Mendengar hal itu, Tong Lu segera melepaskan tangannya dari jubah Leng Yejin. Pria itu pun tampak cepat-cepat mengikatkan kembali sabuk jubah tidurnya dan memandang dirinya dengan tajam. Tatapan matanya tampak begitu berbahaya sampai-sampai membuatnya seakan melayang ke langit ketujuh tanpa sadar.
Tong Lu dengan cepat mengangkat tangannya dan bersumpah, "Aku benar-benar tidak melihat apa-apa. Sungguh!"
Ucapan tersebut malah menunjukkan dengan sangat jelas jika sebenarnya Tong Lu telah melihat sesuatu. Leng Yejin menatap tajam ke arahnya dan berkata tanpa basa-basi, "Memangnya mengapa kalau kamu melihatnya? Bahkan bukankah ini sudah pernah digunakan sebelumnya?"
Perkataan Leng Yejin membuat Tong Lu tercekat dan hampir saja tersedak mendengarnya. Dia menatap lurus ke arah sepasang mata indah pria itu dan berharap agar dirinya dapat menghilang dari hadapannya saat ini juga.
"Maaf, di mana Shanshan berada?" tanya Tong Lu yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Di lantai dua, sisi sebelah kiri tangga, kamar ketiga…" jawab Leng Yejin.
"Terima kasih. Selamat malam," ucap Tong Lu, lalu dia segera melesat cepat meninggalkan pria itu seorang diri.
"Tetapi itu adalah kamarku," lanjut Leng Yejin sambil menatap punggung Tong Lu yang sudah berjalan menjauh. Sayangnya, tubuh mungil gadis itu menghilang secepat kilat meninggalkannya seorang diri tanpa membiarkannya menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu.
Tidak lama kemudian, Tong Lu sudah berada di depan kamar yang dimaksud oleh Leng Yejin. Dibukanya pintu kamar itu dan masuklah dia ke dalam kamar tersebut. Dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi, berdiri di depan wastafel dan pergi membasuh wajahnya. Dia tidak tahan berlama-lama berada dalam jarak yang dekat dengan Leng Yejin, terutama jika harus membicarakan masalah pernah atau belum pernah menggunakan 'barang' milik pria itu. Pembicaraan seperti itu tentu dapat membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus dalam hitungan detik. Saat ini, kulit wajahnya terasa sangat panas bagaikan berada di dalam sauna. Oleh sebab itu, dia tampak berkali-kali membasuh wajahnya dengan air dingin selama beberapa saat.
Setelah dirinya merasa lebih tenang, Tong Lu segera masuk ke dalam bak mandi sambil melihat ke sekelilingnya. Bak mandi itu tampak sangat luas, bahkan lebih besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan kamarnya dan Shanshan di asrama sekolah dulu. Bak mandi kamar mandi ini juga saat nyaman. Ketika dia membaringkan tubuhnya di dalam bak itu, seolah membuat seluruh tubuhnya menjadi tenang dan nyaman. Saat ini, dia tidak ingin memikirkan apa pun dan hanya ingin menikmati perasaan nyaman ini.
Namun anehnya, Tong Lu menyadari jika kamar mandi yang luas ini dipenuhi oleh barang-barang milik pria. Mulai dari peralatan mandi dan sabun, semuanya adalah milik pria. Ketika dia berusaha memahami hal itu, pintu kamar mandi terdengar diketuk oleh seseorang.
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba, seseorang berdiri di depan pintu kamar mandi. Tong Lu segera merendamkan seluruh tubuhnya ke dalam air dan dengan gugup bertanya, "Siapa?"
"Nona Tong, Tuan Muda Jin tidak suka jika ada orang lain yang menggunakan kamar mandinya, terutama bak mandinya. Dia memiliki OCD akan kebersihan. Jika Anda berada di dalam, tolong jangan sampai menggunakan bak mandinya," ucap Sekretaris Yu dari balik pintu kamar mandi.
Tong Lu terpaku dan menjadi panik seketika setelah mendengar perkataan Sekretaris Yu barusan. "Ji… Jika sudah terlanjur digunakan, bagaimana?" tanyanya dengan takut.
Pantas saja kamar mandi ini penuh dengan produk-produk milik pria dan juga sangat jelas terlihat jika produk-produk tersebut tampak sering digunakan. Jadi ini kamarnya?! Batin Tong Lu menjerit di dalam hatinya. Sudah terlambat untuk membilas busa di tubuhnya saat ini. Dengan cepat, dia menyalakan shower dan membilas tubuhnya dengan cepat.
"Sekretaris Yu, apakah Anda masih di luar?" tanya Tong Lu dengan berhati-hati. Namun tidak ada terdengar jawaban sedikit pun dari luar kamar mandi.
"Sekretaris Yu, aku telah ceroboh karena masuk ke kamar mandi tanpa ingat untuk membawa handuk. Bisakah Anda membantuku untuk menemukannya? Aku menaruhnya di dalam tas yang ku letakkan di atas tempat tidur," imbuh Tong Lu lagi. Namun masih saja tidak terdengar suara apa pun dari luar sana.
"Sekretaris Yu, apa Anda mendengar saya berbicara?" tanya Tong Lu memastikan apakah ada orang di luar atau tidak. Jika tidak, dia berniat untuk keluar dari kamar mandi dan mengambilnya sendiri. Namun dia tidak berani. Kini dia pun hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan mematung di tempatnya. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya dia pun memberanikan diri untuk melangkah keluar dari kamar mandi.
Ah masa bodoh. Aku sudah terlanjur menggunakan bak mandinya. Meminjam jubah mandi ini seharusnya tidak akan banyak memberi perbedaan. Seperti pepatah mengatakan, jika sudah terlanjur basah, menyelam saja sekalian, batin Tong Lu menyemangati dirinya sendiri.
Kemudian, Tong Lu mendorong pintu kamar mandi dan mengintip keluar. Di kamar itu, dilihatnya Shanshan telah terbangun dari tidurnya dan sedang asyik bermain-main di dalam pelukan seorang pria. Tatapan mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan tatapan mata yang dingin, melainkan penuh cinta dan kasih sayang. Pria yang sedang bersandar santai di sofa itu, tidak lain tidak bukan adalah Leng Yejin.
Tong Lu terkejut bukan main. Ternyata pria itu berada di kamar sejak tadi. Tamat sudah riwayatku! Makinya pada dirinya sendiri di dalam hati.
Leng Yejin memicingkan matanya sambil menatap jubah mandi yang melekat di tubuh Tong Lu. Karena jubah mandinya terlalu panjang, tubuh gadis itu terbungkus erat dari leher hingga kaki. Jika gadis itu mengenakan kain di kepalanya, dia mungkin dapat langsung dikenali sebagai wanita dari timur tengah.
"Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk tidak menggunakan barang-barangku?" ucap Leng Yejin dengan dingin.
Tong Lu tahu akan hal itu, namun dia tidak memiliki pilihan lain lagi. "Tapi aku lupa membawa handuk. Dan aku juga sudah berteriak berkali-kali, namun kamu tidak memberikannya padaku," katanya berusaha membela diri.
Menyadari kehadiran ibunya, Shanshan mengedip-ngedipkan matanya dengan cerdik untuk mencairkan situasi. "Ma, cepat ke sini! Lihat! Papa sama tampannya dengan yang di foto, kan?" katanya sambil menunjuk-nunjuk foto yang ada di tangannya.
Tong Lu berusaha menenangkan dirinya dan berkata, "Shanshan, dia bukan papa. Shanshan sebut dia dengan panggilan paman ya?"
"Ini papa!" seru Shanshan sambil mengelus-elus pipi Leng Yejin.
"Dia bukan pa…"
Belum sempat Tong Lu menyelesaikan perkataannya, Leng Yejin sudah terlebih dahulu menyela gadis itu dan berkata, "Aku sudah mengangkat Shanshan sebagai anakku secara resmi di mata hukum. Ke depannya, Shanshan adalah putriku, Leng Yejin!"