Chereads / Tidak Sebergairah Dirimu / Chapter 26 - Siapa yang Berani Menyakitinya? (3)

Chapter 26 - Siapa yang Berani Menyakitinya? (3)

Sekretaris Yu mendorong pintu dan segera keluar dari mobil. Tidak lama kemudian, terdengar suara jeritan datang dari luar mobil.

"Ka… Kamu mau apa? Aaaa!!" 

Mendengar suara jeritan itu membuat Tong Lu hendak memalingkan mukanya ke arah sumber suara, namun tangan Leng Yejin masih saja menahan dagunya sehingga dia tidak dapat bergerak sama sekali.

Sementara Tong Juan tampak memegangi wajahnya yang memerah dan membelalakkan mata pada Sekretaris Yu dengan penuh amarah. "Asal tahu saja, ayahku adalah Wakil Ketua Badan Pengawasan Obat dan Makanan! Sedangkan ayah kekasihku adalah Ketua Badan Keuangan Pemerintah Daerah Kota! Berani-beraninya Anda memprovokasiku?" bentaknya pada Sekretaris Yu.

"Oh, ternyata pejabat besar ya? Kalau begitu kamu harus mengingat wajahku dengan baik jika ingin balas dendam padaku nantinya," cibir Sekretaris Yu dengan dingin sambil menatap penuh percaya diri ke arah Tong Juan. Padahal sebenarnya di dalam hatinya dia sedang berpikir keras. Apa aku sudah berhasil membalaskan dendam jauh lebih menyakitkan daripada yang Nona Tong rasakan? Batinnya. Jika wanita yang ada di depannya ini bukan saudara perempuan Tong Lu, pasti dia sudah kehilangan kontrol dirinya terhadap wanita menyebalkan itu.

Ketika Shi Yang datang mengendarai mobilnya, mobil-mobil mewah yang tadinya terparkir di sana telah meninggalkan tempat itu dan hanya tersisa Tong Juan yang sedang menangis kesakitan.

Di dalam mobil Rolls Royce, Tong Lu tampak menyandarkan dirinya pada sisi jendela mobil dengan hati yang sedih dan terluka. Tiba-tiba tangannya ditarik kuat, sehingga tubuh mungilnya terjatuh ke dalam pelukan pria yang ada di sebelahnya itu secara instan. Dia terkejut dan secara reflek hendak bangkit dan menjauh dari tubuh Leng Yejin. Namun pinggangnya ditahan oleh lengan kekar pria itu yang membuatnya tidak dapat pergi ke mana-mana lagi. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap pria yang tampak sedang mengerutkan keningnya dan menatapnya lurus. 

"Jangan bergerak!" ucap Leng Yejin dengan suara yang setengah berbisik.

"Ka… Kamu?! Apa yang kamu lakukan?" tanya Tong Lu ketakutan. Dia sama sekali tidak ingin berada lagi di situasi yang memalukan bersama dengan Leng Yejin.

Alih-alih melepaskan pelukannya, Leng Yejin mengabaikan pertanyaan gadis berparas cantik yang ada di dalam pelukannya itu. Dengan lembut dia membelai luka di wajah Tong Lu dengan ujung jarinya yang ramping. Setiap sentuhan jarinya yang terasa begitu dingin menyusuri wajahnya, membuat hati Tong Lu bergetar. Kini dia hanya terdiam sambil memejamkan matanya. 

"Bukan masalah besar. Beberapa hari juga akan baik-baik saja," kata Tong Lu menyadari bahwa Leng Yejin sedang mengamat-amati luka di wajahnya.

Leng Yejin hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun. Namun tatapan matanya terlihat sangat mengerikan, gelap dan seolah penuh misteri. Tong Lu kini hanya terdiam sambil perlahan-lahan kembali membuka kedua matanya, namun tetap tidak berani menatap wajah pria itu lagi.

Kemudian, Leng Yejin menjatuhkan pandangannya lurus kepada sepasang mata indah yang ada di hadapannya. Entah sejak kapan dirinya mulai merasakan suatu perasaan yang lain pada dirinya terhadap gadis itu. Namun tiba-tiba Tong Lu kembali menengadah dan pandangan mata gadis itu bertemu dengan pandangan matanya. Jantungnya berdetak begitu cepat saat itu juga, sehingga dia segera mengalihkan pandangannya dari wajah mungil itu.

"Apa terlihat sangat buruk? Apa itu cukup terlihat mengerikan?" tanya Tong Lu mulai khawatir ketika menyadari tatapan mata pria itu pada wajahnya.

"Tidak," jawab Leng Yejin singkat sambil menggelengkan kepalanya. Dia kemudian bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, "Waktu menikah dulu, apakah itu demi mengumpulkan uang untuk merawat nenekmu?"

Mendapatkan pertanyaan tersebut, tubuh Tong Lu terasa sedikit menegang tiba-tiba. Dia tampak canggung sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Leng Yejin, "Ah, itu… Iya."

"Sampai sebegitunya kamu merelakan hidup dan masa depanmu?" tanya Leng Yejin lagi sambil menatap lekat-lekat ke dalam mata Tong Lu.

Tong Lu tampak mengatupkan bibirnya erat-erat sebelum akhirnya kembali bersuara dengan lirih, "Tidak dapat dibilang mengorbankan hidupku juga. Shuo memberiku uang dan mengatur sekolah untukku. Nenek juga memiliki uang untuk pengobatannya. Saat ini, kesehatannya juga sudah jauh lebih baik. Jika bukan karena uang itu, maka aku pasti akan kehilangan orang yang sangat aku cintai. Dan lagi jika bukan karena Shuo, kemungkinan aku saat ini bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan atau sebagai buruh di sebuah pabrik. Lulusan SMA tidak akan mungkin bisa mendapatkan pekerjaan yang baik di zaman sekarang ini."

Mendengar ucapan Tong Lu membuat Leng Yejin tidak dapat menahan mulutnya dan berkata, "Wanita bodoh."

"Dari mananya yang bodoh?" protes Tong Lu tidak terima. "Kamu tidak tahu rasanya tidak berdaya menjaga orang yang kamu cintai. Kamu tidak akan mengerti hal itu karena ketika kamu berada dalam masalah, kamu memiliki banyak cara dan kekuasaan untuk menyelesaikannya," imbuhnya dengan perasaan terluka.

Aku tidak mengerti? Gumam Leng Yejin dalam hatinya dengan sorot mata yang meredup. Bagaimana mungkin dia tidak pernah merasakan pahitnya kehidupan. Ketika dia harus membuat keputusan yang menyakitkan bagi dirinya. Ketika dia harus menyaksikan orang-orang di sekitarnya meninggalkannya satu per satu tanpa dia mampu menyelamatkan mereka. Perasaan tidak berdaya itu, tentu saja dia pernah merasakannya. 

Terpikirkan akan hal itu membuat emosi Leng Yejin tiba-tiba berubah menjadi tidak stabil. Namun tidak lama kemudian, dia berhasil mengendalikan emosinya dan kembali menenangkan dirinya. Emosi intens itu tiba-tiba hilang dalam sekejap, lalu diikuti oleh wajahnya yang tiba-tiba tampak seperti orang asing dan tidak lagi berbicara sepatah kata pun.

Tong Lu menahan napasnya dan merasa tegang. Barusan kenapa aku seolah merasakan lonjakan emosi Leng Yejin yang bagaikan letusan gunung berapi? Apakah itu hanya ilusiku saja? Karena saat ini dia tampak begitu tenang dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda emosi yang meluap seperti beberapa waktu yang lalu. Lalu apa mungkin orang yang berkedudukan dan memiliki segala-gala sepertinya sempat merasakan berada di dalam keadaan tidak berdaya dan berada di gang buntu sepertiku? Batinnya bertanya-tanya.

Tiba-tiba, Tong Lu teringat jika Leng Yejin merupakan anak haram. Untuk dapat berada di posisinya di keluarga Leng seperti sekarang ini, pria itu pasti harus melewati penderitaan dan pahitnya hidup yang tidak berkesudahan. Jika ditanya pernah atau tidak berada di titik terendah dalam hidupnya, bisa saja pria itu pernah melaluinya, bahkan mungkin jauh lebih banyak dibanding dengan yang dia kira. Hal itu membuatnya menjadi merasa bersalah pada pria itu.