Livia hingga gadis tersebut sekarang berada dalam pelukannya.

Lengan kekar itu melingkar erat di pinggang ramping Livia, memeluknya serta mencium bibir mungil gadis pujaannya dengan penuh hasrat yang sudah memuncak.

"Eeemmm....ehm.....hemmm.... " desahan dari bibir Livia menandakan gadis itu menikmati ciuman itu.

Cukup lama mereka saling bercumbu mesra dengan kecupan di bibir hingga nafas mereka tesengal sengal dan wajah dari keduanya memerah karena hasrat yang memuncak.

Namun mereka menghentikan sebelum terjadi hal di luar kendali.

"Ber...hh...henti di...sini ....sa...hh...yang...kita belum menikah, berjanjilah padaku bahwa kamu akan menjaga kesucian tubuhku hingga kita menikah, dan berjanjilah setelah menikah kita akan menunda untuk memiliki bayi hingga aku kuliah nanti" dengan nafas yang tidak teratur Livia meminta pada Terry untuk berjanji dengan menyentuhkan jari telunjuknya di bibir Terry.

"Aku berjanji Sayang jadi kita bisa secepatnya menikah kalau begitu, Aku nggak bisa menunggu terlalu lama bisa meledak aku menahannya" Terry meberikan isarat mata dengan memandang bagian bawahnya yang sudah on fire.