Tong Lu seperti burung yang terkejut. Dengan cepat dia melangkah mundur dua langkah, lalu bersembunyi di balik dinding pada mulut tangga. Aneh sekali! Pasti aku yang berlebihan saja. Namun, bagaimana mungkin dia selalu menyadari keberadaanku? Batinnya dengan jantung yang berdegup kencang. Tidak lama kemudian, dia berusaha kembali melongok ke bawah dan menghela napas lega setelah mendapati batang hidung Leng Yejin tidak lagi tampak di tempat itu.
Tiba-tiba, Tong Lu teringat ketika dirinya terbangun di lengan adik iparnya itu pagi hari tadi. Wajahnya sontak terasa panas dan memerah. Bagaimana ini? Jika orang lain sampai tahu akan hal itu, mereka pasti akan memakiku habis-habisan. Apa aku terlalu tidak memiliki harga diri ya? Batinnya dalam hati dengan perasaan tertekan.
Kini Tong Lu pun merasa tidak tenang. Leng Yejin merupakan pria yang terikat dalam pertunangan. Apa sebaiknya aku harus pindah saja dari rumah itu untuk menghindari kecurigaan? Gumamnya dalam hati dengan lesu.
"Tong Lu, dengar-dengar, kemarin malam kamu bertengkar dengan seseorang sampai wajahmu terluka?" tanya seorang sukarelawan wanita.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Siapa yang bilang begitu? Coba lihat wajahku, baik-baik saja, kan?" kata Tong Lu sambil tertawa ringan. "Aturan pertama sukarelawan adalah melayani para tamu dengan sangat baik. Dan juga bukankah tamu adalah raja? Bagaimana mungkin aku dapat bertengkar dengan orang lain di acara sepenting ini?" Dia berusaha meyakinkan rekannya itu.
"Aku juga berpikir demikian. Dan lagi, dengar-dengar presiden akan memilih seorang dari para sukarelawan yang memiliki kinerja baik untuk dipekerjakan sebagai asisten sekretaris di kantor kepresidenan. Jika dapat diterima sebagai pekerja di sana, maka dapat dipastikan tidak akan ada lagi penyesalan dalam hidup ini kedepannya."
"Mana mungkin dapat begitu mudahnya bekerja di kantor presiden? Sukarelawan yang terdaftar saat ini kira-kira ada 2500 orang banyaknya. Dan yang akan dipilih hanya satu orang saja. Bukankah itu lebih sulit dibandingkan dengan ujian masuk perguruan tinggi?" ujar Tong Lu dengan menunjukkan tatapan iri.
"Iya, aku setuju padamu. Walaupun sudah mendapatkan hati Presiden sekalipun, namun masih tetap harus menunjukkan kinerja yang baik," sahut sukarelawan itu pada Tong Lu.
"Iya, mari kita berjuang bersama," balas Tong Lu.
"Semangat!"
Tong Lu memang sudah menyiapkan hatinya untuk mengemban tugas apa pun yang diberikan untuknya. Dan selama ini dia juga selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaannya. Namun dia juga tidak tahu harus seberapa baik sampai dirinya dapat terpilih. Dia merasa sangat gelisah saat ini. Apa aku perlu meminta pertolongan adik iparku itu? Pikirnya yang mulai putus asa.
Tidak! Tidak! Lupakan saja. Semalam aku mabuk seperti itu dan sampai melakukan hubungan badan dengannya, bagaimana mungkin aku masih memiliki muka untuk bertemu dengannya? Lagi pula, aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan tentangku, gumam Tong Lu dalam hati dengan sedih. Entah mengapa, dia sangat takut jika Leng Yejin memandangnya sebagai wanita yang tidak baik ataupun tidak memiliki harga diri.
"Tong Lu, kamu diminta pergi ke ruang VIP di lantai empat sekarang juga. Salah seorang pembicara memintamu untuk ke sana menemuinya," ucap ketua sukarelawan dari protofon (handy talkie) pada Tong Lu yang memecahkan lamunannya dengan tiba-tiba.
Tong Lu dengan segera menjawab dan sambil berjalan dia bertanya, "Baik. Saya segera ke sana. Apa semuanya baik-baik saja?"
"Mungkin ada sedikit masalah. Aku juga kurang tahu. Kamu segera ke sana dan cari tahu apa yang dapat kita lakukan. Kalau kamu benar-benar tidak dapat menyelesaikannya sendiri, segera hubungi aku," ujar suara dari seberang protofon tersebut.
"Baik," jawab Tong Lu sambil bergegas menuju ruang VIP di lantai empat. Sesampainya di depan pintu ruangan tersebut, dia segera merapikan pakaiannya, lalu mengetuk pintu. Seseorang membuka pintu untuknya, namun berikutnya wajahnya tampak terkejut. Mengapa Sekretaris Yu berada di sini? Apa pembicara yang memanggilku itu adalah Leng Yejin? Mengapa setiap kali aku ingin bersembunyi darinya, aku harus mengalami hal seperti ini? Batinnya yang terlihat gugup dan cemas.
Di dalam ruangan VIP, selain Sekretaris Yu, hanya ada seorang pria yang duduk membelakanginya, menghadap jendela besar yang membiarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan. Tong Lu bergegas pergi mendatangi pria itu dan berdiri di hadapannya. Pria itu tampak memejamkan matanya, bulu matanya yang panjang memberikan bayangan gelap pada kelopak matanya dan kesan dingin yang menakjubkan.
Bagaimana bisa seorang pria tampak terlihat begitu menawan ketika dia sedang beristirahat dengan memejamkan matanya? Batin Tong Lu terpana. Matanya kini menatap lekat-lekat ke arah pria itu. Seorang pria yang merupakan pria berkualitas terbaik dari segala pria yang ada. Hal itu semakin membuatnya menyesal mengapa dia tidak dapat menjaga perilakunya ketika dia sedang mabuk.
"Sudah datang?" tanya Leng Yejin bahkan tanpa membuka kelopak matanya. Ujung jarinya yang ramping mengetuk meja, lalu memberi perintah yang terdengar penuh keangkuhan, "Bacakan untukku."
"..." Tong Lu terdiam beberapa saat berusaha mencerna perkataan Leng Yejin barusan. Hingga akhirnya dia menatap selembar kertas catatan pidato di atas meja dan bertanya karena tidak paham, "Mengapa kamu mau aku membacakannya untukmu?"
Sekretaris Yu datang mendekat dan menjelaskan, "Tolong jangan salah paham dan mengira suaraku tidak enak didengar. Nona Tong, tolong bantu saya untuk membacakannya. Tuan Muda Jin sebentar lagi akan naik ke panggung untuk berpidato. Akan tetapi isi pidatonya sama sekali belum dibaca olehnya. Tuan Muda bilang, pengelihatannya hari ini kurang baik, sehingga tidak dapat membaca isi pidato itu dengan jelas."