Melihat kerumunan orang yang semakin lama semakin banyak, Shi Yang melepaskan genggamannya dari tangan Tong Lu dan segera melangkahkan kakinya memasuki ruangan pertemuan.
Saat itu juga seluruh pertahanan Tong Lu bagaikan runtuh begitu saja. Segala kekuatannya bagaikan tersedot keluar tanpa sisa. Air matanya mengalir begitu saja dari sudut matanya ketika dirinya menatap punggung Shi Yang yang perlahan berjalan menjauh.
"Lihatlah! Cepat lihat! Leng Yejin sudah datang! Ah dia benar-benar tampan sekali. Ya Tuhan, pesonanya sanggup membuatku pingsan rasanya. Jantungku berdebar sangat kencang seperti mau melompat keluar saja rasanya!" jerit para gadis di sebelahnya berteriak dengan penuh semangat.
"Astaga! Dia tampak begitu menonjol di antara kerumunan orang itu! Seolah-olah di mana pun dia berada, maka tempat di sekelilingnya berubah menjadi redup dan tidak berarti! Dia tampak bagaikan cahaya matahari yang menyilaukan! Benar-benar keren sekali!" sahut gadis yang lainnya histeris.
Tong Lu membaur di tengah-tengah keramaian dan tanpa sadar menutupi wajahnya dengan tangan. Namun kemudian dia merasa konyol akan kelakuannya itu. Di kerumunan orang banyak seperti ini, bagaimana mungkin dia dapat menyadari keberadaanku? Batinnya yang panik.
Leng Yejin yang tadinya tampak berjalan menuju aula konferensi, tiba-tiba menoleh tanpa sengaja ke arahnya, tepat ketika setetes air mata jatuh dari sudut mata Tong Lu yang indah. Pancaran kesedihan yang mendalam tampak begitu jelas terlihat pada raut wajah gadis itu. Melihat hal itu, dia mengerutkan dahinya menatap lurus ke arah gadis tersebut.
Jantung Tong Lu berdebar kencang ketika dia menyadari tatapan mata Leng Yejin yang mengarah padanya. Mana mungkin dia dapat menyadari keberadaanku di tengah-tengah kerumunan orang seperti ini? Batinnya tidak percaya.
Secara refleks Tong Lu membalikkan tubuhnya hendak segera pergi dari tempat itu. Namun tiba-tiba dia merasakan ada seseorang yang menarik lengannya. Dia menoleh dan terkejut melihat sosok Leng Yejin. Pria itu sedang memandangnya sambil mengerutkan keningnya tanpa mengatakan sepatah kata apa pun. Pria itu tidak tampak marah atau kesal, namun juga tidak membiarkannya melarikan diri.
"Se… Selamat pagi," ucap Tong Lu perlahan. Selamat pagi? Cara menyapa macam apa itu? Makinya pada diri sendiri di dalam hatinya.
"Apa yang kamu tangisi?" tanya Leng Yejing. Sudut bibirnya tampak menyeringai dingin memberi kesan yang cukup menyeramkan.
"Tidak ada, tadi mataku kelilipan debu," sahut Tong Lu cepat-cepat.
Berani-beraninya berbohong padaku, pikir Leng Yejin sambil mengerutkan keningnya. Tangannya semakin erat menggenggam pergelangan tangan Tong Lu.
Sementara Tong Lu yang mulai merasa kesakitan, mengerutkan keningnya menahan sakit. Semua orang di sekitar mereka kini memerhatikan keduanya. Dia merasa sangat tidak nyaman akan keadaan ini. Dia merasa benar-benar terpojokkan saat ini. Sambil mengerutkan bibirnya, dia berkata,"Terima kasih atas perhatian Anda."
Leng Yejin tidak mengatakan sepatah kata apa pun. Dia mengulurkan tangannya dan menyeka air mata dari sudut mata Tong Lu dengan ujung jarinya. Setelahnya, dia tampak membuang napas kuat-kuat lalu berkata, "Ini adalah tempat pertemuan penting, bukan tempat di mana kamu dapat sembarangan bersikap emosional seperti ini. Sebagai seorang sukarelawan, kamu tidak boleh membawa emosi pribadimu ke dalam pekerjaanmu. Apa tidak ada orang yang mengajarimu selama pelatihan?"
Wajah Tong Lu memanas menahan malu. Dia segera membungkuk dan menundukkan kepalanya, "Aku akan memperhatikannya."
"Baguslah!" sahut Leng Yejin tersadar bahwa dirinya sendiri sudah terbawa perasaan setelah melihat Tong Lu menangis dengan sorot mata yang begitu sedih. "Tenangkan dirimu terlebih dahulu."
Leng Yejin kemudian melepaskan tangannya dan tidak tinggal berlama-lama lagi di tempat itu. Dia kemudian melangkahkan kakinya besar-besar menuju tempat pertemuan dan menghilang dari pandangan Tong Lu, meninggalkan perasaan dingin yang masih terasa di pipinya.
"Tong Lu, apa kamu baik-baik saja? Apa ada masalah dengan pekerjaanmu?" tanya sukarelawan lain sambil menepuk-nepuk pundaknya.
Tong Lu kembali tersadar dan segera menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja mata ku sering sedikit sensitif dan mengeluarkan air mata jika terkena debu atau angin," ucapnya berbohong.
"Oh, tapi kamu benar-benar sangat beruntung bisa mendapatkan perhatian Tuan Leng. Hal itu tidak membuatmu takut, kan? Aku dengar Leng Yejin adalah keponakan presiden. Dia memiliki hubungan yang benar-benar dekat dengan presiden," tutur gadis sukarelawan itu.
"Iya, sedikit lagi aku hampir pingsan karena terkejut," sahut Tong Lu bersenda gurau dengan gadis itu sejenak, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Di lorong koridor yang sempit itu Tong Lu kembali berinteraksi dengan para peserta pertemuan itu. Dia menunduk, memberi salam, berbicara dan juga tersenyum. Namun setiap gerakan yang dilakukannya sangat jelas dilakukannya hanya sebatas mengikuti standar yang ada. Pada dasarnya, pikirannya sudah melayang entah ke mana.
Pada malam harinya, ketika Tong Lu sedang bersama beberapa sukarelawan yang lainnya untuk makan malam, mereka membahas mengenai masalah-masalah yang muncul pada acara pertemuan hari ini. Lalu tiba-tiba seorang anggota staf memanggilnya. "Tong Lu, tolong cetak 20 salinan materi ini dan kirimkan ke ruang rapat 305 di lantai tiga. Di sana sedang berlangsung rapat yang membutuhkan materi ini segera," ujar orang itu sambil menyerahkan kertas materi tersebut pada Tong Lu.
"Sampai sekarang masih belum selesai?" tanya Tong Lu terkejut.
"Iya, presiden sementara memutuskan untuk mengadakan rapat internal dengan para perwakilan konsorsium. Aku akan membuka pintu belakang dan memberimu kesempatan agar kamu bisa melihat wajah aslinya. Tapi ingat, jangan sampai kamu membuat kekacauan," kata orang itu pada Tong Lu.
Tong Lu segera meletakkan kotak makannya dan pergi mencetak materi rapat, lalu bergegas pergi ke lantai tiga. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa dia kembali bertemu dengan Shi Yang lagi di pintu masuk lift, namun kali ini pria itu tidak sendirian. Dia melihat dengan jelas sosok wanita yang berada di samping pria itu. Seluruh tubuhnya bagaikan membatu, terkejut akan sosok yang ada di depan matanya.
Dia juga kembali? Gumam Tong Lu dalam hatinya karena terkejut.