"J… Jin... A… Aku.. Aku tidak tahu jika dia adalah kakak iparmu," ucap Xu Jing terbata-bata.
Mata Leng Yejin meredup seketika. "Kamu panggil aku apa barusan?" tanyanya dengan suara yang terdengar sangat dingin dan ketus.
"Tuan Muda Jin..." kata Xu Jing segera meralat perkataannya barusan. Dia tadinya berniat untuk menyelamatkan mukanya, namun dia lupa sama sekali jika Leng Yejin paling tidak suka jika orang lain memanggilnya dengan nama panggilannya.
Xu Jing dengan cepat menunduk sopan pada Tong Lu dan berkata, "Kakak ipar, maafkan aku. Bagaimana mungkin aku tidak mengenali keluarga sendiri, sampai-sampai menimbulkan kesalahpahaman seperti ini. Liontin batu giok itu tampak sangat cocok untukmu."
Tidak disangka, Leng Yejin malah menyahuti ucapannya itu dengan ketus, "Kamu belum termasuk keluarga."
Leng Yejin mengucapkan setiap kata-katanya itu dengan datar dan santai, namun setiap kata yang keluar itu seolah menampar wajah Xu Jing dengan keras. Xu Jing sadar benar jika keduanya memang belum resmi menikah. Namun keluarga dari kedua pihak sudah saling menyetujui rencana pernikahan mereka. Dia pun menarik napas dalam-dalam berusaha mengontrol emosinya. Masalah kecil seperti ini tidak akan mempengaruhi rencana pernikahannya kelak. Dia cukup mempunyai kepercayaan diri akan hal itu.
Namun tepat ketika Xu Jing hendak membuka mulut, tiba-tiba Leng Yejin menarik tangan Tong Lu. Sedangkan Tong Lu yang tidak siap akan hal itu, terkejut dan secara reflek berusaha melepaskan tangannya dari genggaman adik iparnya tersebut. Namun usahanya sia-sia, pria itu menggenggam tangannya erat-erat dan menariknya melewati Xu Jing, berjalan lurus ke arah kursi kosong VIP.
Leng Yejin kemudian menarik Tong Lu duduk dengan arogan. Tangannya disilangkannya di depan dadanya, sementara tubuh yang disandarkan dengan malas di kursi yang tampak empuk tersebut. Dia juga menyilangkan kakinya dengan santai dan penuh percaya diri. Postur duduknya jelas-jelas terlihat biasa saja, namun entah mengapa mampu membuat orang yang melihatnya tidak berani untuk mencari gara-gara dengannya. Tidak lama kemudian, suara yang cukup nyaring terdengar keluar dari mulutnya, "Jadi apa ada lagi yang ingin menawar?"
Tentu saja tidak! Batin para peserta yang ada di ruangan itu tanpa berani mengeluarkan suara sedikit pun. Suasana di ruangan lelang itu mendadak hening seketika. Tidak seorang pun yang mengira jika hari ini mereka akan melihat adegan yang biasanya hanya mereka lihat di televisi. Hanya dalam beberapa menit saja, hati mereka telah dibuat naik turun oleh pemandangan di depan mata mereka. Secara otomatis, hal ini membuat jiwa para wanita-wanita yang hobi bergosip bagaikan terbangkitkan seketika.
"Aku dengar, Tuan Muda Jin memiliki saudara kembar laki-laki yang harus tinggal terpisah dengan Anda karena tubuhnya yang lemah dan sakit-sakitan. Namun saat ini kakak kembarnya itu telah meninggal dunia dan meninggalkan seorang istri dan seorang anak perempuan. Sebulan yang lalu, ayah Tuan Muda Jin membawa istri dan anak perempuan dari kakak kembarnya untuk kembali ke rumah keluarga Leng. Tampaknya mereka ingin memperbaiki hubungan ayah dan anak yang telah rusak, dengan menjaga istri dan anak dari mendiang kakak dari Tuan Muda Jin. Gadis yang duduk di sebelahnya saat ini merupakan janda dari mendiang kakak laki-lakinya itu," tutur seorang wanita menjelaskan panjang lebar pada teman yang berada di sebelahnya.
"Aku rasa Tuan Muda Jin sangat menyayangi kakak laki-lakinya itu. Jika tidak, mana mungkin dia memberikan liontin batu giok yang begitu berharga itu kepada kakak iparnya begitu saja?" sahut yang lain menambahi.
"Tidak. Justru aku dengar, Tuan Besar Leng tidak suka jika kakak adik itu akur. Ditambah lagi, perempuan itu sekarang berstatus janda muda. Ah entahlah. Aku rasa tamat sudah riwayatku. Tadi aku sempat bersikap buruk terhadap perempuan itu," ujar wanita tadi dengan cemas.
Di sela-sela kegaduhan para wanita yang sibuk bergosip satu sama lainnya, pembawa acara lelang kembali mendapatkan kesadarannya dan segera berkata, "Apa ada lagi yang mau menawar lebih tinggi? 100 juta Yuan satu kali! 100 juta Yuan dua kali! 100 juta Yuan tiga kali! Selamat untuk Nona Tong!" Dia kemudian memukulkan palu lelang sebanyak tiga kali dengan bersemangat.
Hati Tong Lu menjadi bersemangat, namun dia sadar jika yang duduk di sebelahnya adalah Leng Yejin, sehingga dia tidak berani menggerakkan tubuhnya sama sekali. Dia terduduk kaku di sebelah pria itu. Berada pada jarak yang cukup dekat membuatnya dapat merasakan aura yang sangat kuat dari tubuh pria itu. Hanya dengan terduduk santai pun, pria itu mampu membuatnya ketakutan dan tidak berani berbuat apa-apa.