Chereads / Tidak Sebergairah Dirimu / Chapter 14 - Asal Usul Batu Giok (2)

Chapter 14 - Asal Usul Batu Giok (2)

"Mengapa kamu harus sampai membiarkan kakak ipar bersaing dengan Xu Jing untuk mendapatkan liontin batu giok itu? Atau jangan-jangan kakak ipar sebenarnya tahu jika liontin batu giok itu adalah milik mu, lalu sengaja ingin memilikinya dan juga dirimu, setelah suaminya meninggal dunia? Seharusnya tidak mungkin seperti itu. Sumbangan kali ini kan diberikan tanpa memberi tahu nama penyumbang?" tutur Long Yan.

"Hmm... Tapi yang paling aneh lagi adalah tidak disangka-sangka kakak menghabiskan uang 100 juta Yuan untuk membeli liontin itu dan memberikannya kepada kakak ipar. Liontin itu kan boleh dibilang adalah mas kawin mu? Walaupun perempuan yang dijodohkan dengan kakak sudah meninggal, bukannya seharusnya liontin itu diberikan pada calon istri kakak nantinya?" imbuh Long Yan masih belum puas mengemukakan pendapatnya.

Long Yan nampaknya tidak takut mati, dia terus-terusan mencecar Leng Yejin dengan segala spekulasi-spekulasi yang ada di benaknya. Tiba-tiba, dia menepuk dahinya dan berkata, "Oh!! Aku mengerti! Apa mungkin kakak dan kakak ipar sebenarnya memiliki hubungan gelap? Kak, apa jangan-jangan wanita yang sedang tidur di kamar tidur utama sebenarnya adalah…" Dia membiarkan kata-katanya menggantung begitu saja, lalu menutupi mulutnya dengan tangan seolah sedang terkejut akan perkataannya sendiri.

Mendengar perkataan sepupunya itu yang makin lama makin tidak karuan, Leng Yejin segera memberi isyarat pada Ye Mei dan berkata, "Seret dia keluar dan hajar dia! Setelah itu baru bawa kembali."

Long Yan merengek-rengek ketika ditarik keluar oleh Ye Mei. Gadis itu tahu betul, jika kakaknya ingin beramal, maka dia tidak akan peduli pada jumlah nominal yang akan dikeluarkannya. Mau dengan cara apa pun, uang 100 juta Yuan itu pasti akan tetap dikeluarkan untuk disumbangkan bagi orang yang membutuhkan.

Di sisi lain, Leng Yejin terduduk di sofa sambil menatap langit-langit kamarnya. Dia sendiri bahkan tidak yakin mengapa liontin batu giok yang tidak lain merupakan mas kawin itu, bukannya diberikannya untuk calon istrinya. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa Tong Lu melihat liontin batu giok itu seolah-olah benda tersebut sangat berharga. Dan mengapa tatapan mata gadis itu seolah seperti mengatakan bahwa liontin itu memang sudah seharusnya untuk jatuh ke tangannya.

Di sebelah Leng Yejin, duduk Leng Yerong yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara sedikit pun dan hanya melihat saudara-saudaranya membahas tentang liontin tersebut. Dia kini tampak mengulurkan tangannya menyerahkan sebuah tablet kepada Leng Yejin. Pemuda yang satu itu merupakan sepupu Leng Yejin yang memiliki hubungan paling baik dengannya. Ayah Leng Yejin merupakan anak tertua, sedangkan ayah dari Leng Yerong merupakan anak ke-4 dari keluarga Leng. Dia sendiri memiliki pembawaan yang lembut dan tenang. Dia benar-benar penuh sopan santun dan terhormat.

"Untuk sementara, ke mana arah penyalahgunaan dana oleh presiden sebelumnya belum dapat ditemukan. Yang jelas, jumlah nominal penggelapan dana yang dilakukan sangat besar. Entah hukuman mati, penjara seumur hidup atau amnesti sekalipun, hanya dapat diketahui pada tingkat negara nantinya. Dan juga, permasalahan ini ditemukan ketika Paman Kedua baru saja menjabat, hal ini mungkin akan lebih merepotkan nantinya," jelas Leng Ye Rong pada Leng Yejin.

"Justru karena hal itulah kita sampai harus turun tangan. Segera cari tahu dan usut lebih dalam lagi," ucap Leng Yejin sambil menggeser-geser layar tablet dengan memicingkan matanya membaca data-data yang tampak di sana "Paman Kedua baru saja duduk di tahta kepresidenan, jika dia menyelesaikan masalah ini dengan sembarangan, maka hal ini pasti akan menimbulkan keluhan-keluhan dari masyarakat. Biarkan dia menjadi presiden yang baik, segala komentar-komentar jahat biar kita yang selesaikan. Oh ya, apa kamu sudah menentukan waktu untuk rapat aliansi dengan para petinggi yang lainnya?"

"Untuk itu aku sudah mengaturnya. Akan tetapi…" ucap Leng Yerong ragu-ragu tanpa menyelesaikan kalimatnya.

"Ada apa?"

"Hari itu bertepatan dengan malam bulan purnama," sahut Leng Yerong berhati-hati.

Mata Leng Yejin terlihat meredup. Dia kemudian menundukkan dan tampak berpikir keras. Bagaimana mungkin hari itu dapat bertepatan dengan malam bulan purnama? Jika demikian, bagaimana aku dapat muncul pada rapat tersebut? Gumamnya dalam hati.

"Cari alasan untuk mengatur ulang jadwal rapat tersebut. Selain itu, panggil Ji Yiming untuk menemuiku. Ada sesuatu yang perlu aku tanyakan kepadanya," ujar Leng Yejin setelah berpikir beberapa saat.

Tadinya Leng Yejin sempat berniat untuk mengobati luka yang ada di paha Tong Lu. Namun, dia menemukan bahwa pada paha gadis itu tidak terdapat luka sama sekali. Hal itu membuatnya bertanya-tanya, apakah ternyata dirinya masih memiliki kemampuan untuk menyembuhkan seseorang melalui hubungan badan atau tidak. Dia belum pernah mencoba cara yang satu ini sebelumnya, sehingga dia tidak dapat memastikan hal itu.

Sekembalinya ke kamar utama, Leng Yejin mendapati bahwa ruangan kamar itu kosong. Tidak ada seorang pun yang terlihat di dalam kamar mewah tersebut. Apa dia kabur? Apa perlu aku menyiapkan surat perceraian agar dapat benar-benar putus hubungan dengan gadis itu? Dia membatin di dalam hatinya. Namun di satu sisi, dia tahu jelas bahwa Tong Lu telah menjaga Shanshan dengan sangat baik selama empat tahun belakangan ini. Dan tentu saja hal itu sangat cukup untuk menahannya untuk tidak mengusir gadis itu begitu saja.

***

Tong Lu meninggalkan hotel secara diam-diam bagaikan seorang pencuri yang mengendap-endap. Sesampainya di luar hotel, dia dengan segera melompat masuk ke dalam taksi dengan terburu-buru. Dia tidak memiliki pilihan lain. Saat ini, dia sama sekali tidak tahu harus harus ditaruh di mana wajahnya saat berhadapan dengan adik iparnya itu. Tidak bisa! Sebaiknya aku membawa Shanshan pergi meninggalkan keluarga Leng dan selamanya tidak perlu lagi untuk bertemu dengan Leng Yejin lagi. Anggap saja sama sekali tidak ada hal apa pun yang terjadi, batinnya dengan tekad yang membulat.

Walaupun keputusan yang diambil Tong Lu sudah bulat, namun kenyataan berbicara lain. Sesampainya di rumah, dia mendapati Shanshan tidak berada di kamar tamu tempat mereka tidur selama ini.