"Ka… Kamu... Bisakah kamu membawaku ke rumah sakit?" pinta Tong Lu lirih sambil memandang pria yang berdiri di depan bak mandi.
"Pergi ke rumah sakit tidak akan membantu. Air dingin seharusnya akan membantu membuatmu merasa sedikit lebih baik," sahut Leng Yejin sambil mengerutkan dahinya.
"Tetapi ini benar-benar menyiksaku," ucap Tong Lu sambil menahan perasaan aneh yang dia rasakan pada tubuhnya.
"Sudah kukatakan, bertahanlah," balas Leng Yejin sambil menatap lurus ke arah Tong Lu dengan ekspresi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
"Bisakah kamu keluar? Aku takut jika..." ujar Tong Lu ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
Namun, Leng Yejin tampaknya mengerti apa yang dimaksudkan oleh Tong Lu bahkan sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya. Dia menatapnya sejenak, lalu melangkahkan kakinya keluar. Begitu dia keluar, pertahanan gadis itu runtuh sepenuhnya.
Di luar kamar mandi, Leng Yejin berdiri di depan pintu kamar mandi dan berbicara dengan seseorang. "Bagaimana dengan penawarnya?"
"Saya sudah meminta seseorang untuk mencarinya," sahut orang tersebut.
"Lebih cepat lagi..." ucap Leng Yejin dengan datar.
Tiba-tiba Sekretaris Yu berhenti di depannya, terlihat sedang menimbang-nimbang sesuatu, sebelum akhirnya memberanikan dirinya dan berkata, "Bagaimanapun juga... Anda sebenarnya bisa... Dengan Nona Tong... Karena Anda merupakan suami resmi dari Nona Tong, kan?"
"Beraninya kamu mengatakan hal itu?!" kata Leng Yejin sambil menatap tajam ke arah Sekretaris Yu dan membuatnya segera menutup mulutnya.
Sekretaris Yu sebenarnya mengerti bahwa tuan mudanya itu terpaksa untuk menandatangani surat perjanjian nikah tersebut. Pria itu sebenarnya menolak ide kakaknya itu, akan tetapi, setelah melihat Tong Lu merawat Shanshan dengan sangat baik, pria itu merasa sangat berterima kasih padanya.
Leng Yejin baru saja naik tahta, posisinya masih belum benar-benar stabil saat ini. Sedangkan ayahnya baru saja membawa Tong Lu untuk masuk ke keluarga Leng. Jika identitasnya terbongkar, gadis itu pasti akan diusir keluar dari keluarga Leng. Dia menutupi identitasnya sebenarnya demi melindungi gadis itu sendiri. Namun jika demikian, entah bagaimana hubungan keduanya kelak.
Siapa pun juga mengerti bahwa latar belakang Tong Lu tidak kuat dan dapat dibanggakan. Semua orang tahu akan hal itu. Oleh sebab itu, menyembunyikan identitasnya untuk saat ini merupakan jalan yang terbaik baginya.
Sepuluh menit berlalu, Leng Yejin tampak gusar melihat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup. "Mengapa obat penawarnya belum tiba juga?" tanyanya pada sekretarisnya.
"Saya rasa, setidaknya akan memakan waktu satu jam untuk mendapatkan penawarnya," sahut Sekretaris Yu setengah berbisik.
Leng Yejin menunggu sekitar setengah jam lagi, hingga akhirnya seluruh kesabarannya habis. Dia terlihat melambaikan tangannya, lalu melangkah cepat ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, kondisi Tong Lu tampak sangat buruk. Kuku-kuku tangannya ditancapkannya ke dalam daging pahanya hingga beberapa tetes darah tampak menetes keluar dan bercampur dengan air di dalam bak mandi. Ini bukan pertama kalinya dia menancapkan kukunya pada paha mulusnya. Beberapa luka yang mencetak kukunya tampak memenuhi paha putihnya. Sungguh-sungguh terlihat mengerikan.
Leng Yejin tampak mengernyitkan dahinya menatap pemandangan itu. Wajahnya berubah menjadi lebih gelap. Lalu, tanpa ragu dia melangkahkan kakinya dan meraih tangan Tong Lu untuk mencegahnya agar tidak melukai dirinya sendiri.
Tong Lu yang tadinya tidak menyadari kehadiran Leng Yejin sontak terkejut. "Jangan… Tidak usah pedulikan aku. Aku dapat menahan diri," tuturnya yang terdengar begitu lemas dan tak bertenaga.
"Apa caramu menahan diri adalah dengan melukai dirimu seperti ini?" tanya Leng Yejin terdengar begitu dingin dan ketus.
Tong Lu memejamkan matanya erat-erat. Dirinya mulai berputus asa, hatinya seolah terporak porandakan oleh perasaan aneh yang menyiksa tubuhnya saat ini.
Hati Leng Yejin pun melunak ketika melihat Tong Lu tampak sangat menderita. Dia perlahan-lahan menjadi iba dan tidak tahan melihat kondisinya. Dia tidak tahu apakah dia lebih baik membiarkannya terus menderita seperti ini ataukah membantunya agar merasa jauh lebih baik.