"Kamu mau menangis sampai kapan?" ucap Leng Yejin dingin sambil berdiri di samping tempat tidur.
"Ma… Maafkan aku. Apa aku mengganggumu?" tanya Tong Lu takut-takut.
Jelas-jelas aku telah menutupi mulut dengan tangan agar suara tangisku tidak terlalu keras keluar. Bahkan Shanshan saja tidak terbangun. Namun bagaimana mungkin Leng Yejin yang berada di kamar seberang malah mendengar suara tangisanku? Batin Tong Lu kebingungan.
"Ehh! I… Itu... Tapi... Bagaimana mungkin kamar ini memiliki pintu rahasia?" tanya Tong Lu ketika menyadari hal yang lebih penting dibandingkan bagaimana Leng Yejin dapat mendengar isakannya.
Leng Yejin hanya mengerutkan keningnya tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan Tong Lu. Matanya tampak menatap lurus kepada mata merah gadis itu, lalu berkata, "Jika belum selesai juga menangisnya, ikut aku!"
"Mau ke mana?" tanya Tong Lu yang masih tidak mengerti.
Namun, lagi-lagi Leng Yejin tidak menjawab pertanyaan Tong Lu dan langsung membawanya menuju ke kamarnya. Dibukanya pintu balkon kamarnya tanpa menyalakan lampu, kemudian langit penuh bintang pun terpapar indah di hadapan mata gadis itu.
Kemudian, Leng Yejin mengeluarkan sebotol anggur merah dan dua gelas kaca dari lemari penyimpanan anggurnya. Dia menuangkan anggur ke dalam kedua gelas kaca itu, lalu membawakannya dan menyerahkan salah satunya kepada Tong Lu. Lalu, dia menyandarkan dirinya dengan malas di kursi sambil menyilangkan kakinya dengan santai.
"Minumlah. Setelah minum beberapa gelas, kamu akan dapat tidur nyenyak," ucap Leng Yejin tanpa melirik Tong Lu.
"Aku harus berangkat jam 5:30 besok pagi. Aku tidak boleh mabuk malam ini. Itu akan menimbulkan masalah..." ujar Tong Lu tidak sempat menyelesaikan kalimatnya sambil memegang gelas anggur di tangannya.
Leng Yejin sudah terlebih dahulu menyapu dirinya dengan tatapan mata yang dingin dan menyeramkan. "Minum!" perintahnya hanya dengan satu suku kata, namun penuh dengan aura yang menyeramkan.
Mendengar ucapan Leng Yejin, Tong Lu bergerak bagaikan robot. Tanpa sadar dia mengangkat gelas itu, lalu menenggak anggur merah tersebut hanya dalam satu tegukkan ke dalam mulutnya. Setelah gelas pertamanya kosong, sebuah suara sendawa terdengar keluar dari mulut mungilnya.
"Masih mau lagi?" tanya Leng Yejin dengan senyuman tipis yang muncul samar-samar pada bibirnya.
Tong Lu mengangguk dengan sedih. Setelah meminum gelas pertamanya, entah mengapa dia merasa meminum gelas kedua bukanlah sebuah masalah baginya.
Leng Yejin segera menuangkan anggur merah segelas lagi untuknya dan berkata, "Minum saja terus sampai kamu merasa cukup."
Malam yang hening dan sunyi. Leng Yejin tidak banyak bicara dan hanya menemani Tong Lu minum di dalam keheningan. Sesekali pikirannya melayang entah ke mana, menatap langit dan melamun sesaat. Aura maskulin terpancar dari tubuhnya di bawah pancaran cahaya bintang.