Dengan terpaksa Tong Lu berangkat menuju ke vila milik Leng Yejin. Dia berusaha menghibur dirinya sendiri. Dia berpikir bahwa, bisa saja perkataan pelayan itu tidak sepenuhnya benar. Bisa saja pelayan itu hanya membesar-besarkannya.
Sesampainya di vila milik Leng Yejin, Tong Lu masuk perlahan-lahan tanpa ada halangan sedikit pun bahkan tidak ada seorang pun yang menghentikannya. Dia baru melihat pos-pos dan penjaga yang berpatroli mengelilingi halaman. Selain orang-orang itu, suasana di sekitar vila tersebut terasa tenang dan hening. Tuhan berpihak padaku! Gumam Tong Lu di dalam hatinya.
Ketika Tong Lu hendak menaiki tangga, dia berusaha meringankan langkahnya dengan berjalan mengendap-endap menggunakan ujung kakinya. Namun hal itu membuatnya terlihat seperti seorang pencuri.
Tiba-tiba, dari lantai dua terdengar seruan seorang pria dengan suara berat yang menghanyutkan. "Sedang apa kamu mengendap-endap di sini?"
Seketika itu juga Tong Lu merasa terkejut. Dia tampak kehilangan keseimbangannya, lalu tubuhnya sempoyongan dan terjatuh ke belakang. "Aaaaa!" jeritnya dengan keras.
Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam tampak melesat di depan Tong Lu dan sebuah tangan yang kokoh memegang pinggangnya kuat dengan sebelah tangan. Dia kemudian mendongak kaget menatap sosok yang ada di hadapannya itu. Matanya bertabrakan dengan sepasang mata hitam pekat yang menghanyutkan. Di dalam kegelapan malam, sepasang mata itu tampak membahayakan, dingin dan kejam.
Namun setelah melihat wajah pria itu dengan jelas, Tong Lu tidak lagi memiliki waktu untuk terkejut. Adrenalinnya terpacu dengan sangat kencang. Halusinasi! Pasti aku baru saja berhalusinasi! Bukannya dia tadi ada di lantai dua? Bagaimana dia dapat menangkap tubuhku di lantai bawah dengan begitu cepat? Mustahil! Gumamnya meracau di dalam hatinya.
"Apa yang kamu lakukan dengan mengendap-endap seperti tadi? Mengapa semalam ini baru pulang?" tanya Leng Yejin sambil mengerutkan keningnya.
"Ka… Kamu tadi bukannya berada di lantai atas?" tanya Tong Lu sambil terbata-bata.
"Aku berada di lantai bawah sejak tadi. Lagi pula, teriakanmu mampu menimbulkan polusi suara seperti itu, bagaimana mungkin aku tidak mendengarmu? Aku sudah menyelamatkanmu, namun aku bahkan tidak menerima sedikit pun ucapan terima kasih darimu? Memangnya tidak ada yang mengajarimu etika dasar sopan santun sejak kecil hingga besar seperti ini?" omel Leng Yejin dingin.
Nada bicara Leng Yejin yang terdengar sangat ketus, langsung membuat segala keraguan dalam pikiran Tong Lu menghilang. Aneh sekali. Kalau dia berada di lantai bawah sejak tadi, lalu siapa yang berada di lantai atas? Batinya sambil lalu mendongak ke lantai atas. Di sana, dia mendapati Sekretaris Yu berdiri di dekat lampu latar tangga di lantai dua. Dia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. Apa aku keliru mengenali Sekretaris Yu sebagai Leng Yejin? Batinnya kebingungan.
Tong Lu lalu mengalihkan pandangannya dan menyadari bahwa dirinya masih berada di dalam pelukan Leng Yejin. Jarak keduanya begitu dekat, sampai-sampai dia dapat merasakan hembusan napas pria itu. Wajahnya berubah memerah seketika dan jantungnya berdebar dengan sangat kencang. "Te… Terima kasih. Terima kasih telah menyelamatkanku. A… Anu.. Bisakah kamu melepaskanku sekarang?" ucapnya berhati-hati.
Leng Yejin menghembuskan napas lega secara diam-diam ketika melihat kecurigaan di mata Tong Lu tampaknya telah menghilang. Dia hampir saja tertangkap basah oleh gadis itu barusan. Begitu melihatnya hampir terjatuh tadi, dia tidak lagi pikir panjang dan segera melesat menangkapnya. Namun, apa maksud ekspresi wajahnya saat ini? Mengapa tatapan matanya tampak bagaikan seorang gadis yang terpikat kepadaku, namun mulutnya memintaku untuk melepaskannya? Batinnya yang tidak paham.
"Apa kamu yakin jika kamu menginginkanku untuk melepaskanmu?" Bukannya memelukmu lebih erat? Sambung Leng Yejing dalam hatinya. Melihat Tong Lu mengangguk kuat-kuat, membuatnya melepaskan tubuh gadis itu dari pelukannya.
Tubuh Tong Lu sontak terjatuh begitu saja setelah tangan yang menopang tubuhnya tadi terlepas dari tubuhnya. Dia tampak terkejut dan secara reflek, mengulurkan tangannya berusaha berpegangan pada tubuh Leng Yejin. Namun pria itu telah memprediksikan hal tersebut dan segera menghindar, dengan kejamnya dia tidak memberikannya kesempatan sedikit pun.
Dengan cepat, Tong Lu meraih apa pun yang dapat diraihnya dan secara tidak sengaja menarik sabuk dari jubah tidur yang dikenakan oleh Leng Yejin. Pria itu hendak cepat-cepat menutupi tubuhnya, ketika menyadari bahwa pengikat jubah tidurnya berada di tangan gadis itu. Sehingga, dia secara reflek membungkuk untuk menutupi bagian tubuhnya yang terekspos begitu saja.
"Ahh, ma… maafkan aku. Aku tidak bermaksud…" kata Tong Lu dengan cepat ketika menyadari perbuatannya barusan.
"Kamu masih tidak mau melepaskannya juga?" sahut Leng Yejin dingin sambil menggertakkan giginya dengan ekspresi menyeramkan.