Tangan Tong Lu berusaha meraih apa pun yang dapat dicengkramnya, sesekali dia terdengar merintih dengan pilunya. Dia juga berulang kali melemparkan tubuhnya ke dalam bak mandi. Kini seluruh tubuhnya telah basah kuyup oleh air dingin dari bak mandi tersebut. Namun tubuhnya tetap bagaikan berada di dalam wajan besar air panas yang mendidih. Beberapa kali dia tampak berusaha untuk bangkit berdiri, namun bahkan hanya untuk sekedar digerakkan saja, kakinya terasa terlalu lemas dan tidak bertenaga sama sekali.
Kali ini, Tong Lu berusaha mengangkat pahanya untuk memeriksa luka yang ada di pahanya. Demi melawan reaksi yang muncul akibat obat, dia sampai harus melukai diri sendiri dengan menusukkan kuku-kuku tangannya ke dalam dagingnya sendiri. Dia yakin sekali jika kulit pahanya pasti dalam kondisi yang mengerikan saat ini. Namun tidak disangka-sangka, tidak ada sedikit pun luka di pahanya. Begitu putih dan lembut. Melihat hal itu, dia dengan segera mengecek seluruh permukaan kulitnya yang lain. Tidak disangka, tubuhnya bagaikan baru saja melakukan perawatan kulit. Wajahnya sangat lembut, bahkan pori-pori wajahnya terlihat sangat kecil dan mulus.
Tong Lu teringat akan jerawat besar yang muncul di dahinya akibat memakan durian beberapa hari yang lalu. Padahal sangat jelas di ingatannya jika tadi pagi dia keluar rumah tanpa menggunakan riasan wajah untuk menutupi jerawatnya tersebut. Namun bagaimana mungkin saat ini, jangankan jerawat besar di dahinya, bahkan bekas jerawatnya yang lain saja tampak tidak ada sama sekali di wajahnya. Apakah kulit berubah menjadi sangat bagus merupakan salah satu hasil dari reaksi obat perangsang yang tidak sengaja aku minum? Batinnya sama sekali tidak paham.
Saat ini Tong Lu berdiri di depan cermin dan memandang dirinya sendiri. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa kulitnya dapat berubah menjadi sebagus ini. Diam-diam dia mulai mengagumi kulit wajahnya yang mendadak berubah menjadi sangat mulus. Dia berusaha menerka-nerka apa yang dapat membuat kulitnya menjadi sebagus ini.
***
Di kamar presidential suite yang dilengkapi oleh ruang tamu yang cukup besar. Leng Yejin terlihat keluar dari kamar utama dan berjalan menuju ke ruang tamu kamar presidential suite tersebut. Tidak disangka-sangka, seorang pria muda telah menunggunya di sana. "Kak, kemarilah. Aku ingin mewawancaraimu. Bagaimana rasanya diperebutkan oleh dua orang wanita?" ucap pria muda itu dengan nada menggoda.
Pria muda itu bernama Long Yan, anak laki-laki dari tante Leng Yejin. Mendengar pertanyaan sepupunya itu, Leng Yejin mengerutkan keningnya. "Kamu sudah bosan hidup?" ucapnya datar.
Leng Yejin hanya mengenakan jubah tidurnya yang terbuat dari sutra saat ini. Jubah tidur itu menunjukkan sebagian dari dada bidangnya dan memperlihatkan lehernya yang memiliki sebuah bekas goresan kecil. Di bawah sinaran cahaya lampu, pesonanya terlihat begitu semakin menonjol. Dengan acuh tak acuh, dia kemudian duduk di kursi sofa ruang tamunya sambil melipatkan kakinya.
"Jangan pelit begitu, kak. Baiklah, kalau begitu aku akan mengganti pertanyaanku. Liontin batu giok milikmu sendiri, lalu kamu jual, lalu kamu beli sendiri. Tidak hanya kehilangan liontin giok yang sangat kamu cintai itu, melainkan juga kehilangan uang 100 juta Yuan. Sebenarnya apa yang ada di benakmu saat itu kak?" tanya Long Yan penasaran.
"Menurutmu?" sahut Leng Yejin acuh. Sebuah bayangan Tong Lu yang sedang menggenggam liontin itu erat-erat di tangannya, tiba-tiba terlintas di benaknya
"Tidak mungkin. Sejak kapan selera kakak berubah drastis seperti ini?" sahut Long Yan setelah mendengar reaksi sepupunya tersebut. Dia lalu berusaha membuka jubah tidur Leng Yejin untuk mencari bukti, sebelum dirinya ditendang oleh pria itu.
"Ye Mei, seret orang ini pergi! Habisi dia!" seru Leng Yejin pada seorang wanita yang berdiri di depan jendela.
"Baiklah," ucap wanita itu singkat sambil berjalan menuju ke arah Long Yan. Dia merupakan putri angkat paman ketiga Leng Yejin. Selain bertubuh langsing semampai, wajahnya juga bisa dibilang sangat jauh di atas rata-rata. Belum lagi, dia memiliki kulit yang mulus dan memesona. Dia benar-benar memancarkan kecantikan alami dan pesona yang tiada tara.
"Kak Ye Mei, jangan seperti ini padaku. Bukankah kalian sendiri juga penasaran?" seru Long Yan sambil melompat kaget akan kehadiran wanita cantik itu.
"Kakak mengatakan bahwa liontin batu giok itu memiliki hubungan dengan seorang bayi perempuan yang sudah dijodohkan denganmu sejak sebelum lahir. Mulanya liontin itu adalah sepasang. Hanya saja, ketika bayi itu dilahirkan, dia malah meninggal dunia. Hal itu tentu saja bukanlah hal yang baik. Jadi, aku memutuskan untuk mengambilnya dari lehermu dan mengikut sertakan liontin ini di acara lelang yang diadakan oleh kekasihku. Hitung-hitung agar liontin itu dapat berguna bagi acara amal dan sekaligus memberi nilai tersendiri bagi benda tersebut. Namun kamu tiba-tiba berubah pikiran seperti ini, malah membelinya sendiri, lalu memberikannya pada kakak ipar? Bukankah wajar jika aku meminta penjelasan dari kakak sekarang?" cecar Long Yan pada Leng Yejin.
Ye Mei mengangkat alisnya dengan ekspresi terlihat tidak paham dan bertanya, "Apakah jika kakak ingin mendukung acara amal tersebut, 100 juta Yuan masih tidak cukup?" tanya Ye Mei pada Long Yan.
"Bukan begitu. Maksudku adalah jika kakak ingin menghadiahkan liontin itu, kakak seharusnya akan memberikannya pada Xu Jing, bukankah begitu? Jelas-jelas dia merupakan wanita yang dipilih sendiri oleh kakek untuk menjadi pendamping kakak, kan?" sahut Long Yan lagi.